Agar murid-muridnya tidak curiga, Haron dengan sangat murah hati mengirim rombongan mobil Maybach itu menuju ke rumah sakit untuk menjemput murid-murid dan keponakannya yang masih dirawat di rumah sakit.Para muridnya sangat tersentuh sampai berlinang air mata, merasa mereka tidak salah memilih guru.Mereka tahu guru mereka adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Namun, sekarang guru mereka malah bersedia menumpangi mobil sederhana, memilih untuk mengirim rombongan mobil mereka untuk menjemput mereka.Namun, mereka sama sekali tidak tahu, Haron mengambil tindakan ini hanya demi menutupi kecurigaan orang lain.Kalau berbicara secara blak-blakan, dia bertindak seperti ini karena takut Ardika mengejarnya dan langsung mengkhianati murid-murid dan keponakannya."Gila, gila, bagaimana bisa ada monster seperti Ardika di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini?""Ternyata memang benar, aku tetap tinggal di Vila Harmon tanpa menginjakkan kaki keluar dari ibu kota provinsi adalah pilihan
Haron terkejut setengah mati.Kalau dia tidak mati di Kota Banyuli, tetapi malah mati dalam kecelakaan mobil menuju ke ibu kota provinsi, menjadi hantu gentayangan pun dia tidak akan rela.Sambil memegang kepalanya, Haron berkata dengan marah, "Dasar bajingan! Kamu bisa mengendarai mobil atau nggak?!"Saat ini, murid yang bertugas mengemudi itu menoleh dan berkata, "Guru, mobil di depan mengalami pecah ban, ada yang menaruh pemecah ban di sana!""Ada yang membuat jebakan?"Ekspresi Haron sedikit berubah."Turun dari mobil, kita lewat jalan kecil!"Dia segera membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Dia ingin mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan melewati perbatasan Kota Banyuli.Namun, begitu mereka semua keluar dari mobil, mereka melihat beberapa orang muncul dari semak-semak di kedua sisi jalan. Sementara itu, sudah ada sebuah truk besar melaju dari arah depan.Saat ini, orang-orang itu berjalan menghampiri mereka dengan langkah kaki yang tidak cepat, juga tidak lambat."Ardika
Saat berbicara, Haron mengeluarkan surat perjanjian pengalihan saham sebesar lima persen yang disimpannya, lalu menyerahkannya pada Ardika.Ardika menerima surat tersebut dan melihatnya sejenak, lalu menyimpannya. "Saham lima persen ini seharusnya memang milikku, jadi masalah di antara kita nggak bisa dianggap selesai.""Lagi pula, Tuan Haron, apa kamu merasa nyawamu begitu nggak bernilai? Hanya lima persen saham saja sudah bisa membeli nyawamu?""Ardika, jangan keterlaluan!"Haron berteriak dengan marah, "Apa kamu pikir kamu sudah pasti bisa menang dariku? Aku adalah sosok pemimpin di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi.""Tahukah kamu dengan satu kalimat dariku, akan ada berapa banyak orang muridku yang datang untuk menghabisimu?"Ardika tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kalau begitu, sebaiknya kamu jangan mencelakai mereka. Kalau mau mati, mati saja sendiri, jangan menyeret sekelompok orang lemah itu untuk mati bersamamu. Bagaimanapun juga, paling nggak tetap haru
Haron mencoba untuk menjelaskan secara logis, agar Ardika melepaskannya.Mendengar ucapannya, Ardika tidak bisa menahan diri lagi dan tertawa. "Tuan Haron, kamu benar, nggak bisa mengandalkan siapa pun. Jadi, aku nggak pernah mengandalkan siapa pun. Aku mengandalkan diriku sendiri, aku adalah pendukung diriku sendiri.""Orang lain nggak bisa diandalkan, tapi diri sendiri tetap bisa diandalkan, bukan? Menurutmu, memangnya aku akan menjadikan diriku sendiri sebagai bidak yang terbuang?""Apa maksudmu?"Haron tertegun sejenak, lalu tiba-tiba membelalak kaget dan berkata, "Kamu adalah Wali Kota Banyuli!""Ya, benar."Ardika mengangguk."Ngunggg!"Haron merasakan kepalanya seperti akan meledak saat itu juga.Akhirnya dia mengerti mengapa Ardika berani bertindak semena-mena di Kota Banyuli.Dia sudah mengerti mengapa Ardika bisa menggerakkan Sigit, ketua kantor polisi pusat dan memblokade rumah sakit.Dia juga sudah mengerti mengapa Hamdi, Desta dan yang lainnya memihak pada Ardika tanpa rag
Melihat Ardika mengangkat lengannya, Haron langsung gugup setengah mati.Secara naluriah, dia ingin menghindar, tetapi tentu saja tidak sempat."Plak!"Satu tamparan Ardika mendarat tepat di wajahnya.Dengan iringan suara tamparan itu, Haron langsung berputar dua putaran di tempat, lalu terduduk di tanah."Eh ... ini ...."Menyaksikan pemandangan itu, murid-murid Haron yang sudah tergeletak di tanah pun tercengang.Guru mereka telah mengeluarkan dua serangan, tetapi tidak memengaruhi Ardika sama sekali.Ya, itu tidak masalah. Bagaimanapun juga, bocah yang satu ini mungkin tahan banting.Namun, Ardika hanya melayangkan satu tamparan sederhana, guru mereka sudah tidak mampu melakukan perlawanan sama sekali.Apa orang itu masih adalah Tuan Haron yang terkenal di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi?Ardika melangkah maju satu langkah dan berkata dengan acuh tak acuh, "Berdiri.""Ardika, aku sudah tahu aku salah, oke ...."Haron merangkak berdiri dengan terhuyung-huyung."Pla
"Bam!"Ardika langsung melayangkan satu tendangan ke arah Haron hingga membuat pria itu terjatuh ke tanah.Kemudian, dia mengambil tisu yang disodorkan oleh Levin, lalu menyeka tangannya dengan santai dan berkata dengan acuh tak acuh, "Hari ini aku akan mengampuni nyawamu dulu."Awalnya Haron mengira Ardika akan membunuhnya, begitu mendengar ucapan Ardika, dia sangat senang."Terima kasih Tuan Ardika! Terima kasih Tuan Ardika!""Kelak kalau ada perlu apa-apa, beri tahu aku saja!"Haron bergegas bangkit, berlutut dan bersujud."Ayo pergi."Ardika membuang tisu itu dengan sembarang, lalu membawa Levin dan yang lainnya pergi.Haron yang merasakan dirinya seperti terlahir kembali, duduk tercengang selama beberapa saat sebelum berkata, "Cepat! Hubungi kakak seperguruan kalian! Minta dia untuk menjemput kita ke rumah sakit swasta Kota Banyuli!"Setelah dihajar hingga babak belur seperti ini, tentu saja Haron tidak berani kembali ke ibu kota provinsi.Kalau sampai hal ini ketahuan oleh orang
Wirhan meletakkan alat makannya.Dia menggunakan sapu tangan untuk menyeka mulutnya terlebih dahulu sebelum berkata dengan acuh tak acuh, "Haron yang sudah mati lebih bermanfaat dibandingkan Haron yang masih hidup.""Latar belakang orang ini nggak hanya sesederhana seorang ahli bela diri. Membunuhnya, sama seperti mengganggu sarang lebah.""Tapi, menghadapi Ardika seorang saja, apa perlu serepot itu?"Wanita yang luar biasa cantik itu masih tidak mengerti.Wirhan tersenyum dan berkata, "Melimpahkan kesalahan pada Ardika hanya sebuah trik yang dimainkan, bukan tujuan.""Begitu Haron mati, situasi di Kota Banyuli akan benar-benar mulai kacau.""Sekarang aku sudah memasang umpan, mari kita lihat bagaimana cara wali kota baru di balik layar itu menghadapi situasi ini."Beberapa hari ini, Wirhan tidak menonjolkan diri.Baik Sumalin yang datang berdasarkan instruksi dari Tisya, maupun kedatangan Haron ke Kota Banyuli, dia tetap bergeming, tidak berniat untuk merebut perhatian dari siapa pun.
Setelah mendengar ucapan Sigit, ekspresi Hamdi dan Lukmi sedikit berubah.Mengingat kasus ini menyangkut kematian dua puluhan orang saja, sudah cukup memusingkan.Terlebih lagi, pembunuh terduga dalam kasus ini mengarah pada Ardika. Bukankah membuat mereka tambah pusing saja?Melihat reaksi mereka, Ardika berkata dengan tenang, "Hari ini aku memang membawa orang ke sana untuk menghalangi jalan Haron. Tapi, setelah memberi mereka sedikit pelajaran, aku sudah melepaskan mereka. Ada orang lain yang membunuh mereka.""Tentu saja kami nggak bermaksud mencurigai Tuan Ardika."Hamdi tersenyum getir dan berkata, "Tapi sekarang semua bukti yang ada mengarah pada Tuan. Selain itu, nggak tahu kenapa, sudah beredar luar di luar sana, Tuan yang telah membunuh Haron dan dua puluhan muridnya."Ardika sangat tenang.Sejak dia mendengar kabar kematian Haron, dia sudah tahu ada orang yang ingin menggunakan cara ini untuk melimpahkan kesalahan pada dirinya.Informasi di luar sana beredar dengan sangat ce