"Teman harus saling mempertimbangkan satu sama lain."Amir tersenyum dan berkata, "Ardika, kalau kamu bisa mempertimbangkanku, aku juga nggak keberatan untuk melupakan dendam dan prasangka buruk terhadapmu. Aku bersedia berteman denganmu.""Adapun mengenai kaki Firza, bukankah masih bisa diobati ...."Bahkan Ardika juga merasa sedikit heran mengapa Amir bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.Namun, dia bukan bocah berusia tiga tahun, tentu saja tidak akan memercayai ucapan Amir begitu saja. Dia sangat jelas bahwa itu hanyalah taktik yang dimainkan oleh Amir.Bagi orang seperti Amir yang selalu mementingkan keuntungan, teman bukanlah apa-apa baginya.Selama pria itu merasakan ada keuntungan untuk dirinya sendiri, dia akan "menikam" siapa saja kapan saja."Ckckck, kalian adalah ayah dan anak yang sempurna."Ardika tersenyum dan berkata, "Makin Pak Amir berhati dingin seperti ini, aku makin nggak berani berteman denganmu.""Kalau begitu, nggak ada yang bisa kita negosiasikan lagi?"Amir
Zinando segera menerima ponsel itu, lalu mengarahkan kamera tepat ke arah Ardika dan Kenadi yang tergeletak di lantai."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan?!"Kenadi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi ketakutan.Menyadari situasi sudah gawat, dia berusaha keras merangkak bangkit dan hendak melarikan diri."Bam!"Hanya dengan satu tendangan dari Ardika saja, tubuhnya sudah kembali terjatuh ke lantai. Kemudian, Ardika berjalan menghampirinya dan berkata tanpa menoleh ke belakang, "Amir, lihat baik-baik. Ini adalah harga yang harus kamu bayar karena telah memprovokasiku.""Ardika! Awas saja kalau kamu berani!"Nada bicara terkejut sekaligus marah Amir terdengar dari ponsel tersebut.Firza, putranya, sama sekali tidak bisa diharapkan, tipe orang yang tidak mau maju.Jadi, Kenadi bukan hanya sekadar keponakan kandungnya, melainkan calon penerus yang dia latih secara khusus. Karena itu pula, dia menyerahkan beberapa rumah sakit swasta kepada Kenadi untuk dikelola oleh keponakannya itu
Namun, pada akhirnya Amir menyimpan kembali niat membunuhnya itu.Karena dia mendapati bahwa saat ini dia sama sekali tidak bisa menghabisi Ardika.Awalnya dia sengaja membuat Yudin dan Ardika berselisih, agar kedua orang itu melawan satu sama lain.Kalau bisa, sebaiknya Yudin menghabisi Ardika. Jadi, dia tidak perlu turun tangan secara pribadi.Menurut informasi yang Amir peroleh, Ardika pergi ke lokasi syuting dan membuat keributan besar. Setelah menyelamatkan Luna, pria itu memang pergi ke Vila Hundo untuk mencari perhitungan dengan Yudin.Baginya, pria itu sama saja dengan cari mati sendiri!Namun, hal yang mencengangkan adalah, lebih dari satu jam kemudian, Ardika bisa muncul di Rumah Sakit Internasional Victori dalam kondisi baik-baik saja dan tetap bersikap sangat arogan seolah tak terkalahkan.Sementara itu, Yudin disiksa oleh seorang pecundang keluarga kelas dua Kota Banyuli hingga sekarat.Tentu saja Keluarga Sudibya segera memblokade informasi yang sangat memalukan itu, agar
Lingkungan bisnis Kota Banyuli baru mulai membaik setelah tiga keluarga besar dijatuhkan.Ardika tidak ingin menggunakan cara seperti ini, agar tidak meninggalkan kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki motif lain untuk memperburuk situasi, yang akan menyebabkan bisnis swasta Kota Banyuli dilanda kepanikan."Ardika, apa kamu nggak merasa keinginanmu sudah keterlaluan?!"Saking kesalnya, Amir sampai tertawa.Tentu saja dia tidak bisa memahami maksud Ardika yang sesungguhnya. Dia menilai Ardika seperti dirinya sendiri. Dia mengira Ardika dilanda rasa iri dan ingin merebut beberapa rumah sakit swasta itu dari tangannya.Dia melirik para petinggi dari tujuh departemen yang berdiri di belakang Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Katakan saja, apakah ini adalah kemauanmu, atau kemauan orang-orang di belakangmu itu?"Walaupun Amir sudah beberapa kali merasakan bahwa dirinya sudah meremehkan Ardika, tetapi dia tetap merasa hari ini Ardika bisa memanggil petinggi d
"Pak Amir, demi keselamatan Bapak, aku sarankan Bapak segera kembali ke ibu kota provinsi ...."Asisten Amir mengucapkan beberapa patah kata itu sambil membungkukkan badannya."Kembali ke ibu kota provinsi? Mengapa aku harus kembali?"Tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Amir.Dia mengamati sebuah papan iklan besar tak jauh dari sebuah gedung sedang diterpa oleh angin kencang, lalu terjatuh ke tanah dan bergulir ke arah jalanan. Tiba-tiba, dia tertawa terbahak-bahak."Aku cukup beruntung bisa menyaksikan hujan badai yang jarang terjadi ini, ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus untukku!""Kali ini, biarpun wali kota ingusan itu yang datang kemari secara pribadi, jangan harap aku akan menyerahkan lima rumah sakit dalam kendaliku padanya begitu saja!"Seulas senyum ganas menghiasi wajah Amir.Saat ini, wali kota baru itu bahkan sudah bukan apa-apa di matanya!...Di sisi lain.Setelah meninggalkan Rumah Sakit Internasional Victori, awalnya Ardika berencana untuk pulang.Namu
Selesai berbicara, Ardika langsung menghubungi Draco tepat di hadapan dua orang itu, meminta tim tempur Kota Banyuli mengirimkan anggota untuk membantu.Sepanjang malam, Ardika berada di Kediaman Wali Kota dan memberi arahan secara langsung.Seluruh instansi pemerintahan Kota Banyuli segera bergerak, mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya banjir yang mengancam."Tuan Wali Kota, Tuan sudah terjaga semalaman, sebaiknya Tuan beristirahat sejenak."Dengan mata memerah, Hamdi berjalan menghampiri Ardika dan mengucapkan beberapa patah kata itu. Sebenarnya, dia sendiri juga sudah terjaga semalaman."Oke, kamu dan Lukmi juga gantian beristirahat sejenak."Ardika bangkit, lalu menepuk-nepuk pundak Hamdi.Semalam, performa kedua orang itu cukup bagus. Walaupun mereka berdua adalah "serigala" licik, tetapi saat bertindak, kemampuan mereka cukup bagus, tergantung bagaimana cara mereka menggunakan kemampuan mereka.Setelah meninggalkan Kediaman Wali Kota, Ardika bersiap pulang ke rumah untuk sa
"Karena nggak masalah, kalau begitu kamu berangkat saja sekarang!"Jane langsung melemparkan setelan pakaian sukarelawan kepada Ardika.Wanita itu sudah melakukan persiapan, seolah-olah sama sekali tidak pernah memikirkan apakah dia setuju atau tidak.Ardika langsung berangkat dengan membawa belasan sukarelawan perusahaan mereka."Kalian pergi ke area kota tua, di sana padat penduduk. Bencana alam kali ini cukup parah, ada sangat banyak penduduk kota yang terjebak di sana.""Yah, padahal dengar-dengar rumor yang beredar, wali kota baru akan segera memperbaiki area kota tua, tapi juga nggak tahu kapan perbaikan akan dimulai ...."Ardika dan yang lainnya dikomando dan dikoordinasi oleh sebuah organisasi sosial yang dibentuk oleh Asosiasi Dagang Kota Banyuli.Setelah mereka datang melapor, mereka langsung ditugaskan ke area kota tua."Area kota tua, ya? Di sana kotor dan berantakan. Begitu teredam air, air yang sudah terkontaminasi pasti memenuhi seluruh tempat itu. Mengapa kita ditugaska
"Oke, oke, oke, jangan ribut lagi. Mengapa kamu begitu banyak beromong kosong? Lagi pula, kami memberimu uang!""Cepat, cepat! Ambil video dan fotonya!"Staf itu juga sudah tidak tahan lagi dengan teriknya matahari. Terlebih lagi, dia harus berendam di dalam air yang kotor dan bau. Wajar saja suasana hatinya tidak baik.Dia menyela lansia itu menggunakan kata-kata kasar dengan tidak sabar.Lansia itu adalah penduduk di area pemukiman padat penduduk ini. Dia memiliki status sosial yang rendah, tidak mampu menyinggung orang-orang itu. Jadi, dia hanya bisa tetap tersenyum.Hanya Teodor yang lebih menikmati hidup. Di sekelilingnya, ada banyak staf yang bertugas melayaninya.Dari waktu ke waktu, ada yang memberinya minum, ada yang memperbaiki riasan wajahnya, serta ada pula yang memastikan dirinya tetap segar.Selain membuat keributan, tim syuting itu menghalangi akses keluar utama, sampai-sampai menyebabkan kapal-kapal selam yang datang dan pergi melaju menjadi jauh lebih lambat. Tentu saj