Share

Bab 12. Kesalahpahaman

Semakin hari interaksi Langit dan Senja semakin sering mereka lakukan. Jika waktu luang, Langit sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Pak Andika. Dan setelahnya, laki-laki itu selalu menyempatkan berbincang juga dengan Senja pula. Senja pun sudah merasa, jika Langit sudah benar-benar menjadi sahabatnya. Karena semakin hari, Langit semakin terbuka untuk sekedar ngobrol masalah pribadi kepada Senja.

"Tumben nggak nemuin pacar kamu, Dek?" Tanya Bintang, kakak satu-satunya Senja.

Senja menggeser tubuhnya saat sang Kakak kini ikut duduk di sampingnya.

"Maksud Abang Mas Langit?"

"Iya siapa lagi kalau bukan dia," ucap Bintang seraya mengambil cemilan yang ada ditangan Senja.

"Mas Langit lagi bahas sesuatu yang penting sama Ayah. Jadi Adek nggak mau ganggu obrolan mereka. Lagian Adek 'kan sudah bilang sama Abang...Adek itu nggak pacaran sama Mas Langit."

"Yakin? Kok Abang nggak percaya kalian nggak pacaran. Secara, Mas Langit sering banget datang ke rumah kita. kalau nggak pacaran, apa mungkin Mas Langit PDKT sama kamu, Dek?"

"Ngaco! Nggak lah Bang. Mas Langit itu terlalu dewasa buat Adek."

"Tapi, dia 'kan ganteng Dek. Emang nggak tertarik?"

"Adek itu gadis normal Abang, masa nggak tertarik sama modelan Mas Langit. Udah mah ganteng, tinggi, berwibawa dan juga mapan. Tapi Adek takut Bang, Mas Langit 'kan sudah dewasa, duda pula. Gimana kalau nanti Mas Langit malah ngajakin nikah. Adek belum siap kalau itu terjadi."

"Iya sih, Abang juga nggak mau kamu nikah Muda."

"Kenapa? Takut dilangkahin sama Adek ya Bang?"

"Ya nggak lah. Kalau kamu ditakdirkan menikah terlebih dahulu, Abang mah ikut bahagia. Tapi kalau kamu nikah muda, takutnya kamu belum siap menghadapi permasalahan rumah tangga. Bukannya bahagia, malah justru sengsara. Itu yang Abang takutkan Dek," tutur Bintang.

"Masya Allah Abang, Adek makin sayang deh sama Abang. Ternyata Abang sampai mikir sejauh itu. Tapi tenang aja Bang, Adek nggak akan nikah muda. Soalnya, masih banyak cita-cita dan harapan yang ingin Adek capai. Salah satunya, membuat Ayah, Bunda juga Abang bangga sama Adek."

Karena menggemaskan, Bintang mengusap kepala adik kesayangannya dengan lembut. Gadis yang berbeda usianya 8 tahun, membuat Bintang begitu mencintai dan menyayangi adiknya itu.

**********

Langit merasa sangat lelah hari ini. Bagaimana tidak, seharian jadwal ngajarnya begitu padat, sehingga laki-laki itu ingin segera merebahkan tubuhnya. Apalagi semalam, Langit tidak bisa memejamkan matanya karena banyak tugas yang harus dia kerjakan.

Laki-laki itupun membuka kancing kemejanya untuk menggantinya dengan t-shirt agar lebih nyaman. Di simpannya kemeja tadi di tempat pakaian kotor. Kemudian dengan bertelanjang dada Langit membuka pintu kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih nyaman.

Namun alangkah terkejutnya Langit, saat menemukan seorang gadis sedang tertidur nyenyak di tempat pribadinya itu.

"Astaghfirullah, kamu kenapa ada di kamar saya, Senja!"

Langit sangat terkejut saat tiba-tiba melihat seorang gadis berada di kamarnya. Bahkan Senja dengan santainya tersenyum dengan muka bantal yang begitu jelas terlihat oleh Langit, jika gadis itu tidur di kasurnya dengan sangat nyaman.

"Sebentar, Mas nyawa aku belum pada kumpul semua," ucap Senja seraya bangkit dan kemudian duduk di sisi kasur empuk milik Langit.

Namun belum sempat Senja menjelaskan kenapa dia ada di kamar Langit, Pak Rt, alias Ayah Dika sudah masuk dan melihat kedua insan itu berada di kamar milik Langit.

"Kalian sedang apa, Hah!!!"

Suara bariton Ayah Dika membuat bulu kuduk Senja merinding. Bahkan mata yang sejak tadi terasa berat, kini terbuka sempurna.

Sungguh, sepanjang hidup belum pernah melihat sang ayah semarah ini. Gadis itu refleks berdiri dan menatap Langit dengan raut wajah ketakutan.

"Saya bisa jelaskan Pak. Ini salah paham, saya juga tidak tahu, kenapa tiba-tiba, Senja ada di kamar saya."

"Apa saya percaya? Tidak! Anak saya berada di kamar anda dengan kondisi berantakan seperti ini. Lalu, apa ini? Anda berada satu kamar dengan anak saya tanpa memakai baju. apa yang sudah anda lakukan terhadap anak saya?"

"Saya berani bersumpah Pak, saya tidak melakukan apapun terhadap anak Bapak. Saya benar-benar tidak tahu, ketika saya pulang ngajar, tiba-tiba Senja sudah ada di kamar saya," jelas Langit. "Kamu bicara dong, Senja. Jelaskan semua kepada pak Dika!"

Senja menelan salivanya. Dia bingung harus menjelaskan dari mana. Karena apa yang terjadi saat ini, adalah kesalahannya.

Akhirnya, Ayah Dika memutuskan membawa kedua insan itu ke rumahnya, selain itu untuk kenyamanan mereka berdua, juga untuk menghindari kecurigaan warga yang lain.

"Lebih baik, jelaskan semuanya di rumah saya!" Geram Pak Dika.

Ayah Dika mengetahui keberadaan Senja dari GPS ponsel milik anak gadisnya itu. Ya, tanpa sepengetahuan Senja, Ayah Dika melakukan semuanya untuk mengontrol keberadaan anaknya. Bukannya tidak percaya terhadap anaknya sendiri, karena sang Ayah yakin anaknya tidak pernah macam-macam, namun semua itu beliau lakukan, semata-mata untuk memantau sang anak selama di luar rumah.

Dan hari ini terbukti, ketika sang anak pergi begitu lama, sang ayah bisa mengetahui keberadaan Senja dari alat canggih itu. Pak Dika sempat curiga, karena Senja berada di rumah tetangganya yang notabene tinggal seorang diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status