Siella yang baru saja terbangun mendapati adanya Vano dan juga Rifia sedang berada di depannya. Wajah mereka tampak sangat puas melihat Siella yang baru saja bangun.Baru saja Siella hendak melawan, ia merasakan tangannya tidak bisa bergerak sama sekali. Segera ia menoleh, dan menghadapi kedua tangannya diborgol pada kursi yang sedang dirinya duduki.“Apa yang kalian lakukan?!” pekik Siella.“Ohhh, kamu bertanya? Kamu bisa menjawabnya sendiri, kan?” balas Rifia.Jantung Siella berdegup sangat kencang sekali, dia juga tidak bisa mengatur napasnya dengan baik setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Rifia itu.Matanya yang melirik ke segala arah menyadari bahwa dirinya sekarang ini sedang disekap. Vano benar-benar pria yang sangat brengsek. Dia sengaja mencari waktu yang tepat untuk menculiknya.“Apa mau kalian berdua?!” Siella kembali menggunakan nada suara yang cukup tinggi.“Tak banyak. Hanya saja, kamu harus membayar kompensasi yang besar atas perbuatan yang sudah kamu la
“Apa pak? Kamu bilang…, Siella pergi dengan pria lain?” tanya Devan.Ia menghampiri satpam yang berjaga malam-malam karena tidak bisa menghubungi Siella sejak tadi. Dan bahkan Hani pun tidak bisa. Terakhir saat mereka berdua menuju tempat tinggal Siella, di sana masih kosong tidak ada siapa-siapa.Karena merasa cemas, Devan pergi ke perusahaan untuk menanyakan kepada para penjaga yang mungkin saja melihat Siella yang keluar dari sana.“Apa kalian yakin? Siella tidak pernah keluar dengan pria lain sebelumnya di malam begini,” Hani sangat cemas.“Kami tidak yakin mengenalinya, tapi kami mendengar mereka sempat bertengkar, dan kemudian hening dengan wanita yang kalian maksud di papah karena tak bisa berjalan.”DEGHH. Jawaban itu membuat Hani dan Devan saling memandang. Jelas itu adalah hal aneh. Kalau tadinya Siella sempat bertengkar, dan setelahnya diam tanpa adanya pergerakan, jelas ini adalah kejahatan.“Kalau begitu terima kasih pak ya,” ucap dari Hani.Mereka berdua segera naik ke d
Mendengar itu, Bu Ina nampak sangat syok. Kedua alisnya yang mengkerut menunjukkan bagaimana dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mereka yang datang barusan.Melirik ke arah Devan, yang dimana wajahnya menunjukkan keseriusan dan sedang tidak bercanda sama sekali, membuat bu Ina merasa sangat sakit hati.“Kenapa dia menculik Siella? Bukankah hubungan mereka sudah berakhir?”“Aku hendak menikahi Siella, dan sepertinya kabar itu sampai pada mereka, dan mereka tidak terima sama sekali,” sahut dari Devan.Bu Ina yang masih tidak percaya itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh anaknya tersebut. Terlebih, sepertinya anaknya melakukan ini karena sudah sangat terdesak sekali.“Lalu apa kalian menemukan dia dimana sekarang?” tanya Bu Ina.Devan menganggukkan kepala. Bu Ina langsung berjalan menuju ke pintu keluar yang ada di dekat mereka.“Tunggu apa lagi! Ayo kita cari dia sekarang!”Wajah khawatir ibu Ina kelihatan begitu jelas sekali. Namun, saat Bu Ina kelua
Siella berusaha memberanikan diri, meski sebenarnya dia sangat ketakutan, dan bahkan dalam hati kecilnya, Siella tidak bisa menghadapi ini semua lagi. Rasanya kakinya jadi makin lemas dan tidak terkendali.Vano yang mendekat ke arahnya, memegang kuat kedua pipi Siella. Dia menatap dengan tatapan yang puas melihat Siella di depan matanya tersebut.“Aku jamin, setelah ini kamu tidak akan menemukan kebahagiaan untuk dirimu sendiri. Bahkan kamu tidak akan menemukan lagi yang namanya kesejahteraan,” Vano berkata demikiaan sambil tersenyum dengan wajah yang begitu puas.Siella menolehkan wajah dengan kasar untuk membuat tangan Vano yang ada di wajahnya lepas. Siella lebih merasa jijik karena tangan pria itu ada di wajahnya.Tatapan nanar SIella memandangi Vano jelas membuat Vano jadi sangat marah sekali. Baginya tidak sopan sekali seorang wanita yang ia sekap memandanginya dengan tatapan demikian.PLAKHHHH. Tamparan pertama mendarat di wajah Siella dengan begitu sempurna. Suaranya sangat ny
Siella yang melihat bagaimana respon dari Rifia hanya memasang senyum getir saja. Orang ini benar-benar berpikir bahwa dia adalah tokoh utama dari segalanya. Sayang sekali, dia hanya seorang yang menyedihkan untuk saat ini.“Kenapa? Kamu baru menyadarinya?” tanya Siella.“Jangan bicara omong kosong! Aku tidak akan termakan semua omonganmu yang tidak masuk akal itu!” tegasnya.Siella memandanginya dengan kepala yang mengangguk saja. Sudah bisa diduga bahwa pasti Rifia akan berpikir demikian kepadanya. Mengingat bahwa pastinya dia tidak akan senang dengan cara Siella berbicara.“Ya tidak apa. Yang penting kamu harus lihat baik-baik, Vano bisa meninggalkanmu kapan pun saat dirasa kamu tidak menarik sama sekali. Kamu sekarang tidak punya ayahmu untuk melindungi semua perbuatanmu. Kalau Vano mau kabur, dia bisa tidak membawamu.“Jangan bercanda!”PLAKHH. Dengan kalimat tersebut, Rifia dengan emosi besar menampar Siella yang masih terduduk tidak bisa bergerak tersebut. Rasa sakit sudah mati
Rifia yang sudah tertangkap itu jelas merasa kaget dan seketika tidak bisa melawan setelah ditahan oleh Hani yang melompat ke tubuhnya itu. Benar-benar merasa sudah tersudut untuk kali ini.Devan akhirnya bisa bernapas lega setelah melihat bahwa Rifia sudah ditahan. Orang-orang bawaan yang sudah bersembunyi di luar segera masuk dan menahan Rifia sebelum dia kabur.Devan juga segera membantu Siella bebas, ia merasa sakit hati melihat wanita yang ia cintai dalam keadaan yang sangat mengenaskan saat ini.Siella tersenyum tipis dengan tatapan mata yang sayu itu. Rasanya menyedihkan melihat bagaimana tatapan dari Siella tersebut.“Akhirnya…., kamu datang…., Devan,” ucap dari Siella yang suaranya sangat rendah sekali.“Kamu tidak apa? Dimananya yang sakit? Apa yang mereka lakukan padamu? Ayo kita pergi dan memeriksamu,” Devan sangat panik sampai berkali-kali memeriksa dari kepala dan wajah Siella sendiri.Siella dengan lemah menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum menatap Devan. Bagi
Rifia yang tahu bahwa ternyata Vano tidak di sana membuat pikirannya mendadak kosong. Padahal tadi Vano berkata bahwa dia hanya akan keluar sebentar, setelahnya akan kembali.“Jadi…, maksud papa…, dia tidak ada di sini?” tanya Rifia dengan suara yang gemetar.“Ya. Tidak ada siapa-siapa di sini selain dirimu. Siapa yang kamu harapkan akan berada di sini sekarang?” tanya papanya dengan tegas.“Papa pasti bohong…, kan? Tidak mungkin Vano membuangku…, dia itu sangat mencintaiku…, papa. Papa pasti hanya megada-ngada supaya aku takut saja, kan?” Rifia menggelengkan kepala menolak fakta yang ada, meski sebenarnya ia tidak tahu harus merespon bagaimana.Sang papa yang melihat anaknya tampak seperti orang bingung itu hanya bisa menghela napas berat saja. Separah ini pengaruh dari Vano merusak anaknya. Meski dari awal pun dia sudah sadar bahwasannya sang anak memang memilih jalan yang salah.“Vano sendiri bisa mengkhianati Siella yang dia pacari dari jaman kuliah. Apalagi cuman kamu, yang baru
Siella yang sudah bisa pulang itu benar-benar merasa tidak enak hati. Bu Ina, mantan ibu mertuanya itu memberikan apartemen karena merasa bersalah tidak mencegah anaknya dan juga sekarang ini masih menjadi buronan.Sementara Pak Romi juga memberikan kompensasi atas apa yang dilakukan anaknya, dengan memberikan seorang art yang akan membersihkan rumahnya apabila Siella memanggil, bahkan memberikan nomor chef untuk memasak untuk dirinya ini.Ditambah, saat melihat tempat yang diberi Bu Ina, Siella benar-benar tidak enak sampai menelan ludah seketika. Tempat ini terlalu bagus dan tidak pantas untuk dirinya yang biasa saja ini.“Bu, ini terlalu berlebihan,” Siella mengucap saat baru saja melihat tempat yang diberikan kepadanya.“Apanya yang berlebihan? Yang dilakukan Vano saja tidak bisa membayar apa yang kamu rasakan,” Bu Ina menepis rasa tidak enak dari Siella.Langsung tak bisa membalas Siella setelah Bu Ina berkata begitu kepada dirinya, terlalu terang-terangan mengatakannya. Akhirnya