Share

Bab 9. Liburan

Flash on.

"Kamu serius? Beneran kita mau liburan ke Pantai, Mas?" Tanya Senja sambil berusaha menahan rasa sakit di tenggorokannya karena tersedak.

Senja sempat tersedak saat sang suami mengatakan kepadanya, jika besok laki-laki itu akan mengajaknya berlibur ke Pantai. Tentu saja, Senja menghiraukan rasa sakit di tenggorokannya berganti rasa bahagia yang tiada tara. Bagaimana bisa suami secuek Langit bisa membuat hatinya membuncah bahagia. Ah, kalau begini caranya, dia tidak akan bisa menghilangkan rasa cintanya kepada Langit.

"Tadi siang, Pak Rektor ngasih liburan gratis ke saya untuk tiga hari, hadiah pernikahan kita katanya. Tadinya saya mau nolak, tapi nggak enak."

"Ish, ngapain di tolak, Ini tuh rezeki, Mas. Lagian, Pak Rektor udah baik sama kita. Jangan bikin beliau kecewa," kata Senja. "Ngomong-ngomong, kenapa pengen nolak hadiah dari Pak Rektor? Kamu takut khilaf saat kita berada di sana?"

Wajah Langit tiba-tiba merona.

"Bener 'kan Mas? Kamu takut kalau kamu tiba-tiba menyentuh aku."

Langit tidak menjawab, laki-laki itu justru memindahkan channel TV nya terus menerus. Merasa kesal dengan tingkah suaminya itu, Senja meraih tangan Langit agar matanya bisa melihat ke arahnya.

"Ish, Mas Langit! Jawab dulu pertanyaan aku, kenapa kamu mau nolak hadiah dari Pak Rektor?" Rengek Senja.

Bukanya menjawab, Langit malah beranjak dari tempat duduknya.

"Ish, kamu mau kemana Mas?"

"Saya ngantuk, mau tidur!"

Mata Senja membulat sempurna, bisa-bisanya sang suami meninggalkan dia begitu saja, dengan rasa penasaran yang sangat besar. Percuma jua berharap lebih terhadap suaminya, toh tetap saja, suaminya tidak akan bersikap manis, seperti yang diharapkannya.

Tapi walaupun begitu, Senja bersyukur, karena dia bisa liburan berdua dengan sang suami. Meskipun dia tidak tahu, akan seperti apa liburan mereka nanti di sana. Apakah akan membuat Senja bahagia? Atau sebaliknya? Kita lihat saja nanti.

*****

Dewi tersenyum bahagia saat tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Senja, sang sahabat yang menghubunginya malam ini.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Gue nganggu nggak Wi? Lo udah tidur?"

"Nggak kok, gue belum tidur. Ada apa lo malem-malem nelpon gue? Mau curhat lo?"

"Ish, kenapa kalau gue mau curhat? Nggak boleh?"

"Nggak boleh kalau Lo curhatnya bikin gue sedih. Soalnya malem ini mood gue sedang ancur banget, Senja."

"Lo kenapa?"

"Argh...masa gue mau dijodohin sama orang tua gue!"

"Hah, seriusan Lo? Kenapa nggak Lo terima aja perjodohan itu. Setidaknya, Lo nggak jomblo lagi 'kan?"

"Enak aja Lo! Gue nggak mau ya! Gue masih pengen bebas. Nggak mau dipusingkan dengan masalah rumah tangga. Lihat rumah tangga Lo aja udah bikin gue mikir, nggak mau nikah sebelum gue benar-benar siap. Oh iya gue hampir lupa, Lo nelpon gue mau ngapain sebenarnya?"

"Besok gue diajak Mas Langit liburan ke Pantai, Wi."

"Hah serius Lo? Kok bisa?"

"Entar deh kalau gue udah pulang liburan, gue cerita sama Lo ya."

"Oke deh kalau begitu, semoga liburan Lo sama Mas Langit pertanda kalau suami Lo itu udah ngebuka hatinya buat Lo."

"Aamiin, semoga ya Wi. Gue tutup dulu telponnya ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Klik...!!!

*****

Tepat pukul sembilan pagi, pasangan suami istri itu, sudah bersiap untuk liburan ke Pantai. Mereka menggunakan mobil pribadi untuk berangkat ke sana, karena akan lebih nyaman untuk mereka berdua.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Senja benar-benar menikmati perjalanannya, karena sejak tadi mulut gadis itu tidak berhenti berbicara.

Hingga tak terasa waktu tujuh jam sudah mereka lewati. Mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan. Senja yang sejak tadi tidak berhenti

bicara, ternyata sejak dua jam yang lalu tertidur. Bahkan gadis itu kini masih terlelap.

Langit membiarkan Senja tertidur di mobilnya. Laki-laki itu lebih memilih keluar mobil untuk mengeluarkan barang-barang yang dibawa oleh mereka berdua. Dan setelah selesai, baru, Langit masuk kembali untuk membangunkan Senja.

Entah kenapa, Langit masih enggan untuk membangunkan istrinya itu. Ketika sedang tidur, Senja begitu damai dengan mata yang masih terpejam. Sungguh, istrinya itu terlihat cantik saat kondisi seperti ini, membuat Langit ingin sekali menyentuh pipi mulus sang istri.

Kalau kamu tenang seperti ini, kamu terlihat cantik, Senja. Tapi, maafkan saya, saya belum bisa mencintai kamu sepenuhnya. Masih banyak yang harus saya selesaikan di masa lalu. Maafkan saya, saya masih belum bisa menghilangkan nama seseorang di hati saya. Saya masih belum sanggup melupakan semua yang terjadi si masa lalu saya. Saya hanya ingin kamu bisa memahami saya, sampai saya benar-benar bisa menghilangkan nama seseorang di hati saya. Tapi saya tidak bisa menjamin pula, kalau saya bisa jatuh cinta sama kamu.

Senja, saya tidak bisa memaksakan kehendak saya saat ini. Jika kamu merasa lelah dengan segala apa yang sudah saya perbuat, saya ikhlaskan kamu untuk pergi dari hidup saya. Karena saya menyadari, saya tidak akan pernah bisa membuat kamu bahagia. Apalagi, kamu sudah terlalu banyak bersabar untuk pernikahan kita ini.

"Ish, kamu kenapa liatin aku kayak gitu, Mas?"

Senja menegakkan tubuhnya saat tahu, mobil sudah berhenti, apalagi saat matanya terbuka, ada wajah sang suami yang sedang memperhatikan dirinya.

Tentu saja, Langit tampak terkejut karena tidak tahu jika sang istri malah terbangun saat dirinya menikmati wajah cantiknya. Argh, untung Senja masih belum sadar sepenuhnya setelah tadi tertidur, kalau sampai dia tahu apa yang

sedang dilakukannya, bisa malu dia.

Langit berdehem beberapa kali, untuk menormalkan jantungnya yang masih berdebar. Kemudian dia kembali melihat sang istri yang mengusap-usap wajahnya.

"Kita sudah sampai hotel, ayo turun!!!"

Senja pun turun dari mobil milik sang suami. Kemudian dia mengikuti Langkah suaminya itu dengan gontai. Maklum dua jam tidur di dalam mobil membuatnya masih sedikit pusing.

Setelah sampai kamar hotel, mata Senja membulat sempurna. Bahkan rasa lelahnya hilang begitu saja, saat melihat kamarnya yang cantik. Bagaimana tidak, kasur hotel itu di taburi bunga mawar yang cukup banyak. Juga ada handuk yang dibentuk menyerupai burung angsa yang sedang berciuman menambah cantik kamar hotel itu.

Namun entahlah, wajah Senja menjadi terasa panas. Melihat semua yang ada di hotel ini, mengingatkannya seolah, Senja dan Langit akan berbulan madu. Mengingat itu, Senja menggelengkan kepalanya untuk menghalau harapannya yang mungkin saja tidak akan terjadi malam ini.

"Kamu kenapa malah berdiri di situ? Ayo cepat kita bereskan barang-barang kita ke dalam lemari!"

Entahlah, beda halnya dengan sang suami. Langit terlihat biasa-biasa saja saat melihat penampakan hotel yang akan ditempatinya.

"Badan aku lengket, Mas. Aku mau mandi dulu. Nanti setelah selesai mandi, baru aku beresin pakaiannya."

"Nggak bisa, kamu harus beresin pakaiannya dulu, baru mandi."

Senja Pasrah. Dia pun kini membuka koper yang dibawanya bersama langit. Kemudian satu persatu di masukan ke dalam lemari dengan rapi.

Tanpa sadar, Senja mendengar sang suami sudah terlelap. Wajar, selama tujuh jam laki-laki itu menyetir tanpa lelah. Bahkan hanya dua kali beristirahat di rest area. Itu pun karena Senja ingin buang air kecil.

Setelah selesai membereskan pakaian kedalam lemari, Senja masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tujuh jam perjalanan, membuat badannya terasa lengket. Hingga membutuhkan waktu lima belas menit, Senja sudah selesai dan sudah tampak segar.

Beruntungnya Senja karena sore ini disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Hotel tempat dia dan suaminya menginap tepat di depan pantai Barat. Hingga dia bisa menikmati indahnya Sunset sore ini. Tidak di sia-sia kan, Senja memotret indahnya sore ini dengan ponselnya.

"Sya, Rasya, saya mohon jangan tinggalin saya. Saya masih cinta sama kamu, Rasya!"

Deg...!!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status