Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Melati sampai juga di Bandara Soekarno Hatta.
Meski sebenarnya Melati sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan. Setelah keluar dari Bandara, dia lalu naik ke dalam taksi yang ada di sekitar Bandara tersebut. Sesuai perintah Yasmine, dia menyebutkan alamat yang sudah dikirimkan melalui chat.Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Melati begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Melati akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Melati baca di koran-koran.Satu jam kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah yang menurut Melati luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudia turun. "Wahhhh ini rumah kok gede banget ya, jauh lMelati memandang wajah Sean yang kini terlelap di sampingnya. "Kasihan kamu sayang, doakan tante agar bisa membebaskan mamamu ya." kata Melati.Melati lalu bangun dari tempat tidur dan beranjak mengelilingi kamar Yasmine. Dia tertarik untuk berjalan ke meja rias dekat tempat tidur, tampak beraneka macam jenis make up dan minyak wangi yang masih tertata begitu rapi, lalu dia membuka salah satu lacinya. Kemudian mengambil sebuah album foto, dan membukanya, tampak foto Yasmine saat masih kecil bersama seorang anak laki-laki yang tampan. 'Ini pasti Adrian.' gumam Yasmine.Melati sebenarnya sangat terkejut karena wajah Yasmine kecil begitu mirip dengannya. Lalu dia membuka album jauh lebih dalam, tampak dua orang bayi kembar yang baru saja lahir, saat mereka duduk bersama, dan saat mereka merayakan ulang tahunnya yang pertama dan kedua, bersama orang tua mereka dan Tuan Wijaya. Lalu saat Yasmine ulang tahun di usianya yang ketiga, anak yang begitu mirip dengan
Adrian masuk ke dalam kamarnya, dadanya kian sesak melihat Yasmine kembali ke rumah ini. Masih teringat begitu jelas saat-saat terakhir Yasmine di rumah ini. Saat itu adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Bahkan mereka pernah melewatkan sebuah malam yang tak pernah Adrian lupakan sepanjang hidupnya. Saat Yasmine mengungkapkan perasaan cinta padanya, dan mereka melewati malam bersama layaknya sepasang suami istri. Semuanya terasa begitu mengalir dan begitu sulit untuk dicegah. Saat Yasmine mulai mencium bibirnya, nalurinya sebagai seorang laki-laki begitu bergejolak mendapat sentuhan dari orang yang amat dicintainya. "Maafkan aku Yasmine, aku sudah membuatmu melakukan semua ini denganku." "Tak ada yang perlu disesali Adrian, aku mencintaimu dan begitu menginginkanmu. Aku yang sudah begitu bodoh menuruti ego ku sehingga sempat tertarik pada Rio, namun saat bersamanya hatiku hampa, tidak sama saat aku bersamamu." "Lalu bagaimana hubunganmu d
"TIDAKKKK!!!""Siapa kamu? Kamu bukan Yasmine!""Mas Adrian bukankah sudah berulang kali kuberitahu jika saya adalah Melati, bukan Yasmine.""Bodoh!!! Aku benar-benar bodoh!!" teriak Adrian."Mas Adrian kenapa? Ada yang salah dengan Melati?""Ya kesalahan terbesarku adalah sudah menyentuhmu Melati, karena aku mengira kau adalah Yasmine!!!"Hati Melati seakan ditusuk pisau mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Adrian. Beberapa menit yang lalu dia begitu bahagia karena merasa telah mendapatkan hati Adrian, namun kini dia harus mengalami kejadian yang begitu pahit telah memberikan kehormatannya pada orang yang bahkan tidak mencintainya."Maafkan aku, hapus air matamu lalu segera pakai bajumu!"Melati lalu memakai kembali bajunya, meski dengan hati yang begitu sakit dia memberanikan diir untuk berbicara pada Adrian."Mas Adrian...""Ada perlu apalagi Melati?"
"Ada apa Mas?""Sean Mel, Sean diculik.""Astaghfirullah, lalu apa yang harus kita lakukan Mas?""Kita harus segera ke Puncak Mel, ikut ke tempat Gathering Opa.""Ayo Mas, kita harus cepat."Adrian dan Melati lalu berganti pakaian dan bergegas akan menuju Puncak. Namun saat mereka baru saja keluar dari rumah, tiba-tiba ponsel Adrian berbunyi kembali.[Ya Tuan.][Adrian, Sean sudah kembali, kamu tidak usah ke sini Nak. Kamu tunggu saja kedatangan kami besok do rumah.][Bagaimana keadaan Sean Tuan?][Sean baik-baik saja, kamu tenang saja di rumah, ada Tigor dan anak buahnya yang akan mengamankan kami malam ini dan besok saat pulang ke rumah.][Baik Tuan, jaga diri Tuan baik-baik.]"Bagaimana Mas? Apakah Sean sudah ditemukan?""Iya Mel.""Syukurlah jika Sean sudah kembali Mas.""Tapi aku curiga Mel, semudah itukah Sean ditemukan? Untu
Setelah Tuan Wijaya mengambil salah satu helai rambut milik Melati, dia lalu menyimpannya di saku jasnya."Nak, anggapah rumah ini seperti rumah milikmu sendiri. Jangan pernah sungkan padaku.""Baik Tuan, Terimakasih." jawab Melati.Tuan Wijaya lalu memberikan rambut milik Melati pada Adrian. "Adrian cepat bawa sample rambut ini ke rumah sakit.""Baik Tuan."Adrian lalu bergegas menuju ke rumah sakit. Satu jam lamanya Tuan Wijaya menunggu di rumah dengan penuh kecemasan. Senyum pun mengembang di bibirnya saat melihat mobil Adrian masuk ke halaman rumah."Bagaimana apa hasilnya sudah keluar Adrian?""Tidak bisa secepat itu Tuan, kita baru bisa mendapatkan hasilnya setelah satu minggu.""Apa tidak bisa lebih cepat lagi?""Tidak bisa Tuan.""Tapi kini aku yakin dialah cucuku." kata Tuan Wijaya sambil menangis."Jika benar dia adalah cucu anda, lalu siapa yang ada di
Adrian mengambil nafas dalam-dalam ketika melangkahkan kakinya di Surabaya. "Yasmine, aku datang."Dia lalu pergi ke sebuah hotel tak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal Yasmine, setelah itu, dia mendatangi alamat yang telah diberikan oleh Melati.Dia lalu turun dari mobil dan mendatangi seorang satpam yang tengah berjaga di rumah tersebut. tak lupa atribut penyamaran berupa kumis palsu, kacamata dan topi telah Adrian kenakan. Tampak beberapa orang anak buah Rio berjaga di sekeliling rumah tersebut."Permisi Pak.""Ya ada apa?""Apakah benar ini rumah Pak Rio?""Benar Mas, maaf ada keperluan apa ya Mas?""Begini Pak, seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Nyonya Yasmine untuk membersihkan AC di kamarnya. Namun karena saya sibuk, saya baru bisa datang hari ini.""Oh begitu, sebentar saya tanyakan dulu pada Nyonya Yasmine. Maaf kalau boleh tahu, Mas namanya siapa ya?""Bilan
Adrian dan Yasmine lalu masuk ke dalam kamar hotel. Yasmine lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. "Istirahatlah Yasmine, besok pagi kita akan pulang ke Jakarta. Kamu pasti sudah begitu merindukan Opa."Mendengar kata-kata Adrian, Yasmine lalu memeluk tubuh Adrian. "Aku juga merindukanmu Adrian, sudah satu tahun kita tak bertemu.""Apa kau tidak lelah Yasmine?""Rasanya lebih melelahkan penantian selama satu tahun ini Adrian." kata Yasmine lalu mencium bibir Adrian.Keduanya lalu saling berciuman penuh gairah."Adrian kini aku akan membalas perbuatanmu.""Bisa apa kau Yasmine?""Lihat ini." kata Yasmine sambil menggigit bibir Adrian."Hahahaha, dasar nakal."Adrian lalu memeluk tubuh Yasmine, mencium bagian leher dan meremas gunung kembar milik Yasmine. Yasmine pun dengan tidak sabar membuka seluruh pakaian mi
Melati dan Yasmine kini berada di dalam kamar. "Istirahatlah Yasmine, kamu sepertinya begitu lelah, wajamu pucat, dan badanmu sedikit demam. Apakah perlu kupanggilkan dokter?""Tidak usah Mel, aku mau istirahat saja. Kamu tolong temani aku di sini ya, dan ceritakan padaku yang terjadi saat kau datang ke rumah ini?""Seperti yang kau tahu Yasmine, saat aku pertama kali datang ke rumah ini tak ada yang percaya jika aku adalah Melati. Mereka pikir jika aku adalah Yasmine, dan hampir saja aku diusir oleh Opa. Untungnya ada Sean yang tak rela melihat kepergianku.""Lalu bagaimana dengan Adrian?""Sama saja, dia pun tak percaya padaku, sedangkan bukti yang kuberikan padanya, berupa KTP pun tak dia percaya.""Lalu bagaimana caramu meyakinkan Adrian, Mel?"Perasaan Melati begitu hancur mendengar kata-kata Yasmine, tak mungkin dia berkata jujur jika dia sampai mengorbankan kesuciannya agar Adrian percaya pada dirinya."Mel?""Emh Yasmin