Zinando segera menerima ponsel itu, lalu mengarahkan kamera tepat ke arah Ardika dan Kenadi yang tergeletak di lantai."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan?!"Kenadi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi ketakutan.Menyadari situasi sudah gawat, dia berusaha keras merangkak bangkit dan hendak melarikan diri."Bam!"Hanya dengan satu tendangan dari Ardika saja, tubuhnya sudah kembali terjatuh ke lantai. Kemudian, Ardika berjalan menghampirinya dan berkata tanpa menoleh ke belakang, "Amir, lihat baik-baik. Ini adalah harga yang harus kamu bayar karena telah memprovokasiku.""Ardika! Awas saja kalau kamu berani!"Nada bicara terkejut sekaligus marah Amir terdengar dari ponsel tersebut.Firza, putranya, sama sekali tidak bisa diharapkan, tipe orang yang tidak mau maju.Jadi, Kenadi bukan hanya sekadar keponakan kandungnya, melainkan calon penerus yang dia latih secara khusus. Karena itu pula, dia menyerahkan beberapa rumah sakit swasta kepada Kenadi untuk dikelola oleh keponakannya itu
Namun, pada akhirnya Amir menyimpan kembali niat membunuhnya itu.Karena dia mendapati bahwa saat ini dia sama sekali tidak bisa menghabisi Ardika.Awalnya dia sengaja membuat Yudin dan Ardika berselisih, agar kedua orang itu melawan satu sama lain.Kalau bisa, sebaiknya Yudin menghabisi Ardika. Jadi, dia tidak perlu turun tangan secara pribadi.Menurut informasi yang Amir peroleh, Ardika pergi ke lokasi syuting dan membuat keributan besar. Setelah menyelamatkan Luna, pria itu memang pergi ke Vila Hundo untuk mencari perhitungan dengan Yudin.Baginya, pria itu sama saja dengan cari mati sendiri!Namun, hal yang mencengangkan adalah, lebih dari satu jam kemudian, Ardika bisa muncul di Rumah Sakit Internasional Victori dalam kondisi baik-baik saja dan tetap bersikap sangat arogan seolah tak terkalahkan.Sementara itu, Yudin disiksa oleh seorang pecundang keluarga kelas dua Kota Banyuli hingga sekarat.Tentu saja Keluarga Sudibya segera memblokade informasi yang sangat memalukan itu, agar
Lingkungan bisnis Kota Banyuli baru mulai membaik setelah tiga keluarga besar dijatuhkan.Ardika tidak ingin menggunakan cara seperti ini, agar tidak meninggalkan kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki motif lain untuk memperburuk situasi, yang akan menyebabkan bisnis swasta Kota Banyuli dilanda kepanikan."Ardika, apa kamu nggak merasa keinginanmu sudah keterlaluan?!"Saking kesalnya, Amir sampai tertawa.Tentu saja dia tidak bisa memahami maksud Ardika yang sesungguhnya. Dia menilai Ardika seperti dirinya sendiri. Dia mengira Ardika dilanda rasa iri dan ingin merebut beberapa rumah sakit swasta itu dari tangannya.Dia melirik para petinggi dari tujuh departemen yang berdiri di belakang Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Katakan saja, apakah ini adalah kemauanmu, atau kemauan orang-orang di belakangmu itu?"Walaupun Amir sudah beberapa kali merasakan bahwa dirinya sudah meremehkan Ardika, tetapi dia tetap merasa hari ini Ardika bisa memanggil petinggi d
"Pak Amir, demi keselamatan Bapak, aku sarankan Bapak segera kembali ke ibu kota provinsi ...."Asisten Amir mengucapkan beberapa patah kata itu sambil membungkukkan badannya."Kembali ke ibu kota provinsi? Mengapa aku harus kembali?"Tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Amir.Dia mengamati sebuah papan iklan besar tak jauh dari sebuah gedung sedang diterpa oleh angin kencang, lalu terjatuh ke tanah dan bergulir ke arah jalanan. Tiba-tiba, dia tertawa terbahak-bahak."Aku cukup beruntung bisa menyaksikan hujan badai yang jarang terjadi ini, ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus untukku!""Kali ini, biarpun wali kota ingusan itu yang datang kemari secara pribadi, jangan harap aku akan menyerahkan lima rumah sakit dalam kendaliku padanya begitu saja!"Seulas senyum ganas menghiasi wajah Amir.Saat ini, wali kota baru itu bahkan sudah bukan apa-apa di matanya!...Di sisi lain.Setelah meninggalkan Rumah Sakit Internasional Victori, awalnya Ardika berencana untuk pulang.Namu
Selesai berbicara, Ardika langsung menghubungi Draco tepat di hadapan dua orang itu, meminta tim tempur Kota Banyuli mengirimkan anggota untuk membantu.Sepanjang malam, Ardika berada di Kediaman Wali Kota dan memberi arahan secara langsung.Seluruh instansi pemerintahan Kota Banyuli segera bergerak, mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya banjir yang mengancam."Tuan Wali Kota, Tuan sudah terjaga semalaman, sebaiknya Tuan beristirahat sejenak."Dengan mata memerah, Hamdi berjalan menghampiri Ardika dan mengucapkan beberapa patah kata itu. Sebenarnya, dia sendiri juga sudah terjaga semalaman."Oke, kamu dan Lukmi juga gantian beristirahat sejenak."Ardika bangkit, lalu menepuk-nepuk pundak Hamdi.Semalam, performa kedua orang itu cukup bagus. Walaupun mereka berdua adalah "serigala" licik, tetapi saat bertindak, kemampuan mereka cukup bagus, tergantung bagaimana cara mereka menggunakan kemampuan mereka.Setelah meninggalkan Kediaman Wali Kota, Ardika bersiap pulang ke rumah untuk sa
"Karena nggak masalah, kalau begitu kamu berangkat saja sekarang!"Jane langsung melemparkan setelan pakaian sukarelawan kepada Ardika.Wanita itu sudah melakukan persiapan, seolah-olah sama sekali tidak pernah memikirkan apakah dia setuju atau tidak.Ardika langsung berangkat dengan membawa belasan sukarelawan perusahaan mereka."Kalian pergi ke area kota tua, di sana padat penduduk. Bencana alam kali ini cukup parah, ada sangat banyak penduduk kota yang terjebak di sana.""Yah, padahal dengar-dengar rumor yang beredar, wali kota baru akan segera memperbaiki area kota tua, tapi juga nggak tahu kapan perbaikan akan dimulai ...."Ardika dan yang lainnya dikomando dan dikoordinasi oleh sebuah organisasi sosial yang dibentuk oleh Asosiasi Dagang Kota Banyuli.Setelah mereka datang melapor, mereka langsung ditugaskan ke area kota tua."Area kota tua, ya? Di sana kotor dan berantakan. Begitu teredam air, air yang sudah terkontaminasi pasti memenuhi seluruh tempat itu. Mengapa kita ditugaska
"Oke, oke, oke, jangan ribut lagi. Mengapa kamu begitu banyak beromong kosong? Lagi pula, kami memberimu uang!""Cepat, cepat! Ambil video dan fotonya!"Staf itu juga sudah tidak tahan lagi dengan teriknya matahari. Terlebih lagi, dia harus berendam di dalam air yang kotor dan bau. Wajar saja suasana hatinya tidak baik.Dia menyela lansia itu menggunakan kata-kata kasar dengan tidak sabar.Lansia itu adalah penduduk di area pemukiman padat penduduk ini. Dia memiliki status sosial yang rendah, tidak mampu menyinggung orang-orang itu. Jadi, dia hanya bisa tetap tersenyum.Hanya Teodor yang lebih menikmati hidup. Di sekelilingnya, ada banyak staf yang bertugas melayaninya.Dari waktu ke waktu, ada yang memberinya minum, ada yang memperbaiki riasan wajahnya, serta ada pula yang memastikan dirinya tetap segar.Selain membuat keributan, tim syuting itu menghalangi akses keluar utama, sampai-sampai menyebabkan kapal-kapal selam yang datang dan pergi melaju menjadi jauh lebih lambat. Tentu saj
Pria paruh baya yang tiba-tiba muncul itu, dilihat dari wajahnya saja, dia kelihatan seperti orang yang baik hati dan menjunjung tinggi keadilan.Saat ini, dia melontarkan kata-kata itu dengan marah pada tim Teodor."Cih! Ternyata kapal selam yang digunakan untuk 'pertunjukan' pun dipinjam dari orang lain! Apa mereka sama sekali nggak tahu malu bersikeras mempertahankan kapal selam untuk kepentingan pribadi mereka dan mengganggu proses evakuasi?!"Begitu mendengar ucapan pria paruh baya itu, para sukarelawan dan prajurit yang berada di sekeliling tempat itu melontarkan kata-kata meremehkan.Mereka sempat mengira kapal selam itu dibawa sendiri oleh tim Teodor, siapa sangka kapal selam itu memang ditujukan untuk upaya penyelamatan.Saat itu juga, api amarah semua orang makin menggebu-gebu. Satu per satu dari mereka mulai meneriaki Teodor dan yang lainnya untuk segera menghentikan syuting dan menyerahkan kapal selam itu!Menghadapi situasi seperti itu, tim Teodor sangat malu.Ekspresi sta
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk