Haron terkejut setengah mati.Kalau dia tidak mati di Kota Banyuli, tetapi malah mati dalam kecelakaan mobil menuju ke ibu kota provinsi, menjadi hantu gentayangan pun dia tidak akan rela.Sambil memegang kepalanya, Haron berkata dengan marah, "Dasar bajingan! Kamu bisa mengendarai mobil atau nggak?!"Saat ini, murid yang bertugas mengemudi itu menoleh dan berkata, "Guru, mobil di depan mengalami pecah ban, ada yang menaruh pemecah ban di sana!""Ada yang membuat jebakan?"Ekspresi Haron sedikit berubah."Turun dari mobil, kita lewat jalan kecil!"Dia segera membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Dia ingin mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan melewati perbatasan Kota Banyuli.Namun, begitu mereka semua keluar dari mobil, mereka melihat beberapa orang muncul dari semak-semak di kedua sisi jalan. Sementara itu, sudah ada sebuah truk besar melaju dari arah depan.Saat ini, orang-orang itu berjalan menghampiri mereka dengan langkah kaki yang tidak cepat, juga tidak lambat."Ardika
Saat berbicara, Haron mengeluarkan surat perjanjian pengalihan saham sebesar lima persen yang disimpannya, lalu menyerahkannya pada Ardika.Ardika menerima surat tersebut dan melihatnya sejenak, lalu menyimpannya. "Saham lima persen ini seharusnya memang milikku, jadi masalah di antara kita nggak bisa dianggap selesai.""Lagi pula, Tuan Haron, apa kamu merasa nyawamu begitu nggak bernilai? Hanya lima persen saham saja sudah bisa membeli nyawamu?""Ardika, jangan keterlaluan!"Haron berteriak dengan marah, "Apa kamu pikir kamu sudah pasti bisa menang dariku? Aku adalah sosok pemimpin di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi.""Tahukah kamu dengan satu kalimat dariku, akan ada berapa banyak orang muridku yang datang untuk menghabisimu?"Ardika tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kalau begitu, sebaiknya kamu jangan mencelakai mereka. Kalau mau mati, mati saja sendiri, jangan menyeret sekelompok orang lemah itu untuk mati bersamamu. Bagaimanapun juga, paling nggak tetap haru
Haron mencoba untuk menjelaskan secara logis, agar Ardika melepaskannya.Mendengar ucapannya, Ardika tidak bisa menahan diri lagi dan tertawa. "Tuan Haron, kamu benar, nggak bisa mengandalkan siapa pun. Jadi, aku nggak pernah mengandalkan siapa pun. Aku mengandalkan diriku sendiri, aku adalah pendukung diriku sendiri.""Orang lain nggak bisa diandalkan, tapi diri sendiri tetap bisa diandalkan, bukan? Menurutmu, memangnya aku akan menjadikan diriku sendiri sebagai bidak yang terbuang?""Apa maksudmu?"Haron tertegun sejenak, lalu tiba-tiba membelalak kaget dan berkata, "Kamu adalah Wali Kota Banyuli!""Ya, benar."Ardika mengangguk."Ngunggg!"Haron merasakan kepalanya seperti akan meledak saat itu juga.Akhirnya dia mengerti mengapa Ardika berani bertindak semena-mena di Kota Banyuli.Dia sudah mengerti mengapa Ardika bisa menggerakkan Sigit, ketua kantor polisi pusat dan memblokade rumah sakit.Dia juga sudah mengerti mengapa Hamdi, Desta dan yang lainnya memihak pada Ardika tanpa rag
Melihat Ardika mengangkat lengannya, Haron langsung gugup setengah mati.Secara naluriah, dia ingin menghindar, tetapi tentu saja tidak sempat."Plak!"Satu tamparan Ardika mendarat tepat di wajahnya.Dengan iringan suara tamparan itu, Haron langsung berputar dua putaran di tempat, lalu terduduk di tanah."Eh ... ini ...."Menyaksikan pemandangan itu, murid-murid Haron yang sudah tergeletak di tanah pun tercengang.Guru mereka telah mengeluarkan dua serangan, tetapi tidak memengaruhi Ardika sama sekali.Ya, itu tidak masalah. Bagaimanapun juga, bocah yang satu ini mungkin tahan banting.Namun, Ardika hanya melayangkan satu tamparan sederhana, guru mereka sudah tidak mampu melakukan perlawanan sama sekali.Apa orang itu masih adalah Tuan Haron yang terkenal di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi?Ardika melangkah maju satu langkah dan berkata dengan acuh tak acuh, "Berdiri.""Ardika, aku sudah tahu aku salah, oke ...."Haron merangkak berdiri dengan terhuyung-huyung."Pla
"Bam!"Ardika langsung melayangkan satu tendangan ke arah Haron hingga membuat pria itu terjatuh ke tanah.Kemudian, dia mengambil tisu yang disodorkan oleh Levin, lalu menyeka tangannya dengan santai dan berkata dengan acuh tak acuh, "Hari ini aku akan mengampuni nyawamu dulu."Awalnya Haron mengira Ardika akan membunuhnya, begitu mendengar ucapan Ardika, dia sangat senang."Terima kasih Tuan Ardika! Terima kasih Tuan Ardika!""Kelak kalau ada perlu apa-apa, beri tahu aku saja!"Haron bergegas bangkit, berlutut dan bersujud."Ayo pergi."Ardika membuang tisu itu dengan sembarang, lalu membawa Levin dan yang lainnya pergi.Haron yang merasakan dirinya seperti terlahir kembali, duduk tercengang selama beberapa saat sebelum berkata, "Cepat! Hubungi kakak seperguruan kalian! Minta dia untuk menjemput kita ke rumah sakit swasta Kota Banyuli!"Setelah dihajar hingga babak belur seperti ini, tentu saja Haron tidak berani kembali ke ibu kota provinsi.Kalau sampai hal ini ketahuan oleh orang
Wirhan meletakkan alat makannya.Dia menggunakan sapu tangan untuk menyeka mulutnya terlebih dahulu sebelum berkata dengan acuh tak acuh, "Haron yang sudah mati lebih bermanfaat dibandingkan Haron yang masih hidup.""Latar belakang orang ini nggak hanya sesederhana seorang ahli bela diri. Membunuhnya, sama seperti mengganggu sarang lebah.""Tapi, menghadapi Ardika seorang saja, apa perlu serepot itu?"Wanita yang luar biasa cantik itu masih tidak mengerti.Wirhan tersenyum dan berkata, "Melimpahkan kesalahan pada Ardika hanya sebuah trik yang dimainkan, bukan tujuan.""Begitu Haron mati, situasi di Kota Banyuli akan benar-benar mulai kacau.""Sekarang aku sudah memasang umpan, mari kita lihat bagaimana cara wali kota baru di balik layar itu menghadapi situasi ini."Beberapa hari ini, Wirhan tidak menonjolkan diri.Baik Sumalin yang datang berdasarkan instruksi dari Tisya, maupun kedatangan Haron ke Kota Banyuli, dia tetap bergeming, tidak berniat untuk merebut perhatian dari siapa pun.
Setelah mendengar ucapan Sigit, ekspresi Hamdi dan Lukmi sedikit berubah.Mengingat kasus ini menyangkut kematian dua puluhan orang saja, sudah cukup memusingkan.Terlebih lagi, pembunuh terduga dalam kasus ini mengarah pada Ardika. Bukankah membuat mereka tambah pusing saja?Melihat reaksi mereka, Ardika berkata dengan tenang, "Hari ini aku memang membawa orang ke sana untuk menghalangi jalan Haron. Tapi, setelah memberi mereka sedikit pelajaran, aku sudah melepaskan mereka. Ada orang lain yang membunuh mereka.""Tentu saja kami nggak bermaksud mencurigai Tuan Ardika."Hamdi tersenyum getir dan berkata, "Tapi sekarang semua bukti yang ada mengarah pada Tuan. Selain itu, nggak tahu kenapa, sudah beredar luar di luar sana, Tuan yang telah membunuh Haron dan dua puluhan muridnya."Ardika sangat tenang.Sejak dia mendengar kabar kematian Haron, dia sudah tahu ada orang yang ingin menggunakan cara ini untuk melimpahkan kesalahan pada dirinya.Informasi di luar sana beredar dengan sangat ce
Tisya mewakili Keluarga Basuki Kota Gamiga.Wirhan mewakili Keluarga Rewind Kota Gamiga.Selain itu, juga ada sekelompok investor yang masih enggan meninggalkan Kota Banyuli, yaitu Weigus dan sekutunya....Berbagai kekuatan besar ini sudah menargetkan proyek kota baru Sungai Banyuli.Tentu saja Ardika mengetahui hal ini.Alasannya selama ini tidak mengambil tindakan adalah, dia tahu proyek kota baru Sungai Banyuli ini berskala besar, membutuhkan suntikan dana yang sangat besar, jadi wajar saja untuk menarik dana dari berbagai kekuatan besar.Kalau Keluarga Rewind dan Keluarga Basuki ingin bergabung dalam proyek kota baru Sungai Banyuli, bukannya tidak boleh.Ardika tidak akan menjadikan kekuatan-kekuatan ini sebagai pengecualian hanya karena dendam pribadi.Namun, segala sesuatu ada syaratnya.Kalau mereka hanya ingin menghasilkan uang, tidak masalah. Namun, kalau mereka ingin mengacaukan Kota Banyuli, tentu saja tidak boleh.Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Sigit dan berkata,
Sekarang, sudah ada banyak orang yang tahu, Pedang Ular Gelap, senjata suci Organisasi Snakei jatuh ke tangan Ardika.Karena hal ini, Organisasi Snakei bahkan sudah melakukan pergerakan besar. Ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa, Chamir, sudah mengeluarkan pernyataan secara pribadi, meminta Ardika untuk pergi ke Kota Sewo dan mengantarkan Pedang Ular Gelap dalam tiga hari. Selain itu, Ardika juga harus berlutut memohon pengampunan.Semua orang sedang menunggu tanggapan dari Ardika.Kali ini Ardika sudah bertemu dengan lawan yang sulit dihadapi.Organisasi Snakei.Dua kata ini saja sudah bisa membuat banyak orang ketakutan setengah mati!Bagi banyak orang, tanpa perlu tiga hari, Ardika akan pergi ke Kota Sewo dengan patuh, lalu berlutut di hadapan Chamir dengan patuh, menyerahkan Pedang Ular Gelap kembali.Namun ....Tepat pada saat ini, malah ada orang yang menghubungi beberapa organisasi lelang besar, ingin melelang Pedang Ular Gelap!Dalam hati semua orang, langsung muncul nama ses
"Jadi, Chamir sengaja meminta Organisasi Snakei menyebarluaskan hal itu karena dia sudah memasang jebakan untukmu.""Pelatih, kalau kamu ke sana, dia pasti akan menggunakan segala macam cara untuk menyerangmu.""Kalau kamu nggak pergi, kesannya kamu takut padanya."Draco menganggukkan kepalanya dan menimpali. "Ya, benar. Anjing tua itu membuat perencanaan sempurna ini. Sungguh mengesalkan!"Mereka sudah bisa membaca rencana licik Chamir.Namun, ekspresi mereka tampak sangat tenang, bahkan sedikit acuh tak acuh.Bagi mereka, Chamir bukanlah apa-apa.Karena biarpun Ardika pergi ke Kota Sewo, meluluhlantakkan cabang Organisasi Snakei Gotawa adalah hal yang mudah baginya.Di hadapan kekuatan absolut, perencanaan jahat apa pun tidak ada gunanya."Kalau begitu, apakah Pelatih akan pergi ke Kota Sewo?" tanya Thomas dengan nada bicara penuh harap.Ardika sudah sangat lama tidak melakukan pergerakan besar.Dia sangat ingin melihat Ardika pergi ke Kota Sewo dan meluluhlantakkan cabang Organisasi
Wanita itu menatap Wirhan dengan tatapan kagum.Hanya dengan tindakan santai Wirhan, situasi sudah berkembang sesuai keinginannya.Membuat pengaturan, membunuh orang dari jarak jauh.Kata-kata ini bukan hanya sanjungan.Pria yang cerdas dan bijaksana ini, tidak salah lagi adalah ahlinya empat tuan muda Kota Gamiga.Dalam hatinya, seperti inilah pria yang sempurna.Wirhan tersenyum penuh arti. "Aku harap Ardika nggak akan mati semudah itu. Nggak mudah untuk menemukan seseorang yang bisa membuatku sedikit berminat. Kalau dia mati begitu saja, sedikit disayangkan."...Area tim tempur Kota Banyuli, Kediaman Komandan.Ardika sedang minum alkohol bersama Draco dan Thomas.Saat masih berada di medan perang, setiap kali peperangan berakhir, Ardika akan mengadakan perjamuan untuk minum-minum bersama rekan-rekannya, merilekskan diri.Dia bukanlah tipe orang yang arogan. Sebaliknya, dia sering berinteraksi dengan anak buahnya.Di luar tugas resmi, rekan-rekannya juga tidak akan menjauh darinya k
Hanko menceritakan dengan detail kejadian kala itu.Saat dia mengatakan dia dikalahkan oleh Ardika hanya dengan satu tamparan, ekspresi Chamir juga berubah.Walaupun dia sudah memprediksi kekuatan Ardika, tetapi dia tetap merasa sedikit terkejut."Pak Chamir, kal ini cabang Gotawa mengalami kerugian besar, nggak ada yang bisa menundukkan Ardika. Hanya dengan Pak Chamir turun tangan sendiri, baru bisa menghabisi Ardika dan merebut Pedang Ular Gelap kembali!""Selain itu, Ardika juga sudah bilang, kecuali Pak Chamir pergi secara pribadi, kalau hanya mengirim orang lain ke sana lagi, lain kali dia akan langsung membunuh orang itu!"Hanko berusaha keras membangkitkan semangatnya dan melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam.Dia sudah tidak sabar ingin melihat Chamir menghabisi Ardika. Tidak hanya menyingkirkan musuh besar ini, tetapi juga membuka simpul dalam hatinya.Selama Ardika belum mati, mungkin dia tidak akan berani menginjakkan kaki ke Kota Banyuli lagi.Chamir mendengus, lalu
Thomas hanya tersenyum getir tanpa berbicara lagi.Dia tahu Ardika pasti bukan hanya sekadar omong saja.Selama hal itu tidak bisa diterima olehnya, tidak peduli siapa yang menghalanginya, atau apa latar belakang orang itu, tetap tidak akan ada yang bisa menghentikannya.Orang-orang seperti mereka justru tunduk padanya karena hal-hal ini.Memangnya kenapa kalau menghabisi seluruh Organisasi Snakei?Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan mengintimidasi Ardika ini, hati mereka terguncang.Sebenarnya dari mana kepercayaan diri bocah ini?Apakah dia tahu apa yang sedang dikatakannya?Ardika tidak memedulikan orang-orang lainnya, dia menggunakan ujung pedang yang masih meneteskan darah untuk menepuk-nepuk wajah Hanko. "Aku mengampuni nyawamu. Cepat kembalilah, beri tahu Chamir, kalau mau mencari masalah, datang sendiri ke Kota Banyuli, temui aku. Jangan kirim 'anak-anak ular' untuk menggangguku lagi.""Sekarang aku hanya memotong lenganmu. Kalau sampai terulang lagi, aku akan menggorok l
Hanko benar-benar merasa hal ini adalah hal yang mustahil.Ada banyak ahli bela diri di Organisasi Snakei, tetapi dia tidak pernah mengalami hal di luar nalar seperti ini, dia juga tidak pernah bertemu dengan orang ajaib seperti ini.Satu tamparan.Hanya satu tamparan saja.Sudah membuatnya kehilangan daya tempurnya sepenuhnya.Terlebih lagi, kekuatan tamparan ini juga seakan-akan di luar nalar.Hanya sedikit kekuatan saja, tetapi kekuatan itu seolah-olah bisa dikendalikan oleh orang lain, membuat sendi pergelangan tangan, siku dan bagian bahunya langsung patah.Namun, bagian-bagian tubuhnya yang lain tidak terluka parah.Saat ini, Hanko sudah merasakan perbedaan dirinya dengan Ardika.Hanya dengan satu tamparan santai dari Ardika, lawannya itu sudah bisa mematahkan kesombongan dan kepercayaan dirinya, juga membuatnya merasakan segala sesuatu seperti di luar nalar.Mungkin, di cabang Organisasi Snakei Gotawa, hanya sang ketua, yaitu Chamir turun tangan sendiri, baru bisa mengalahkan Ar
Melihat Ardika yang tetap berdiri mematung di tempat seolah-olah sudah ketakutan setengah mati dan lupa melakukan perlawanan, Tisya, Charles dan yang lainnya menyunggingkan seulas senyum dingin.Saat membual, sangat hebat.Namun, ketika sudah saatnya untuk menunjukkan kemampuan, saat itulah baru terlihat siapa yang kuat dan siapa yang lemah."Pecundang, mati saja kamu!"Hanko juga menyunggingkan seulas senyum ganas.Ardika yang tetap bergeming itu, tidak membuatnya berpikiran untuk berbelas kasihan.Dalam lubuk hatinya, sejak Ardika memprovokasinya, Ardika sudah mati."Mati?"Tepat pada saat ini, akhirnya Ardika bergerak.Sesuai dengan janjinya, dia hanya menggunakan satu lengan.Dalam sekejap, dia mengangkat satu lengannya, lalu melayangkan pukulan beruntun ke arah lengan Hanko yang telah ditariknya."Plak ... plok ... plak ... plok ..."Dengan iringan bunyi itu, lengan Hanko yang tadinya mengarah ke depan, tiba-tiba menjadi lemas dan terkulai ke bawah. Ekspresi kesakitan diwarnai sed
"Dengan mempertimbangkan kamu sudah dihajar oleh Thomas, aku bisa mengalah darimu dengan menggunakan satu tangan saja. Kalau aku menggunakan dua tangan, aku akan kalah. Aku nggak akan mempermasalahkan hal ini lagi.""Bagaimana?"Mendengar nada bicara santai Ardika, api amarah tampak membara di mata Hanko."Ardika, kamu begitu arogan, apa kamu nggak takut mati?" katanya sambil menggertakkan giginya.Dia tahu sebelumnya Ardika mengalahkan Vita dengan satu tamparan.Hal ini sudah tersebar luas di cabang Organisasi Snakei Gotawa.Namun, menurut Hanko, kali ini Vita bisa kalah karena terlalu meremehkan musuh dan gegabah.Dia tahu jelas kepribadian Vita.Wanita itu sangat arogan dan meninggikan diri sendiri.Bagaimana mungkin dia menganggap serius seorang menantu benalu yang hanya bisa menuangkan air cuci kaki seperti Ardika?Karena itulah, Vita baru bisa kalah dengan begitu mengenaskan seperti pengecut, menjadi bahan tertawaan di Organisasi Snakei.Sementara itu, Hanko sendiri beranggapan d
"Dasar nggak tahu diri! Memangnya kamu pikir kamu bisa memprovokasi Organisasi Snakei?"Tisya terlihat seperti sedang mengejek Ardika, tetapi sesungguhnya dia sedang memanas-manasi situasi.Dia ingin sekali Ardika benar-benar bermusuhan dengan Organisasi Snakei, mengharapkan perseteruan ini kian memanas.Tisya sangat membenci Ardika.Menantu benalu yang satu ini tidak hanya mencelakai putranya, Elsen, ditangkap, tetapi juga sudah merusak rencananya berkali-kali.Hari ini, karena Ardika, dia ditampar dan dikatai selir oleh Thomas di depan banyak orang.Bagi Tisya yang selama ini menganggap dirinya sendiri terhormat, penghinaan seperti ini jauh lebih sulit diterimanya dibandingkan kematian.Namun, dia tidak bisa membalas dendam pada Thomas, dia hanya bisa melampiaskan semua amarah dan kebenciannya pada Ardika.Seperti yang Hanko katakan.Biarpun Thomas melindungi Ardika, Thomas juga tidak mungkin bisa melindunginya selamanya."Apa? Aku? Nggak tahu diri?"Ardika melirik Tisya dan berkata,