"Siap ya Mba, kalau saya sudah memberi aba-aba Mba langsung ambil nafas dan mulai mengejan, ya ambil nafas Mba sekarang dorong sekuat tenaga, ya dorong Mba, ya bagus sedikit lagi dorong Mba, ya bagus... sudah Mba sudah selesai!"
"Ea ea ea." suara tangis bayi pun terdengar, peluh menetes di setiap bagian tubuhnya. Rasa lelah dan sakit semua telah sirna. Sesosok bayi mungil kini tak jauh darinya sedang mendengarkan lantunan adzan dari seorang laki-laki paruh baya yang rambutnya telah beruban seluruhnya."Non Yasmine, non baik-baik saja kan, non butuh apa?""Ngga Bi Sumi, gue cuma pengen istirahat aja.""Ya sudah bibi mau lihat dede bayi dulu ya, non istirahat saja disini.""Iya bi." Yasmine hanya terdiam melihat bayi di sampingnya yang mulai menangis, terbersit keinginan untuk menyentuhnya namun rasa sakit dan keengganan dalam hati kembali muncul.Sejak kelahirannya sampai hari ini tepat satu minggu usianya, Yasmine sama sekali tidak pernah memberinya ASI dan menyentuhnya sama sekali."Loe tahu ga? Kehadiran loe itu udah ngancurin masa depan gue, harusnya hari ini gue masih bisa bersenang-senang sama temen-temen gue, harusnya hari ini gue masih bisa kuliah, tapi gara-gara loe masa depan gue hancur!" kata Yasmine sambil berteriak-teriak."Yasmine hentikan, cukup Yasmine bayi itu tidak bersalah, semua terjadi akibat kebodohan dan kecerobohan yang kamu lakukan!!!"Adrian lalu masuk di dalam kamar dan mengambil bayi di samping Yasmine. "Ingat Yas jangan pernah lagi bersikap buruk pada bayi ini atau kamu akan Opa usir dari rumah ini tanpa mendapatkan sepeserpun warisan Opa!"Suara Tuan Wijaya mengagetkan Yasmine yang masih menangis dengan tersedu-sedu. "Tapi Yasmine ingin punya masa depan Opa!" jawabnya."Baik Opa akan kabulkan permintaan kamu, kamu bisa melanjutkan kuliahmu yang dulu tapi ingat jangan pernah sakiti anakmu, kamu harus menyayanginya dengan tulus jika tidak Opa tidak akan memberikan apapun padamu!!!"Yasmine masih terus menangis di dalam kamar. Adrian lalu menghampirinya "Yasmine bagaimanapun juga dia adalah anak kandungmu, kamu harus bisa menerima dia dalam hidupmu, lupakan semua masa lalumu, Niko sudah mendapatkan pelajaran dari apa yang telah dia lakukan, sekarang bukalah lembaran baru dan terima kehadirannya dengan lapang dada."Yasmine hanya terdiam lalu memeluk laki-laki yang ada di sampingnya. Adrian merasa hatinya semakin bergetar dan jantungnya semakin berdegup kencang, namun dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya. 'Yasmine adalah adikku, aku harus menyayanginya sebagai keluarga.' gumamnya dalam hati.Langkah Yasmine terasa begitu ringan saat melangkah masuk ke dalam sebuah gedung. Rasanya dia begitu merindukan gedung ini, gedung yang telah dia tinggalkan selama satu semester, dia menutup mata lalu mengambil nafas panjang dan menghembuskannya."Ngapain loe, kayak orang gila aja?" sebuah suara mengejutkan membuat Yasmine perlahan membuka matanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang sangat dia dambakan berdiri di depannya."Ri..Rio." "Kemana aja loe, ngilang satu semester tanpa kabar?""Enak aja ngilang tanpa kabar, semua orang juga tahu gue pergi ke Australi, loe aja yang ketinggalan jaman." kata Yasmine berdusta.Memang selama menyembunyikan kehamilan, Yasmine berpura-pura pergi ke Australia. Foto-foto lamannya saat berada di Negeri Kanguru itu seringkali dia unggah di akun sosial media miliknya sehingga teman-temannya percaya dia sedang pergi ke Australia untuk urusan bisnis dengan Opanya."Ih ga penting banget gue harus tahu kegiatan loe, kaya ga ada kerjaan aja." jawab Rio.Yasmine hanya memonyongkan bibir sambil menunggu lift di depannya terbuka. "Sombong amat loe, siapa juga yang butuh diperhatiin sama loe!"Saat pintu lift terbuka, Yasmine dan Rio lalu masuk ke dalam lift, baru satu lantai mereka lalui tiba-tiba lift terhenti."Ih ada apa nih kok tiba-tiba berenti sendiri, tolong tolong gue, tolong gue terjebak di dalam lift, tolong heloooo!""Ga usah bar-bar deh ga bakalan ada yang dengerin teriakan loe, mending loe hubungi petugas keamanan aja deh.""Eh kok gue, loe aja dong!""Dasar cewek manja." gerutu Rio sambil mengambil ponsel di dalam saku celananya."Sial ga ada sinyal lagi.""Trus gimana dong?""Ya tunggu aja, pasti ada yang nolongin kok.""Berapa lama?""Ya ga tau lah emang gue dewa penolong, udah berdoa aja semoga cepat ada yang nolongin."Yasmine lalu duduk di dalam lift, tubuhnya terasa begitu lemas membayangkan apa yang terjadi dengan dirinya jika pertolongan tidak datang, tanpa sadar air mata membasahi pipinya."Udah jangan nangis, cengeng banget sih cuma kaya gini doang pake acara nangis.""Gue takut ga bisa ketemu Opa lagi." jawab Yasmine sambil menangis tersedu.Rio akhirnya merasa iba, dia lalu menyandarkan Yasmine yang tengah menangis di pundaknya. Perasaan Yasmine begitu campur aduk antara sedih dan takut tapi juga begitu bahagia karena akhirnya dia bisa sedekat ini dengan Rio, bahkan bersandar di atas bahunya.Setengah jam berlalu tapi pertolongan tak kunjung datang. Yasmine yang kian panik wajahnya kini berubah menjadi sangat pucat. Rio yang merasa khawatir berusaha menenangkannya."Yasmine...Yasmine dengerin gue, kita akan selamat, kita akan baik-baik saja, loe harus kuat, loe harus bertahan." kata Rio sambil memegang wajah Yasmine.Wajah cantik milik Yasmine akhirnya membuat Rio goyah, posisi mereka yang begitu dekat hingga suasana dalam lift yang begitu sunyi membuat keduanya tenggelam dalam suasana yang tiba-tiba berubah menjadi romantis.Getaran di dalam hati yang terasa begitu kencang serta tangisan Yasmine membuat Rio mendekap tubuhnya begitu erat, saat pandangan mereka beradu wajah keduanya pun semakin mendekat. Tanpa sadar bibir keduanya kini telah bersentuhan.Ciuman hangat dan lembut membuat keduanya benar-benar terbuai akan kenikmatan. Tiba-tiba sebuah suara keras memecah keheningan dan membuat ciuman mereka terhenti."Maaf." kata Rio. Yasmine hanya mengangguk dan tersenyum tipis.Akhinya pintu lift pun berhasil dibuka. Jesica dan Keysia lalu menghambur ke arah Yasmine saat dia keluar dari dalam lift."Yas loe gapapa kan, kita udah cemas banget mikirin loe.""Gue gapapa kok, cuma ya sempet syok sedikit tadi."Lalu Rio berjalan melewati Yasmine dan teman-temannya. "Jadi loe berduaan sama dia di dalem, eh jangan-jangan loe malah enak-enakan pacaran lagi sama Rio.""Enak aja, gue rasanya udah mau mati malah kalian nuduh gue macem-macem." "Iya deh, maaf ke kelas yuk." kata Jesica.Mereka bertiga lalu pergi ke dalam kelas, di pojok ruangan tampak Rio sudah duduk seperti biasa sambil memainkan ponsel miliknya. Yasmine lalu memandang ke arahnya, dan tersenyum lalu sebuah senyuman balasan dari Rio tersungging di bibirnya.'Dia balas senyum gue.' gumam Yasmine dalam hati.Yasmine masuk ke dalam ruangan kuliah, Rio terlihat sedang asyik memainkan ponsel ketika Yasmine duduk di depannya. Yasmine pikir, sikap Rio akan berubah menjadi lebih hangat padanya setelah kejadian yang mereka alami. Namun Rio tetaplah menjadi lelaki yang dingin, sama seperti biasanya. Yasmine pun mencoba menegurnya saat jam kuliah berakhir. "Sampai bertemu besok Rio." Tak ada sepatah katapun yang Rio ucapkan, hanya sebuah anggukan sebagai jawaban. Selanjutnya dia pergi dari hadapan Yasmine. Yasmine yang tampak begitu kesal pergi dari kampus tanpa mengindahkan teman-temannya yang memanggilnya. Tiba-tiba Diana sudah menyamai langkahnya di sampingnya. "Yas, loe kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi bete gini? Jangan-jangan lor kesambet setan lift lagi." "Enak aja, gue cape mau pulang." "Ih ga asyik loe Yas, kita ngemall dulu yuk?" "Ogah, ah ntar Adrian marah-marah lagi." "Ajak Adrian sekalian dong Yas, kita kan pengen se
Hello readers.. Terimakasih yang sudah mampir ke cerita ini, selamat membaca dan menikmati kisah penuh intrik yang akan membuat kalian ikut hanyut dan terbawa dalam setiap babnya. Maaf jika di dalam cerita ini masih terdapat percakapan yang sekiranya kurang pantas, ataupun kehidupan yang begitu bebas, saya hanya ingin membuat pembaca merasa jika inilah sebuah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Sehingga semua tampak begitu mengalir seperti nyata. Karena pada setiap novel saya, saya mengedepan tentang realita kehidupan. Cerita ini hanyalah fiktif dan imajinasi penulis yang sudah disesuaikan dengan realita hidup disekitar kita. Semoga kalian suka. Terimakasih Keep stay tuned 💞❤️
Yasmine akhirnya membuka mata, dia tampak begitu malu karena ternyata Rio tidak melakukan suatu hal yang tidak seperti dia bayangkan. Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang tercipta antara keduanya. Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di depan kediaman Tuan Wijaya. "Terimakasih Rio, sudah mengantarku. Aku masuk dulu, sampai besok." Namun saat Yasmine akan membuka pintu mobil, Rio memegang tangannya. "Tunggu Yasmine." "Ada apa?" "Ada yang ingin kukatakan padamu." "Kamu mau bilang apa Rio?" "Yasmine, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan padamu." Yasmine begitu terkejut mendengar pengakuan Rio, dia benar-benar tak menyangka jika Rio akan berkata seperti itu. Yang Yasmine tahu, Rio adalah laki-laki yang begitu cuek padanya. Namun kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya. "Jangan bercanda Rio, aku tak bisa kau bohongi." "Aku serius, aku tak berbohong padamu Yasmine?" "Maaf, aku tak bisa
Baru beberapa langkah kaki Yasmine masuk ke dalam kampus, dia dikejutkan oleh sebuah suara."Yas.""Rio!!!""Ayo ikut aku Yas!""Kemana Rio?"Namun Rio tak menjawab, tangannya lalu menggenggam tangan Yasmine dan membawanya ke arah parkiran mobil."Rio kita mau kemana?""Udah ikut aja!"Mereka lalu masuk ke dalam mobil. Kemudian Rio mengendarai mobilnya masuk ke dalam jalan tol, dan mengarahkan mobilnya ke luar kota."Rio kita mau kemana?""Kamu ga usah khawatir Yas, aku ga akan culik kamu kok.""Iya tapi kita mau kemana?""Yas, aku cuma ingin menghabiskan hari ini sama kamu Yas, kamu tahu sendiri selama ini kita belum pernah bisa bersama. Aku mau mencari tempat yang aman sehingga kita ga ketahuan para bodyguardmu."Yasmine lalu mengangguk. Ternyata Rio membawanya pergi ke Pantai Anyer."Surprise... Kamu suka pantai kan Yas?""Kok kamu tahu sih.""Apa yang
Semalaman Yasmine tidak tidur memikirkan Adrian, kini dia semakin bimbang dengan perasaannya. 'Siapa yang sebenarnya aku cintai? Adrian atau Rio?' gumam Yasmine dalam hati. "Adrian kamu dimana? Maafkan sikapku Adrian. Yasmine seharusnya kamu sadar, Rio hanyalah pelarian, kamu hanya mengaguminya Yasmine tidak lebih, sedangkan hatimu hanya milik Adrian. Oh Tuhan kenapa semuanya terasa begitu rumit?" kata Yasmine pada dirinya sendiri. Tanpa sadar, Yasmine melangkahkan kakinya ke dalam kamar Adrian. Kamar yang begitu rapi dan harum, tidak seperti kamar laki-laki pada umumnya karena Adrian merupakan laki-laki yang disiplin dan rapi. Yasmine lalu melangkahkan kakinya ke meja kecil di salah satu sudut kamar. Tampak di salah satu bagian meja tumpukan album yang berisi foto masa kecilnya masih tersimpan rapi. "Adrian sudah begitu lama aku tak masuk ke kamar ini, dan semua masih sama seperti dulu saat kita masih kecil. Maafkan aku Adrian, karena rasa dengkiku tel
Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Melati sampai juga di Bandara Soekarno Hatta.Meski sebenarnya Melati sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan. Setelah keluar dari Bandara, dia lalu naik ke dalam taksi yang ada di sekitar Bandara tersebut. Sesuai perintah Yasmine, dia menyebutkan alamat yang sudah dikirimkan melalui chat.Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Melati begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Melati akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Melati baca di koran-koran.Satu jam kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah yang menurut Melati luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudia turun. "Wahhhh ini rumah kok gede banget ya, jauh l
Melati memandang wajah Sean yang kini terlelap di sampingnya. "Kasihan kamu sayang, doakan tante agar bisa membebaskan mamamu ya." kata Melati.Melati lalu bangun dari tempat tidur dan beranjak mengelilingi kamar Yasmine. Dia tertarik untuk berjalan ke meja rias dekat tempat tidur, tampak beraneka macam jenis make up dan minyak wangi yang masih tertata begitu rapi, lalu dia membuka salah satu lacinya. Kemudian mengambil sebuah album foto, dan membukanya, tampak foto Yasmine saat masih kecil bersama seorang anak laki-laki yang tampan. 'Ini pasti Adrian.' gumam Yasmine.Melati sebenarnya sangat terkejut karena wajah Yasmine kecil begitu mirip dengannya. Lalu dia membuka album jauh lebih dalam, tampak dua orang bayi kembar yang baru saja lahir, saat mereka duduk bersama, dan saat mereka merayakan ulang tahunnya yang pertama dan kedua, bersama orang tua mereka dan Tuan Wijaya. Lalu saat Yasmine ulang tahun di usianya yang ketiga, anak yang begitu mirip dengan
Adrian masuk ke dalam kamarnya, dadanya kian sesak melihat Yasmine kembali ke rumah ini. Masih teringat begitu jelas saat-saat terakhir Yasmine di rumah ini. Saat itu adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Bahkan mereka pernah melewatkan sebuah malam yang tak pernah Adrian lupakan sepanjang hidupnya. Saat Yasmine mengungkapkan perasaan cinta padanya, dan mereka melewati malam bersama layaknya sepasang suami istri. Semuanya terasa begitu mengalir dan begitu sulit untuk dicegah. Saat Yasmine mulai mencium bibirnya, nalurinya sebagai seorang laki-laki begitu bergejolak mendapat sentuhan dari orang yang amat dicintainya. "Maafkan aku Yasmine, aku sudah membuatmu melakukan semua ini denganku." "Tak ada yang perlu disesali Adrian, aku mencintaimu dan begitu menginginkanmu. Aku yang sudah begitu bodoh menuruti ego ku sehingga sempat tertarik pada Rio, namun saat bersamanya hatiku hampa, tidak sama saat aku bersamamu." "Lalu bagaimana hubunganmu d
Janur kuning telah melengkung di depan sebuah gedung megah yang telah berhiaskan dekorasi mewah nan cantik dipenuhi berbagai bunga warna-warni. Dendang lagu-lagu khas pernikahan pun berkumandang. Yasmine tampak masuk ke sebuah ruangan dengan begitu terburu-buru."Mba, udah selesai belum? Sebentar lagi udah mau ijab qabul nih." kata Yasmine pada seorang MUA."Udah Mba Yasmine, tenang saja. Mba Mel udah cantik banget nih bagai bidadari."Yasmine lalu menghampiri Melati yang masih duduk sambil sesekali terlihat membetulkan kebaya yang dikenakannya. "Mba ini bagian perut bisa ga dilonggarin dikit."kata Melati."Yah Mel, kamu sih udah tau mau nikah malah ga bisa kontrol makanan, jadi begah kan? Udah cakep gitu masih aja ngurusin perut." gerutu Yasmine"Hahahaha kok jadi kamu yang sewot Yas." kata Melati.'Yas, perutku seperti ini bukan karena makanan, tapi karena ada janin dalam kandunganku.' kata Melati dalam hati.
"Sayang, sejak kapan kamu ada di dapur? Aku pikir kamu masih ada di kantor." kata Yasmine saat Adrian mendekat pada mereka."Ya, aku sengaja pulang lebih awal Yas, karena aku tahu Melati akan pulang dengan calon suaminya. Aku juga ingin berkenalan dengan calon suami Melati." kata Adrian sambil melirik Melati. Melihat lirikan Bram, Melati lalu mengalihkan pandangannya pada Bram.Bram lalu ikut memandang ke arah Melati, dan Melati pun mengangguk."Adrian, kenalkan Bram, calon suami Melati."Bram lalu mengulurkan tangannya, Adrian lalu membalas jabat tangan dari Bram. Adrian mencengkeram telapak tangan Bram dengan begitu keras, sedangkan Bram menatap Adrian dengan tatapan yang tajam."Heiiii, kenapa kalian berjabat tangan begitu lama?" kata Yasmine."Maaf, rasanya saya seperti sudah pernah melihat anda Tuan Bram." kata Adrian berbasa-basi."Mungkinkah sebelumnya kita pernah bertemu Adrian?""Ah, mun
"Mel, kamu kenapa?"Namun Melati hanya terdiam. "Nak Bram, apa sebaiknya kita bawa Melati ke rumah sakit saja?""Iya Bu, kita bawa Melati ke rumah sakit saja."Mereka bertiga lalu membawa Melati ke rumah sakit terdekat. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dokter yang menangani Melati pun keluar dari ruangan. Dia lalu berbincang-bincamg dengan Bram. Setelah selesai berbicara dengan dokter, Bram lalu mendekati orang tua Melati."Nak Bram, apa yang dokter tadi katakan?""Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Pak, Bu, Melati hanya kelelahan dan sedikit stres, nanti jika sudah siuman, Melati bisa langsung diperbolehkan pulang.""Alhamdulilah.""Lebih baik Bapak dan Ibu pulang saja dulu dan siapkan makan malam untuk Melati, kita harus membahagiakan Melati agar tidak stres. Saya sudah pesankan taxi untuk Bapak dan Ibu.""Baik Nak Bram, terimakasih."Bram lalu mengantar Bapak dan Ibu Melati
Adrian menunggu Yasmine dengan penuh kebimbangan. 'Melati, semudah itukah kau melupakan aku?' gumam Adrian."Adrian." Sebuah tepukan dari Yasmine membuyarkan lamunannya. "Kamu kenapa sayang? Kok tiba-tiba diem gitu?""Gapapa cuma cape.""Kamu memang tadi terlalu bersemangat Adrian." kata Yasmine sambil tersenyum."Yas, gimana tadi Melati.""Oh Melati, dia mau nikah sama siapa ya aku lupa namanya, Oh iya Bram, namanya Bram.""Kok mendadak banget sih Yas, emang mereka udah saling mengenal?""Kata Opa sih Melati bilang mereka sudah pacaran sejak di Jakarta, tapi baru ngomong ke Opa tadi pagi, ya kamu tau sendiri kan kalau Melati itu pemalu.""Terus kenapa bisa secepat ini Yas?""Si Bram katanya di desak sama orang tuanya buat buru-buru nikah, soalnya mereka kan kuliah bareng takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.""Oh." jawab Adrian singkat, berbagai macam pikiran m
"Apa Mas?""Menikahlah denganku Mel!""Menikah?""Ya, anggap saja ini sebuah kompromi Mel, bukan pernikahan.""Sungguh aku tak mengerti Mas.""Mel, bukankah kau membutuhkan suami untuk menjadi Ayah dari anakmu?"Melati hanya terdiam mendengar kata-kata Bram. "Mel, aku juga membutuhkan istri Mel, keluargaku begitu menuntutku untuk kembali menikah.""Kembali menikah? Jadi Mas Bram sudah pernah menikah?""Ya Mel, aku dan mantan istriku, Reina bertemu saat kuliah dan kami berpacaran. Lalu kami memutuskan untuk menikah, namun sebuah kecelakaan pesawat telah membunuh istriku, Reina saat di dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Aku begitu terpukul dan hidupku jatuh pada titik terendah selama dua tahun terkahir ini Mel. Aku selalu dituntut Mami untuk membuka lembaran baru dalam hidupku, namun semua terasa begitu sulit karena aku sangat mencintai Reina. Itulah sebabnya aku kembali ke sini.""Ma
Bram llau mengangkat panggilan dari orang tuanya dengan malas.[Iya Mam.][Gimana Bram?][Mami, Bram kan baru saja sampai di sini kemarin, jangan tanyakan itu dulu deh Mam.][Bram, kamu juga harus ngertiin Mami dong.][Iya, iya, udah dulu ya. Bram mau kuliah dulu.][Bram, Mami kan belum selesai ngomong, Bram.]Bram lalu mematikan teleponnya dan masuk ke dalam kampus.Jam menunjukkan pukul 12.30 waktu Moulbourne, Melati tampak keluar dari ruang kuliah dengan sedikit lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa sedikit pusing, dia lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok."Mel.""Eh, Mas Bram.""Kamu kenapa Mel?""Gapapa Mas, cuma sedikit pusing.""Kamu lapar ya?"Melati hanya diam, lalu mengangguk dengan malu-malu. "Hahahaha, orang hamil itu memang mudah lapar Mel, aku tahu itu karena kakak perempuanku hampir satu jam sekali makan sa
Melati menginjakkan kakinya di kota Moulbourne, dia lalu menghirup nafas dalam-dalam. 'Selamat datang kehidupan baru.' batin Melati. Dia dan kedua orang tuanya lalu pergi ke apartemen milik Tuan Wijaya yang tidak begitu jauh dari Monash University, tempat dia akan menimba ilmu."Mel." kata Bu Marini."Ya Bu.""Kamu baik-baik saja kan?""Jauh lebih baik dibandingkan saat harus tinggal bersama mereka Bu.""Mel, kami akan selalu ada di sampingmu Nak.""Iya Pak.""Bapak dan Ibu lebih baik istirahat dulu saja, tadi kan penerbangan pertama Bapak sama Ibu, pasti melelahkan.""Iya Mel, sebenarnya Ibu memang sedikit pusing, apalagi suhu udara di sini dingin, ga kaya di Indonesia.""Iya Bu, bapak juga rasanya seperti meriang.""Iya Pak, ga nyangka ya kita sekarang hidup di luar negeri, padahal dulu kita buat makan aja susah." kata Bu Marini sambil tersipu malu.
"Adrian aku mencintaimu Adrian." kata Melati diiringi desahan dan erangan yang menggema di salah satu kamar hotel berbintang."Aku juga mencintaimu Mel." balas Adrian sambil mengulum buah dada milik Melati yang membuat desahan Melati semakin begitu keras.Melati lalu bangkit dan menaiki tubuh Adrian, kini Melati duduk di atas tubuh Adrian, pinggulnya pun semakin lincah bergerak diikuti desahan nafas yang kian menggebu. Kemudian Melati mencondongkan tubuhnya dan melumat bibir Adrian dengan begitu ganas. Adrian tampak begitu menikmati permainan Melati. "Kamu luar biasa Melati." kata Adrian.Melati hanya tersenyum mendengar kata-kata Adrian. Entah untuk berapa kali meraka melakukan ini dibelakang Yasmine. Sedangkan Yasmine pun tak pernah curiga saat Melati dan Adrian pulang terlambat karena dia menyadari jika Melati lah pengganti Opa nya saat ini. Tubuh Tuan Wijaya yang kian menua semakin membuat dirinya sakit-sakitan sehingga mengurangi semua akt
Suara adzan subuh berkumandang. "Mel, bangun kita harus pulang pagi ini." kata Adrian."Oh, iya Mas." kata Melati sambil melepaskan pelukannya pada tubuh Adrian."Mas, jadi kita tidur berpelukan sepanjang malam?"Adrian lalu tersenyum."Hanya itu saja kan? Tidak lebih." kata Adrian sambil mengusap kepala Melati. "Adrian, kamu memang benar-benar setia pada Yasmine."Adrian hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata Melati. "Sebesar apa cintamu padanya Adrian?""Mel, aku sudah mencintai Yasmine sajak kami masih kecil. Dia adalah cinta pertamaku, Yasmine dulu begitu rapuh saat ditinggal oleh saudara dan kedua orang tuanya, saat itu aku sudah menyayangi Yasmine dan berjanji untuk selalu melindunginya.""Kamu luar biasa Adrian, semua tentu akan lebih sempurna jika aku tak pernah merusak hidupmu di malam itu.""Sudahlah Melati, semua sudah berlalu. Bersiaplah sebentar lagi kita akan pulang."