Namun, pada akhirnya Amir menyimpan kembali niat membunuhnya itu.Karena dia mendapati bahwa saat ini dia sama sekali tidak bisa menghabisi Ardika.Awalnya dia sengaja membuat Yudin dan Ardika berselisih, agar kedua orang itu melawan satu sama lain.Kalau bisa, sebaiknya Yudin menghabisi Ardika. Jadi, dia tidak perlu turun tangan secara pribadi.Menurut informasi yang Amir peroleh, Ardika pergi ke lokasi syuting dan membuat keributan besar. Setelah menyelamatkan Luna, pria itu memang pergi ke Vila Hundo untuk mencari perhitungan dengan Yudin.Baginya, pria itu sama saja dengan cari mati sendiri!Namun, hal yang mencengangkan adalah, lebih dari satu jam kemudian, Ardika bisa muncul di Rumah Sakit Internasional Victori dalam kondisi baik-baik saja dan tetap bersikap sangat arogan seolah tak terkalahkan.Sementara itu, Yudin disiksa oleh seorang pecundang keluarga kelas dua Kota Banyuli hingga sekarat.Tentu saja Keluarga Sudibya segera memblokade informasi yang sangat memalukan itu, agar
Lingkungan bisnis Kota Banyuli baru mulai membaik setelah tiga keluarga besar dijatuhkan.Ardika tidak ingin menggunakan cara seperti ini, agar tidak meninggalkan kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki motif lain untuk memperburuk situasi, yang akan menyebabkan bisnis swasta Kota Banyuli dilanda kepanikan."Ardika, apa kamu nggak merasa keinginanmu sudah keterlaluan?!"Saking kesalnya, Amir sampai tertawa.Tentu saja dia tidak bisa memahami maksud Ardika yang sesungguhnya. Dia menilai Ardika seperti dirinya sendiri. Dia mengira Ardika dilanda rasa iri dan ingin merebut beberapa rumah sakit swasta itu dari tangannya.Dia melirik para petinggi dari tujuh departemen yang berdiri di belakang Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Katakan saja, apakah ini adalah kemauanmu, atau kemauan orang-orang di belakangmu itu?"Walaupun Amir sudah beberapa kali merasakan bahwa dirinya sudah meremehkan Ardika, tetapi dia tetap merasa hari ini Ardika bisa memanggil petinggi d
"Pak Amir, demi keselamatan Bapak, aku sarankan Bapak segera kembali ke ibu kota provinsi ...."Asisten Amir mengucapkan beberapa patah kata itu sambil membungkukkan badannya."Kembali ke ibu kota provinsi? Mengapa aku harus kembali?"Tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Amir.Dia mengamati sebuah papan iklan besar tak jauh dari sebuah gedung sedang diterpa oleh angin kencang, lalu terjatuh ke tanah dan bergulir ke arah jalanan. Tiba-tiba, dia tertawa terbahak-bahak."Aku cukup beruntung bisa menyaksikan hujan badai yang jarang terjadi ini, ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus untukku!""Kali ini, biarpun wali kota ingusan itu yang datang kemari secara pribadi, jangan harap aku akan menyerahkan lima rumah sakit dalam kendaliku padanya begitu saja!"Seulas senyum ganas menghiasi wajah Amir.Saat ini, wali kota baru itu bahkan sudah bukan apa-apa di matanya!...Di sisi lain.Setelah meninggalkan Rumah Sakit Internasional Victori, awalnya Ardika berencana untuk pulang.Namu
Selesai berbicara, Ardika langsung menghubungi Draco tepat di hadapan dua orang itu, meminta tim tempur Kota Banyuli mengirimkan anggota untuk membantu.Sepanjang malam, Ardika berada di Kediaman Wali Kota dan memberi arahan secara langsung.Seluruh instansi pemerintahan Kota Banyuli segera bergerak, mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya banjir yang mengancam."Tuan Wali Kota, Tuan sudah terjaga semalaman, sebaiknya Tuan beristirahat sejenak."Dengan mata memerah, Hamdi berjalan menghampiri Ardika dan mengucapkan beberapa patah kata itu. Sebenarnya, dia sendiri juga sudah terjaga semalaman."Oke, kamu dan Lukmi juga gantian beristirahat sejenak."Ardika bangkit, lalu menepuk-nepuk pundak Hamdi.Semalam, performa kedua orang itu cukup bagus. Walaupun mereka berdua adalah "serigala" licik, tetapi saat bertindak, kemampuan mereka cukup bagus, tergantung bagaimana cara mereka menggunakan kemampuan mereka.Setelah meninggalkan Kediaman Wali Kota, Ardika bersiap pulang ke rumah untuk sa
"Karena nggak masalah, kalau begitu kamu berangkat saja sekarang!"Jane langsung melemparkan setelan pakaian sukarelawan kepada Ardika.Wanita itu sudah melakukan persiapan, seolah-olah sama sekali tidak pernah memikirkan apakah dia setuju atau tidak.Ardika langsung berangkat dengan membawa belasan sukarelawan perusahaan mereka."Kalian pergi ke area kota tua, di sana padat penduduk. Bencana alam kali ini cukup parah, ada sangat banyak penduduk kota yang terjebak di sana.""Yah, padahal dengar-dengar rumor yang beredar, wali kota baru akan segera memperbaiki area kota tua, tapi juga nggak tahu kapan perbaikan akan dimulai ...."Ardika dan yang lainnya dikomando dan dikoordinasi oleh sebuah organisasi sosial yang dibentuk oleh Asosiasi Dagang Kota Banyuli.Setelah mereka datang melapor, mereka langsung ditugaskan ke area kota tua."Area kota tua, ya? Di sana kotor dan berantakan. Begitu teredam air, air yang sudah terkontaminasi pasti memenuhi seluruh tempat itu. Mengapa kita ditugaska
"Oke, oke, oke, jangan ribut lagi. Mengapa kamu begitu banyak beromong kosong? Lagi pula, kami memberimu uang!""Cepat, cepat! Ambil video dan fotonya!"Staf itu juga sudah tidak tahan lagi dengan teriknya matahari. Terlebih lagi, dia harus berendam di dalam air yang kotor dan bau. Wajar saja suasana hatinya tidak baik.Dia menyela lansia itu menggunakan kata-kata kasar dengan tidak sabar.Lansia itu adalah penduduk di area pemukiman padat penduduk ini. Dia memiliki status sosial yang rendah, tidak mampu menyinggung orang-orang itu. Jadi, dia hanya bisa tetap tersenyum.Hanya Teodor yang lebih menikmati hidup. Di sekelilingnya, ada banyak staf yang bertugas melayaninya.Dari waktu ke waktu, ada yang memberinya minum, ada yang memperbaiki riasan wajahnya, serta ada pula yang memastikan dirinya tetap segar.Selain membuat keributan, tim syuting itu menghalangi akses keluar utama, sampai-sampai menyebabkan kapal-kapal selam yang datang dan pergi melaju menjadi jauh lebih lambat. Tentu saj
Pria paruh baya yang tiba-tiba muncul itu, dilihat dari wajahnya saja, dia kelihatan seperti orang yang baik hati dan menjunjung tinggi keadilan.Saat ini, dia melontarkan kata-kata itu dengan marah pada tim Teodor."Cih! Ternyata kapal selam yang digunakan untuk 'pertunjukan' pun dipinjam dari orang lain! Apa mereka sama sekali nggak tahu malu bersikeras mempertahankan kapal selam untuk kepentingan pribadi mereka dan mengganggu proses evakuasi?!"Begitu mendengar ucapan pria paruh baya itu, para sukarelawan dan prajurit yang berada di sekeliling tempat itu melontarkan kata-kata meremehkan.Mereka sempat mengira kapal selam itu dibawa sendiri oleh tim Teodor, siapa sangka kapal selam itu memang ditujukan untuk upaya penyelamatan.Saat itu juga, api amarah semua orang makin menggebu-gebu. Satu per satu dari mereka mulai meneriaki Teodor dan yang lainnya untuk segera menghentikan syuting dan menyerahkan kapal selam itu!Menghadapi situasi seperti itu, tim Teodor sangat malu.Ekspresi sta
Begitu mendengar ucapan Ardika, semua orang di sekeliling tempat itu kembali tercengang.Apa latar belakang sukarelawan muda itu?Dia tidak hanya berbicara pada seorang selebriti internet sekelas Teodor dengan nada menegur.Selain itu, kalau didengar dari kata-katanya, dia bahkan pernah memberi pelajaran pada Teodor!"Ardika, ternyata kamu!"Teodor terkejut sejenak, lalu menatap Ardika dengan tatapan lekat. Sorot matanya dipenuhi kebencian yang mendalam.Sebelumnya, dia tidak hanya dihajar oleh Ardika hingga babak belur dan gagal menantikan Ardika berlutut meminta maaf di hadapannya.Sebaliknya, demi memperoleh keuntungan dari popularitas Farlin, dia yang terpaksa berlutut di hadapan Ardika.Alhasil, Ardika si bajingan itu malah melanggar janji dan langsung memutuskan kontrak dengannya, menjadikannya bahan tertawaan di kalangannya.Bagi Teodor yang sangat mementingkan harga diri itu, hal tersebut merupakan penghinaan terbesar seumur hidupnya.Bahkan dalam mimpi pun, dia ingin mencabik-
"Kak Ardika, walau si tua bangka ini sangat menyebalkan, kamu juga sudah menghajarnya sampai begitu menyedihkan. Tentu saja, menurutku dia bisa sedikit lebih menyedihkan lagi. Daripada menginjaknya sampai mati, biarkan dia hidup pasti lebih membuatnya menderita ...."Futari, Handoko dan Hariyo juga ikut membujuk kakak ipar mereka.Sejujurnya, sebagai keluarga, mereka juga sangat terkejut menyaksikan sisi kejam yang ditunjukkan oleh Ardika.Walaupun mereka tahu Ardika marah karena mereka ditindas, tetapi mereka tetap saja merasa sedikit gugup.Karena itulah, saat mereka membujuknya, mereka juga berbicara dengan lembut, takut merangsang kakak ipar mereka itu.Namun, hal yang tidak mereka ketahui adalah sejak awal Ardika tetap bersikap tenang, sama sekali tidak merasakan gejolak emosi apa pun.Kalau tidak, saat tamparan pertamanya saja, Tuan Anjing pasti sudah dipukul mati olehnya."Bawa majikan kalian dan enyahlah dari sini!"Ardika langsung menendang Tuan Anjing.Mendengar ucapan ini, t
"Ahhh, bajingan kecil ...."Sambil muntah darah, Tuan Anjing berteriak dengan suara keras. Dia sudah hampir menggila.Dia tidak pernah ditindas seperti ini seumur hidupnya."Baru dua tamparan saja, kamu sudah nggak tahan?""Ini baru permulaan."Seulas senyum dingin sekaligus kejam menghiasi wajah Ardika ketika dia mengangkat kakinya dan menginjak pergelangan tangan Tuan Anjing."Krak ...."Terdengar suara patah tulang yang menakutkan.Pergelangan tangan Tuan Anjing langsung diinjak oleh Ardika hingga hancur berkeping-keping."Ya, aku memukulmu, memangnya kenapa?""Krak ....""Kamu memelihara beberapa ekor anjing ganas untuk menakut-nakuti siapa?""Krak ....""Menekan istriku dengan aturan Keluarga Basuki Kota Gamiga? Memangnya kamu pikir kamu siapa?""Krak ....""Siapa yang memberimu keberanian untuk mematahkan kedua kakinya?""Krak ....""Futari adalah adik iparku, berani-beraninya kamu menamparnya!""Krak ....""Kamu adalah pelayan Keluarga Basuki Kota Gamiga, berani-beraninya kamu i
"Hana!"Tuan Anjing berteriak dengan tidak percaya. Dia tidak menyangka anjing kesayangan yang telah dilatihnya selama bertahun-tahun itu, telah dipukul mati oleh Ardika hanya dengan satu tamparan."Dasar bajingan sialan! Aku ingin membunuhmu!""Dul, Set, gigit dia sampai mati!"Sambil memberi perintah kepada dua ekor Raja Anjing yang tersisa, Tuan Anjing menerjang ke arah Ardika sambil berteriak dengan suara melengking."Plak!""Plak!"Menghadapi Dul dan Set yang menerjang ke arahnya, Ardika tetap melayangkan dua tamparan saja. Saat itu juga, dua ekor anjing tersebut pun terpental.Kemudian, tanpa memberi waktu kepada Tuan Anjing untuk bereaksi, Ardika langsung menerjang ke depan.Detik berikutnya, dia sudah muncul di hadapan pria itu, melayangkan sebuah tamparan dengan kekuatan luar biasa ke arah lawannya itu."Plak!"Tuan Anjing mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, lalu seperti dua ekor anjing kesayangannya itu, dia juga terpental sambil muntah darah, bahkan memecahkan beberapa
Terlebih lagi, tiga ekor anjing yang dipelihara oleh Tuan Anjing juga bukan merupakan anjing ganas biasa.Masing-masing dari ketiga ekor anjing tersebut adalah Raja Anjing yang pernah memenangkan lebih dari seratus pertandingan anjing dunia preman Kota Gamiga.Merupakan makhluk ganas yang luar biasa!Pertandingan anjing dunia preman Kota Gamiga sangatlah kejam dan dipenuhi dengan pertumpahan darah."Bocah, kamu sama sekali nggak tahu, seberapa menakutkan Raja Anjing yang mampu bertahan hidup setelah menjalani seratus pertandingan anjing dunia preman!"Tiga orang pelayan anjing itu menatap Ardika seakan-akan Ardika sudah dicabik-cabik dan hancur berkeping-keping.Karena bagi mereka, Ardika akan berakhir seperti itu sebentar lagi.Sementara itu, mendengar ucapan ini, tubuh Luna dan yang lainnya gemetaran sejenak.Desi juga berteriak dengan ekspresi pucat pasi, "Ardika, jangan berlagak hebat! Menyulut amarah Tuan Anjing, apa kamu ingin mencelakai kami semua?!""Ckckck, Ardika, ibu mertuam
Siapa sangka ternyata ketiga orang pelayan anjing itu juga merupakan ahli bela diri.Dalam sekejap, mereka sudah menerjang ke hadapan Luna. Saking cepatnya pergerakan mereka, Desi dan yang lainnya tidak sempat bereaksi.Luna sendiri juga memejamkan matanya saking ketakutannya.Walaupun sikapnya sangat tegas, tetapi saat menghadapi situasi seperti ini, hanya tersisa ketakutan yang menyelimuti hatinya."Bam!"Tepat pada saat ini, sosok bayangan seseorang tiba-tiba muncul di hadapannya, lalu mengangkat satu kaki dan melayangkan tendangan ke arah pelayan anjing yang menerjang di paling depan itu. Dengan darah muncrat dari mulutnya, tubuh pelayan anjing itu terpental."Ardika!"Wulan meneriakkan nama Ardika dengan kesal, dia memelototi pria itu dengan penuh kebencian.Begitu mendengar teriakan ini, secara refleks Luna membuka matanya.Saat dia melihat sosok bayangan familier yang berdiri di depannya dan melindungi dirinya itu, matanya langsung memerah.Tidak peduli kapan pun dan seberapa be
"Futari, kemarilah, jangan ikut campur dalam pembicaraan orang dewasa!"Amanda segera menarik putri kesayangan yang berlinang air mata itu ke hadapannya. Kemudian, sambil memeluk putrinya, dia menatap Tuan Anjing dengan tatapan marah."Kalian menjauh saja."Saat ini, Ardika juga sudah berdiri. Dia menepuk-nepuk bahu Handoko dan Hariyo.Setelah melirik bekas tamparan di wajah Futari, sorot matanya berubah menjadi sedingin es."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan? Cepat duduk!""Apa kamu merasa masalah masih belum cukup besar? Kamulah penyebab semua masalah ini! Nanti aku akan memperhitungkannya padamu!"Melihat Ardika sudah mulai bergerak, Desi buru-buru menegurnya.Dia sudah tahu jelas temperamen Ardika. Dia takut mulut bocah ini memperburuk situasi.Setelah memelototi Ardika dengan sorot mata peringatan, Desi segera berbalik dan menghampiri Tuan Anjing."Tuan Anjing, saat berada di Kediaman Keluarga Basagita, kami sudah berjanji pada Tuan Besar. Kami akan melakukannya dengan baik.""S
Raut wajah Luna juga sedikit memucat. Namun, setelah melirik Ardika sekilas, dia tetap menggelengkan kepalanya dengan penuh tekad."Mengenai Mikues menjabat sebagai wali kota, ini adalah hal besar, bukanlah hal yang bisa keluarga kami campur tangan. Maaf, kami nggak bisa menuruti permintaan ini.""Adapun mengenai pelepasan Elsen, kecuali kalian bisa meminta Nyonya Tisya untuk berjanji di depan publik setelah Elsen dibebaskan, dia nggak akan membalas keluarga kami! Kalau nggak, kami juga nggak bisa menuruti permintaan ini!""Ini adalah batasanku!"Luna tahu kedua hal ini tidak bisa disetujui dengan mudah.Namun, dia tetap menyisakan ruang untuk berkompromi."Meminta Nyonya Tisya untuk berjanji di depan publik?"Begitu mendengar ucapan ini, Wulan tidak bisa menahan diri dan tersenyum dingin sekaligus mengejek. "Luna, memangnya kamu pikir kamu siapa? Apa hakmu meminta ibu angkatku untuk berjanji pada kalian?""Sesungguhnya, ibu angkatku sudah bilang padaku, bukan hanya menyuruh suamimu un
"Hormat kepada Tuan Anjing!"Saat itu juga, beberapa orang dewasa di tempat itu, termasuk Luna segera bangkit dan memberi hormat kepada Tuan Anjing dengan sopan.Sementara itu, beberapa anak muda tersebut sudah ketakutan sejak awal. Mereka hanya berdiri mematung di tempat, menyaksikan pemandangan itu dengan sedikit ketakutan.Hanya Ardika yang tidak menunjukkan reaksi apa pun, dia tetap duduk di sana dan makan tanpa menunjukkan ekspresi apa pun."Handoko, seduh teh berkualitas baik untuk menjamu tamu!"Setelah memberi instruksi pada putranya, Desi menyunggingkan seulas senyum kaku dan menyapa, "Tuan Anjing adalah tamu dari jauh. Tuan dipersilakan untuk duduk. Nanti Tuan akan dipersilakan untuk mencicipi teh terbaik kami.""Nggak perlu."Tuan Anjing melangkah maju, lalu berkata dengan suara serak yang tidak enak didengar, "Tujuan kedatanganku kemari hari ini ada dua hal."Seiring dengan pergerakannya ini, tiga ekor anjing ganas itu juga ikut bergerak maju sambil menjulurkan lidah.Mengh
Setelah mendengar ucapan suaminya, ekspresi Desi langsung berubah.Pada akhirnya, dia mendengus dengan enggan, tetapi dia juga tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Karena suaminya dan putrinya sudah mengatakan demikian, dia juga menyadari mungkin dirinya sudah gegabah."Benar saja, aku sudah tahu pasti ini ulah Kakek dan yang lainnya."Sementara itu, ekspresi Luna berubah menjadi agak masam.Dia masih belum sempat memberi tahu orang tuanya mengenai pembelian saham Grup Hatari yang dilakukan oleh Keluarga Basagita atas niat buruk.Siapa sangka, Keluarga Basagita malah begitu tidak tahu malu.Mereka berpura-pura seakan-akan tidak terjadi sesuatu, lalu menghasut ayah dan ibunya untuk mengelabui Ardika.Hasilnya, Keluarga Basagita yang akan mendapatkan keuntungan, lalu menindas keluarga mereka dengan makin menjadi-jadi."Ayah, Ibu, ada satu hal yang masih belum kalian ketahui ...."Saat itu juga, Luna menceritakan tentang pembelian atas niat buruk yang dilakukan oleh Keluarga Basagita,