"Huu ... huu .... Tuan Muda Kenadi, aku dipukul lagi!"Yelita langsung berbalik dan menghempaskan dirinya ke dalam pelukan Kenadi sambil terisak."Sekarang kamu sudah lihat sendiri seberapa arogannya bocah itu, 'kan?""Dia bahkan berani memukulku tepat di hadapanmu!""Dia bukan sedang menamparku, jelas-jelas dia sedang mempermalukan Tuan Muda Kenadi. Huu ... huu ...."Yelita sangat membenci Ardika, dia sengaja terus memanas-manasi Kenadi. Dia ingin menyulut amarah Kenadi, agar Kenadi menghabisi Ardika!""Sudah cukup!"Kenadi merasa sangat kesal mendengar tangisan wanita itu. Setelah menegur wanitanya dengan suara rendah, dia baru mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bocah, tadi sudah kubilang, Yelita adalah wanitaku.""Berani-beraninya kamu memukulnya tepat di hadapanku! Apa kamu menganggap remeh aku?"Nada bicara Kenadi terdengar sangat dingin.Semua orang tahu dia benar-benar sudah marah besar.Ardika tertawa pelan dan berkata, "
Seorang pemuda melenggang masuk, nada bicaranya terdengar sangat arogan.Secara naluriah, semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah pemuda itu. Siapa pemuda yang sangat arogan itu?"Tuan Muda Ponipa!"Begitu melihat pemuda itu, ekspresi Zinando dan yang lainnya langsung berubah drastis.Pemuda itu tidak lain adalah Ponipa, cucu Tiano, Wali Kota Banyuli terdahulu!Tiano menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, jadi tentu saja semua orang mengenal jelas siapa cucunya.Kenadi mengamati reaksi semua orang dengan saksama. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Sepertinya kalian sudah tahu siapa Tuan Muda Ponipa. Ya, benar. Tuan Muda Ponipa juga merupakan pemegang saham Rumah Sakit Internasional Victori!"Ekspresi Zinando dan yang lainnya berubah menjadi pucat.Mereka sudah pernah mendengar bahwa Ponipa adalah pemegang saham Rumah Sakit Internasional Victori.Sebenarnya, ada bayang-bayang Ponipa di banyak perusahaan di Kota Banyuli. Identitasnya yang diketahui oleh pu
Ucapan Ardika membuat semua orang tercengang.Ardika tidak hanya mengutarakan rencananya untuk menyegel Rumah Sakit Internasional Victori di hadapan Ponipa selaku pemegang saham. Dia bahkan juga meminta pendapat dari Ponipa.Apa bedanya tindakannya itu dengan mempermalukan Ponipa secara langsung?Kenadi langsung tertawa dan berkata, "Bocah, seharusnya kamu nggak menanyakan hal ini pada Tuan Muda Ponipa. Seharusnya kamu menanyakan hal ini pada petinggi tujuh departemen yang kamu panggil kemari itu.""Coba kamu tanyakan pada mereka, apakah mereka berani menyegel Rumah Sakit Internasional Victori tepat di hadapan Tuan Muda Ponipa?"Nada bicara mengejek terdengar jelas dalam ucapan Kenadi, dia menatap Ardika dengan memasang ekspresi seolah sedang mentertawakan Ardika."Haha, tentu saja nggak berani! Lihat saja siapa Tuan Muda Ponipa!""Tuan Muda Ponipa adalah cucu kandung dari Wali Kota Banyuli terdahulu! Bahkan dia sudah bisa dianggap sebagai tuan muda paling terhormat di Kota Banyuli!""
"Aku memang keterlaluan, kenapa memangnya?"Nada bicara Ardika terdengar santai, tetapi juga mengandung unsur dominan yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.Semua orang tercengang.Ponipa adalah cucu Tiano, wali kota lama, tetapi Ardika hanyalah menantu benalu pecundang Keluarga Basagita.Perbedaan identitas mereka berdua bagaikan langit dan bumi.Jelas-jelas seharusnya Ponipa yang memegang kendali dan berada di posisi aktif, sedangkan Ardika seharusnya tunduk dan berada di posisi pasif.Namun, kalau didengar dari pembicaraan kedua orang itu, mengapa posisi mereka malah seperti terbalik?Ardika benar-benar arogan, sampai-sampai tidak bisa dideskripsikan dengan kata "arogan" lagi, tetapi saat menghadapi desakan dari lawannya, Ponipa malah tidak menunjukkan sikap yang tegas."Tuan Muda Ponipa, ada apa denganmu? Apa kamu sedang jatuh sakit, sampai-sampai kamu kurang sadar? Orang yang berdiri hadapanmu hanyalah seorang pecundang. Kamu harus menunjukkan kehebatanmu, injak dia di b
Ponipa pergi begitu saja.Dia sama sekali tidak menoleh ke belakang.Suasana di koridor UGD sangat hening.Bahkan Yelita, Tasya dan yang lainnya yang sebelumnya sangat percaya diri dan terus melontarkan kata-kata arogan pada Ardika, terdiam cukup lama.Selain itu, yang lebih dahsyat lagi adalah, cucu Tiano diusir oleh Ardika begitu saja. Saat ini, tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya menghancurkan rumah sakit lagi."Tuan Muda Kenadi, cepat pikirkan cara, jangan biarkan bajing ... Ardika menyegel rumah sakit begitu saja!"Yelita berbicara dengan nada manja sambil menggandeng lengan Kenadi.Dia sudah berusaha keras mencapai posisinya sebagai Kepala Rumah Sakit Internasional Victori dengan mengandalkan kasih sayang dan cinta dari Kenadi terhadapnya.Tentu saja dia akan menjadi orang pertama yang tidak terima kalau rumah sakit disegel."Minggir sana! Jangan ganggu aku!"Kenadi meneriaki Yelita dengan tidak sabar. Dalam situasi seperti sekarang ini, bagaimana mungkin dia punya car
"Kamu adalah ... Ardika?"Amir terkejut bukan main.Dia belum pernah bertemu Ardika secara langsung, dia hanya pernah melihat foto Ardika.Terlebih lagi, sejak kedua kaki Firza, putranya dipatahkan oleh Ardika, wajah Ardika makin sering melintas dalam benaknya.Biarpun Ardika berubah menjadi abu, dia juga bisa mengenali pria itu!Bagaimanapun juga, dia adalah seorang tokoh hebat di dunia investasi. Setelah terkejut sejenak, Amir tenang kembali.Dia berkata dengan dingin, "Ardika, mengapa ponsel Kenadi bisa ada di tanganmu?"Saat ini, berbagai pemikiran sudah muncul dalam benaknya.Namun, satu hal yang dia yakini, Kenadi pasti sudah jatuh ke tangan Ardika.Pada zaman sekarang ini, ponsel sudah ibarat seperti "tangan ketiga" dalam diri seseorang.Benda ini tidak akan jatuh ke tangan Ardika tanpa sebab.Ardika mengarahkan kamera ke arah Kenadi yang tergeletak di lantai, lalu tersenyum dan berkata, "Oh, aku sedang bersama keponakanmu. Dia baik-baik saja, Pak Amir nggak perlu khawatir."Di
"Teman harus saling mempertimbangkan satu sama lain."Amir tersenyum dan berkata, "Ardika, kalau kamu bisa mempertimbangkanku, aku juga nggak keberatan untuk melupakan dendam dan prasangka buruk terhadapmu. Aku bersedia berteman denganmu.""Adapun mengenai kaki Firza, bukankah masih bisa diobati ...."Bahkan Ardika juga merasa sedikit heran mengapa Amir bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.Namun, dia bukan bocah berusia tiga tahun, tentu saja tidak akan memercayai ucapan Amir begitu saja. Dia sangat jelas bahwa itu hanyalah taktik yang dimainkan oleh Amir.Bagi orang seperti Amir yang selalu mementingkan keuntungan, teman bukanlah apa-apa baginya.Selama pria itu merasakan ada keuntungan untuk dirinya sendiri, dia akan "menikam" siapa saja kapan saja."Ckckck, kalian adalah ayah dan anak yang sempurna."Ardika tersenyum dan berkata, "Makin Pak Amir berhati dingin seperti ini, aku makin nggak berani berteman denganmu.""Kalau begitu, nggak ada yang bisa kita negosiasikan lagi?"Amir
Zinando segera menerima ponsel itu, lalu mengarahkan kamera tepat ke arah Ardika dan Kenadi yang tergeletak di lantai."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan?!"Kenadi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi ketakutan.Menyadari situasi sudah gawat, dia berusaha keras merangkak bangkit dan hendak melarikan diri."Bam!"Hanya dengan satu tendangan dari Ardika saja, tubuhnya sudah kembali terjatuh ke lantai. Kemudian, Ardika berjalan menghampirinya dan berkata tanpa menoleh ke belakang, "Amir, lihat baik-baik. Ini adalah harga yang harus kamu bayar karena telah memprovokasiku.""Ardika! Awas saja kalau kamu berani!"Nada bicara terkejut sekaligus marah Amir terdengar dari ponsel tersebut.Firza, putranya, sama sekali tidak bisa diharapkan, tipe orang yang tidak mau maju.Jadi, Kenadi bukan hanya sekadar keponakan kandungnya, melainkan calon penerus yang dia latih secara khusus. Karena itu pula, dia menyerahkan beberapa rumah sakit swasta kepada Kenadi untuk dikelola oleh keponakannya itu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk