Beranda / Romansa / Mas Duda Pencuri Hati / Bab 8. Terima Kasih

Share

Bab 8. Terima Kasih

Penulis: Purnama Lingga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 15:59:07

"Sekali lagi, terima kasih ya, Nak Langit, sudah menolong anak saya," ucap Ayah Dika.

"Sama-sama Pak. Saya tadi kebetulan lewat, dan melihat anak Bapak tergeletak di pinggir jalan."

"Saya tidak tahu, bagaimana caranya kami membalas semua kebaikan Nak Langit. Maaf sudah merepotkan."

"Jangan bilang seperti itu Bu. Bapak dan Ibu juga sering membantu saya. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya. Semoga, Senja cepat sembuh."

"Aamiin ya Rabbal'alamiin. Sekali lagi terima kasih ya Nak Langit."

Langit tersenyum," Assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam."

*****

Keesokkan harinya, Senja sudah merasa lebih baik. Namun memang dia masih belum bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari ini pun terpaksa dia harus izin kuliah karena tubuhnya masih terasa sakit.

"Bunda lagi ngapain?" Tanya Senja saat melihat sang Bunda sibuk membuat kue.

"Kamu kenapa kesini, sayang? Kamu 'kan belum pulih."

"Justru badan Senja makin sakit kalau tiduran terus, Bunda," ucap Senja sambil duduk di kursi meja makan. "Bunda belum jawab pertanyaan Senja, Bunda sedang apa?"

"Oh ini, Bunda lagi bikin kue buat Nak Langit."

Kembali, mendengar nama Langit disebut, mata Senja berbinar-binar.

"Sebagai ucapan terima kasih, karena sudah menolong kamu, sayang."

"Hm, kalau begitu nanti kalau kue nya udah jadi, Senja yang ngasihin kuenya ke Mas Langit ya, Bun."

"Jangan, kamu masih sakit sayang. Nanti biar Bunda aja ya."

"Ih jangan Bunda, Senja aja ya. Sekalian, Senja juga mau bilang makasih sama Mas Langit, soalnya Senja belum sempat bilang itu sama dia. Kan lebih afdhol kalau Senja ngomong secara langsung ke Mas Langit."

"Tapi kaki kamu masih pincang, emang kamu kuat jalannya?"

"Ya Allah Bunda, rumah Mas Langit itu nggak di Cimahi. Cuma ke halang satu rumah aja kok, Bun. Senja kuat."

Bunda Ayu tampak pasrah, akhirnya beliau pun menyerahkan satu toples kue kering dan dua kotak kue brownies buatannya.

"Ya udah, nih!" Ucap Bunda Ayu seraya menyerahkan hasil karyanya kepada sang anak.

"Oke, kalau begitu, Senja pergi dulu ya Bun, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Dengan perlahan dan terpincang, Senja berjalan menuju rumah Langit. Dia sangat antusias sekali, karena ini pertama kalinya dia datang ke rumah lelaki pujaan hatinya. Argh, kenapa tiba-tiba jantungnya berdebar kencang ya. Padahal ini kali ketiga dia bertemu dengan lelaki itu.

Senja sempat terdiam beberapa saat, kala dia melihat Langit sedang mencuci mobil. Tubuh atletisnya tampak mempesona karena laki-laki itu hanya memakai celana pendek dan kaos ketat yang membentuk tubuh atletisnya. Keberuntungan kembali menghampiri Senja, karena selama ini, gadis itu melihat sang pujaan hati selalu memakai kemeja formalnya.

"Assalamualaikum, Mas Langit," sapa Senja dengan suara dibuat lembut selembut lembutnya.

"Waalaikumsalam. Ngapain kamu ke rumah saya? Memangnya Kamu sudah sembuh?" Tanya Langit heran. Karena gadis itu datang kepadanya dengan  perban yang masih menempel di dahi serta lututnya. Kemudian laki-laki itu membantu memapah Senja, karena melihat gadis itu seperti kewalahan membawa sesuatu yang ada di kedua tangannya.

"Alhamdulillah sudah baikan Mas. Berkat kamu. Oh ya, Mas lagi ngapain?" Tanya Senja basa basi.

"Saya lagi masak," jawab Langit asal.

Tentu saja, Senja mengernyitkan dahinya saat jawaban yang dikemukakan Langit berbeda dengan apa yang dilihatnya.

"Ya lagian pake nanya segala. Sudah tahu saya lagi cuci mobil," lanjut Langit saat melihat reaksi Senja.

Senja hanya nyengir kuda, dia sebenarnya hanya basa basi saja. Karena ingin lebih akrab dengan laki-laki yang sudah menggetarkan hatinya beberapa hari ini.

"Ini saya bawakan kue untuk Mas Langit dari Bunda," kata Senja sambil menyerahkan kue yang tadi di bawanya.

"Kenapa repot-repot? Bilang terima kasih sama Bunda kamu ya."

"Hm, itu bentuk ucapan terima kasih dari saya juga, karena Mas Langit sudah menolong saya."

"Iya sama-sama Senja."

"Hm, nggak ngasih minum sama saya, Mas?"

Langit memicingkan matanya saat gadis di sampingnya itu mengatakan sesuatu padanya.

"Saya haus, Mas. Saya sudah susah payah lho datang ke rumah Mas Langit. Mana berat lagi bawa titipan Bunda," keluh Senja.

Sedikit heran dengan apa yang dikatakan Senja, langit hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, sebentar saya ambilkan minum dulu."

"Aduh maaf ya Mas, saya jadi ngerepotin. Padahal mah nggak apa-apa juga kalau sekalian sama cemilannya."

Hah..!!! Gubrak...!!!

Langit langsung beranjak dari tempatnya lalu kemudian ke dalam rumah untuk mengambilnya apa yang gadis itu minta.

Laki-laki itu sama sekali tidak menyangka, jika tetangganya seunik Senja. Laki-laki itupun hanya bisa tersenyum dengan tingkah gadis yang baru di kenalnya beberapa waktu yang lalu.

Hanya beberapa menit saja, Langit sudah membawa minuman dan makanan yang diinginkan Senja. Sebenarnya laki-laki itu jarang sekali ngemil, sehingga tidak pernah menyediakan makanan ringan apapun di rumahnya. Namun kebetulan sekali, kemarin mahasiswanya memberikan sekotak kue kepadanya saat selesai bimbingan skripsinya.

"Masya Allah, saya benar-benar merepotkan ya Mas? Maaf ya."

"Nggak apa-apa. Jarang juga 'kan kamu ke rumah saya."

Jangan sampai sering-sering. Bisa-bisa kamu benar-benar ngerepotin saya, Senja. Batin Langit.

"Kalau sering-sering ke sini, boleh Mas?"

Ya Allah, baru juga berharap.

"Boleh, asal bareng Pak Andika."

"Ish, masa ke rumah Mas Langit harus bareng Ayah sih."

"Kita bukan muhrim, Senja. Saya takut nanti ada fitnah. Apalagi saya di rumah sendirian."

"Ya kita ngobrol-ngobrol di luar saja Mas. Kalau kayak gini, nggak apa-apa 'kan?"

Langit hanya bisa menghela nafas panjang. Gadis dihadapannya ini sungguh keras kepala sekali.

"Terserah kamu saja!" Pungkas Langit menyerah.

                     *****

Senja sangat bersyukur karena kondisinya saat ini sudah membaik pasca kecelakaan seminggu yang lalu. Kini, gadis cantik itu sudah siap untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Ayah kemana Bunda?" Tanya Senja kepada sang Bunda saat tidak melihat sang ayah duduk bersama mereka untuk sarapan.

"Ayah ke rumah Abang kamu tadi pagi."

"Lho kok tumben pagi banget ke rumah Bang Bintang-nya. Emang ada apa sih Bun?"

"Ayah mau ke kantor hari ini. Dan mau bareng abang kamu."

"Ngapain Ayah ke kantor?"

Sudah dua tahun ini, Pak Andika menyerahkan perusahannya untuk di urus oleh anak sulungnya, Bintang Pamungkas. Alasannya karena Pak Andika ingin pensiun dini dan menikmati masa tuanya lebih cepat. Maklum, anak laki-laki nya itu memang cukup berbakat di bidang bisnis. Tak ayal, perusahaan yang di bangun Pak Dika itu kini lebih berkembang.

"Ayahmu sudah lama nggak ke kantor sayang. Mungkin Ayah jenuh di rumah terus dan kangen dengan suasana kerja lagi kayaknya."

Senja hanya menganggukkan kepalanya saat tahu alasan dibalik menghilangkan sang Ayah saat sarapan. Dan Senja pun kembali menyantap nasi goreng sarapannya pagi ini.

"Sepertinya ada tamu, Bunda,"ujar Senja saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi. "Biar Senja aja yang bukain Bun."

Senja kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu. Dan tampak laki-laki dengan perawakan tinggi gagah serta wajah tampan rupawan yang berhasil membuat Senja mematung untuk sejenak, saat gadis itu sudah membukakan pintu rumahnya.

"Mas Langit!"

                     

Bab terkait

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 9. Liburan

    Flash on."Kamu serius? Beneran kita mau liburan ke Pantai, Mas?" Tanya Senja sambil berusaha menahan rasa sakit di tenggorokannya karena tersedak.Senja sempat tersedak saat sang suami mengatakan kepadanya, jika besok laki-laki itu akan mengajaknya berlibur ke Pantai. Tentu saja, Senja menghiraukan rasa sakit di tenggorokannya berganti rasa bahagia yang tiada tara. Bagaimana bisa suami secuek Langit bisa membuat hatinya membuncah bahagia. Ah, kalau begini caranya, dia tidak akan bisa menghilangkan rasa cintanya kepada Langit."Tadi siang, Pak Rektor ngasih liburan gratis ke saya untuk tiga hari, hadiah pernikahan kita katanya. Tadinya saya mau nolak, tapi nggak enak.""Ish, ngapain di tolak, Ini tuh rezeki, Mas. Lagian, Pak Rektor udah baik sama kita. Jangan bikin beliau kecewa," kata Senja. "Ngomong-ngomong, kenapa pengen nolak hadiah dari Pak Rektor? Kamu takut khilaf saat kita berada di sana?"Wajah Langit tiba-tiba merona. "Bener 'kan Mas? Kamu takut kalau kamu tiba-tiba menyent

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 10. Akhir Kisah

    "RASYA…!!!"Langit terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Mimpi yang baru saja dialaminya membuatnya frustasi. Kenapa Rasya kembali hadir di mimpinya? Argh…Langit sangat kesal saat ini, karena harus mengingat kembali wanita yang masih ada di hatinya sampai saat ini.Namun, Langit sadar saat dia melihat Senja sedang berdiri mematung dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ini pasti karena dirinya yang tanpa sengaja menyebut nama Rasya di saat gadis itu percaya, jika Langit akan berusaha membuka hatinya.Refleks, Langit menghampiri Senja dan langsung memeluk tubuh mungil istrinya itu. Ini semua diluar kendalinya, dan dia pun menyesal. Ini pertama kalinya, laki-laki itu memeluk sang istri, setelah enam bulan lebih menjalani pernikahannya."Maaf, maafkan saya, Senja," ucap Langit sambil mempererat pelukannya.Bukannya menghentikan tangisannya, Senja justru semakin terisak. Sungguh, senja merasakan sakit di bagian dadanya, saat sang suami menyebut wanita lain dihadapannya."Makany

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 11. Kesan Yang Baik.

    Flashback."Mas Langit?""Assalamualaikum, Pak Dika-nya ada?""Walaikumsalam. Mas Langit mau ketemu Ayah?" Tanya Senja seolah tidak mendengar apa yang menjadi alasan tetangganya itu datang ke rumahnya. Langit menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu tidak berniat menjawab pertanyaan gadis yang ada dihadapannya itu, karena tadi sudah sangat jelas jika dia ingin bertemu dengan ketua Rt di kompleks perumahan tempat tinggalnya."Maaf Mas, sejak tadi pagi, Ayah sudah berangkat ke kantor. Bagaimana kalau nanti sore atau malam saja, Mas Langit datang lagi kemari," usul Senja."Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong kamu sudah rapi pagi-pagi begini, mau kemana?" Tanya Langit agak heran, karena belum pernah lihat Senja berpakaian formal seperti saat ini."Oh, saya mau kuliah Mas. Kenapa?""Kalau begitu Kebetulan saya juga mau ngajar pagi ini. Mau sekalian saya antar kamu kuliah?.""Beneran Mas? Mau...mau, Alhamdulillah," ucap Senja senang. "Tapi ngerepotin nggak?""Nggak lah, saya yang ngajak ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 12. Kesalahpahaman

    Semakin hari interaksi Langit dan Senja semakin sering mereka lakukan. Jika waktu luang, Langit sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Pak Andika. Dan setelahnya, laki-laki itu selalu menyempatkan berbincang juga dengan Senja pula. Senja pun sudah merasa, jika Langit sudah benar-benar menjadi sahabatnya. Karena semakin hari, Langit semakin terbuka untuk sekedar ngobrol masalah pribadi kepada Senja. "Tumben nggak nemuin pacar kamu, Dek?" Tanya Bintang, kakak satu-satunya Senja. Senja menggeser tubuhnya saat sang Kakak kini ikut duduk di sampingnya. "Maksud Abang Mas Langit?" "Iya siapa lagi kalau bukan dia," ucap Bintang seraya mengambil cemilan yang ada ditangan Senja. "Mas Langit lagi bahas sesuatu yang penting sama Ayah. Jadi Adek nggak mau ganggu obrolan mereka. Lagian Adek 'kan sudah bilang sama Abang...Adek itu nggak pacaran sama Mas Langit." "Yakin? Kok Abang nggak percaya kalian nggak pacaran. Secara, Mas Langit sering banget datang ke rumah kita. kalau nggak pac

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 1. Pernikahan Yang Tak diinginkan

    "Ayo kita berangkat sekarang, Mas!"Langit melirik ke arah sang istri yang tiba-tiba masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya tanpa izin."Kenapa sih, kamu selalu saja seenaknya kayak gini?"Langit kembali dibuat kesal oleh sang istri, Senja Aurora. Seperti biasa dia tidak akan pernah hidup tenang selama bersama istrinya itu.Setiap hari Langit selalu harus menyiapkan stok sabarnya untuk Senja yang selalu membuat ulah. Hari ini pun sama, sang istri seenaknya masuk ke dalam mobilnya. Sementara, tempat kuliah sang istri dan kampus tempatnya mengajar berbeda arah. Tentu saja, Langit tidak mungkin mengantarkan sang istri terlebih dahulu, jika dia tidak ingin terlambat."Mobil aku mogok Mas, baru mau aku service ke bengkel hari ini," ucap Senja dengan wajah tanpa dosa."Tapi saya nggak bisa nganterin kamu. Hari ini saya ngajar pagi.""Yaelah Mas, paling terlambat lima belas menit, mahasiswa kamu pasti memaklumi. Jalanan Bandung sekarang sama macetnya seperti di Jakarta 'kan."Namun ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 2. Flashback.

    Tiga tahun yang lalu."Ayah sama Bunda mau kemana, kok rapi amat?" Tanya Senja saat melihat sang ayah hendak pergi lagi setelah shalat isya. Bahkan kini ,sang Bunda pun ikut dengan sang ayah dan berpenampilan cantik dengan gamis warna peach yang dikenakannya."Ayah sama Bunda ada undangan pengajian dari tetangga baru kita, sayang," jawab sang ayah kepada Senja Aurora anak gadisnya yang kini sudah masuk kuliah semester awal. "Kamu mau ikut?" Ajak Pak Andika, Ayah senja."Hm, nggak deh Yah. Lagi banyak tugas nih," tolak Senja."Ya sudah kalau begitu, Ayah sama Bunda berangkat dulu ya. Oh ya, jangan lupa kunci pintu. Bunda bawa kunci cadangan kok. Takutnya Ayah sama Bunda pulangnya malam," ucap Bunda mengingatkan Senja."Siap Bos! Hati-hati ya Ayah, Bunda.""Iya sayang, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."*****Suasana rumah yang baru ditempati Langit Putra Angkasa, begitu ramai malam ini. Ya, Langit baru saja membeli rumah ini seminggu yang lalu. Dan malam ini, sengaja laki-laki itu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 3. Berteman

    Hari ini.[Mas, bisa jemput aku nggak di kampus?]Langit menyandarkan tubuhnya di kursi ruang kerjanya. Mendapatkan notifikasi pesan dari sang istri membuatnya semakin lelah. [Mas, kok nggak jawab? Mau jemput nggak?]Kembali, sang istri mengirimi pesan lagi, setelah tak dibalas olehnya.[Mas aku udah mau pulang ini. Bales dong chat aku! Jangan di baca doang!][Kenapa nggak naik taksi online aja sih? Saya sedang sibuk mengoreksi hasil tugas mahasiswa saya]Di tempat lain di waktu yang sama, Senja hanya bisa menghela nafas panjang. Dadanya terasa sesak, karena sang suami, kembali tak memperdulikannya. Sekalinya sang suami membalas pesan yang dia kirim, suaminya itu malah membuat hatinya terasa nyeri. Argh, menyesal dia meminta Langit menjemputnya. Jika dia akan mendapat perlakuan dingin dari suaminya itu.Dia pikir sejak kejadian tadi pagi, suaminya akan berubah. Nyatanya, Senja harus kembali kecewa dengan sikap Langit, suaminya itu yang masih saja tak menghiraukan keberadaannya.[Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 4. Sulit Membuka Hati

    Hah…!!! berteman?Mata Senja membulat sempurna, saat mendengar permintaan sang suami. Agak aneh sih, karena Senja tak pernah mengira Langit punya pemikiran seperti itu. Padahal, sejatinya mereka sudah lebih dari sekedar berteman. Mereka suami istri yang hubungannya jauh lebih dari hanya sekedar teman. Namun, Senja akhirnya menerima untuk bisa berteman dengan suaminya itu, sekalipun itu terasa aneh untuknya. Daripada dirinya merasa menjadi musuh Langit, ya ini jauh lebih baik. *****"Jangan melamun Pak Lang, nanti ke sambet lho!"Lamunan langit buyar saat tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke ruangannya. Dan dia sangat tahu, jika sahabatnya lah yang berani masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan itu, nggak enak dengernya!"Abimana, tertawa melihat wajah kekesalan yang di tampakkan Langit saat ini. Maklum, selama ini wajah jutek dan dinginnya selalu menghiasi wajah tampan sahabatnya itu."Baiklah, maaf. Oh

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31

Bab terbaru

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 12. Kesalahpahaman

    Semakin hari interaksi Langit dan Senja semakin sering mereka lakukan. Jika waktu luang, Langit sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Pak Andika. Dan setelahnya, laki-laki itu selalu menyempatkan berbincang juga dengan Senja pula. Senja pun sudah merasa, jika Langit sudah benar-benar menjadi sahabatnya. Karena semakin hari, Langit semakin terbuka untuk sekedar ngobrol masalah pribadi kepada Senja. "Tumben nggak nemuin pacar kamu, Dek?" Tanya Bintang, kakak satu-satunya Senja. Senja menggeser tubuhnya saat sang Kakak kini ikut duduk di sampingnya. "Maksud Abang Mas Langit?" "Iya siapa lagi kalau bukan dia," ucap Bintang seraya mengambil cemilan yang ada ditangan Senja. "Mas Langit lagi bahas sesuatu yang penting sama Ayah. Jadi Adek nggak mau ganggu obrolan mereka. Lagian Adek 'kan sudah bilang sama Abang...Adek itu nggak pacaran sama Mas Langit." "Yakin? Kok Abang nggak percaya kalian nggak pacaran. Secara, Mas Langit sering banget datang ke rumah kita. kalau nggak pac

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 11. Kesan Yang Baik.

    Flashback."Mas Langit?""Assalamualaikum, Pak Dika-nya ada?""Walaikumsalam. Mas Langit mau ketemu Ayah?" Tanya Senja seolah tidak mendengar apa yang menjadi alasan tetangganya itu datang ke rumahnya. Langit menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu tidak berniat menjawab pertanyaan gadis yang ada dihadapannya itu, karena tadi sudah sangat jelas jika dia ingin bertemu dengan ketua Rt di kompleks perumahan tempat tinggalnya."Maaf Mas, sejak tadi pagi, Ayah sudah berangkat ke kantor. Bagaimana kalau nanti sore atau malam saja, Mas Langit datang lagi kemari," usul Senja."Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong kamu sudah rapi pagi-pagi begini, mau kemana?" Tanya Langit agak heran, karena belum pernah lihat Senja berpakaian formal seperti saat ini."Oh, saya mau kuliah Mas. Kenapa?""Kalau begitu Kebetulan saya juga mau ngajar pagi ini. Mau sekalian saya antar kamu kuliah?.""Beneran Mas? Mau...mau, Alhamdulillah," ucap Senja senang. "Tapi ngerepotin nggak?""Nggak lah, saya yang ngajak ka

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 10. Akhir Kisah

    "RASYA…!!!"Langit terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Mimpi yang baru saja dialaminya membuatnya frustasi. Kenapa Rasya kembali hadir di mimpinya? Argh…Langit sangat kesal saat ini, karena harus mengingat kembali wanita yang masih ada di hatinya sampai saat ini.Namun, Langit sadar saat dia melihat Senja sedang berdiri mematung dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ini pasti karena dirinya yang tanpa sengaja menyebut nama Rasya di saat gadis itu percaya, jika Langit akan berusaha membuka hatinya.Refleks, Langit menghampiri Senja dan langsung memeluk tubuh mungil istrinya itu. Ini semua diluar kendalinya, dan dia pun menyesal. Ini pertama kalinya, laki-laki itu memeluk sang istri, setelah enam bulan lebih menjalani pernikahannya."Maaf, maafkan saya, Senja," ucap Langit sambil mempererat pelukannya.Bukannya menghentikan tangisannya, Senja justru semakin terisak. Sungguh, senja merasakan sakit di bagian dadanya, saat sang suami menyebut wanita lain dihadapannya."Makany

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 9. Liburan

    Flash on."Kamu serius? Beneran kita mau liburan ke Pantai, Mas?" Tanya Senja sambil berusaha menahan rasa sakit di tenggorokannya karena tersedak.Senja sempat tersedak saat sang suami mengatakan kepadanya, jika besok laki-laki itu akan mengajaknya berlibur ke Pantai. Tentu saja, Senja menghiraukan rasa sakit di tenggorokannya berganti rasa bahagia yang tiada tara. Bagaimana bisa suami secuek Langit bisa membuat hatinya membuncah bahagia. Ah, kalau begini caranya, dia tidak akan bisa menghilangkan rasa cintanya kepada Langit."Tadi siang, Pak Rektor ngasih liburan gratis ke saya untuk tiga hari, hadiah pernikahan kita katanya. Tadinya saya mau nolak, tapi nggak enak.""Ish, ngapain di tolak, Ini tuh rezeki, Mas. Lagian, Pak Rektor udah baik sama kita. Jangan bikin beliau kecewa," kata Senja. "Ngomong-ngomong, kenapa pengen nolak hadiah dari Pak Rektor? Kamu takut khilaf saat kita berada di sana?"Wajah Langit tiba-tiba merona. "Bener 'kan Mas? Kamu takut kalau kamu tiba-tiba menyent

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 8. Terima Kasih

    "Sekali lagi, terima kasih ya, Nak Langit, sudah menolong anak saya," ucap Ayah Dika."Sama-sama Pak. Saya tadi kebetulan lewat, dan melihat anak Bapak tergeletak di pinggir jalan.""Saya tidak tahu, bagaimana caranya kami membalas semua kebaikan Nak Langit. Maaf sudah merepotkan.""Jangan bilang seperti itu Bu. Bapak dan Ibu juga sering membantu saya. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya. Semoga, Senja cepat sembuh.""Aamiin ya Rabbal'alamiin. Sekali lagi terima kasih ya Nak Langit."Langit tersenyum," Assalamualaikum""Wa'alaikum salam."*****Keesokkan harinya, Senja sudah merasa lebih baik. Namun memang dia masih belum bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari ini pun terpaksa dia harus izin kuliah karena tubuhnya masih terasa sakit."Bunda lagi ngapain?" Tanya Senja saat melihat sang Bunda sibuk membuat kue."Kamu kenapa kesini, sayang? Kamu 'kan belum pulih.""Justru badan Senja makin sakit kalau tiduran terus, Bunda," ucap Senja sambil duduk di kursi meja makan. "Bunda belum

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 7. Pertemuan tak Terduga

    Flashback."Ayah, tamu tadi siapa? Kok, Senja baru lihat ya?" Tanya Senja saat mereka menikmati makan siang bersama."Oh itu, namanya Langit. Dia tetangga baru kita yang membeli rumah Pak Agus, di blok C5. Kenapa? Tumben kepo?"Senja pura-pura santai, padahal dalam hati dia begitu senang karena ternyata laki-laki tampan itu adalah tetangga barunya. Bahkan hanya terhalang satu rumah saja dengan rumah milik ayahnya itu."Habisnya, tamu ayah ganteng sih, makanya Senja kepo." "Ganteng? Bukanya kamu bilang cowok paling ganteng sedunia itu, Ayah?" Ucap Bunda Ayu seraya meletakkan air minum untuk Ayah Andika."Paling kalau ada maunya anak bungsu Bunda mah bilang begitu sama Ayah. Sekarang udah kegeser tuh sama tetangga baru kita," ucap ayah Dika pura-pura kesal.Yang sedang jadi bahan pembicaraan hanya tersenyum melihat tingkah sang ayah yang terlihat cemburu."Ish, kegantengan ayah mah nggak akan tertandingi. Tetap, Ayah adalah cowok paling ganteng sedunia raya. Nah tamu yang tadi, cowok t

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 6. Mencoba Membuka Hati

    Aroma wangi masakan menyeruak ke dalam hidung bangir Senja pagi ini. Aroma itu semakin kuat saat gadis itu menuju dapur tempat asal muasal bau harum yang membuat perutnya keroncongan. Maklum selama ini, Senja tidak pernah sarapan di rumah. Dia lebih sering sarapan di kampus, karena tidak pernah merasa nyaman jika berlama-lama tinggal di rumah suaminya itu. Mata Senja menatap takjub saat seseorang sedang bergelut dengan peralatan masak dengan sangat lihai. Bahkan kini, gadis itu hanya berdiri mematung, menikmati pemandangan indah yang ada di hadapannya saat ini."Ngapain berdiri di situ!" Kata Langit yang sontak saja membuyarkan lamunan Senja."Hm, a..aku cuma mau pamit, mau berangkat kuliah, Mas," ujar Senja.Walaupun jujur saja, perutnya saat ini sedang berontak minta di isi. Namun karena gengsinya yang terlalu kuat, Senja memutuskan untuk segera pergi kuliah demi menghindari suaminya itu dan memilih sarapan di kantin kampusnya."Sepagi ini?" Tanya Langit heran. Padahal ini masih p

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 5. Makan Malam Bersama

    Senja tampak canggung saat dirinya sudah berada di antara keluarga Langit. Mungkin karena ada Tante Rima, kakak dari Mama Dona yang kini tinggal di Jogjakarta, ada bersama mereka.Jujur, Senja memang sedikit sungkan kepada kakak dari mertuanya itu. Maklum, Senja baru bertemu dengan Tante Rima saat melaksanakan akad nikah waktu itu. Melihat dari wajah wanita paruh baya itu, Senja merasa jika Tante Rima kurang suka padanya. Entahlah, perasaan itu masih dia rasakan saat ini, ketika bertemu tante dari sang suami."Lang, Tante tuh kangen banget sama kamu. Kenapa nggak pernah main lagi ke rumah tante sih?" Ucap Tante Rima di sela-sela makan malam mereka."Iya nanti ya Tante. Nanti kalau saya ada waktu, Insya Allah, saya nyempetin main ke rumah tante," ucap Langit."Beneran ya, tante tunggu loh. Padahal dulu kamu sama Rasya sering banget main ke rumah tante, bahkan sampai menginap segala!"Uhuk...uhuk..."Senja, kamu nggak apa-apa, Nak?" Tanya Mama Dona seraya menyerahkan gelas berisi air mi

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 4. Sulit Membuka Hati

    Hah…!!! berteman?Mata Senja membulat sempurna, saat mendengar permintaan sang suami. Agak aneh sih, karena Senja tak pernah mengira Langit punya pemikiran seperti itu. Padahal, sejatinya mereka sudah lebih dari sekedar berteman. Mereka suami istri yang hubungannya jauh lebih dari hanya sekedar teman. Namun, Senja akhirnya menerima untuk bisa berteman dengan suaminya itu, sekalipun itu terasa aneh untuknya. Daripada dirinya merasa menjadi musuh Langit, ya ini jauh lebih baik. *****"Jangan melamun Pak Lang, nanti ke sambet lho!"Lamunan langit buyar saat tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke ruangannya. Dan dia sangat tahu, jika sahabatnya lah yang berani masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan itu, nggak enak dengernya!"Abimana, tertawa melihat wajah kekesalan yang di tampakkan Langit saat ini. Maklum, selama ini wajah jutek dan dinginnya selalu menghiasi wajah tampan sahabatnya itu."Baiklah, maaf. Oh

DMCA.com Protection Status