Gennifer bergidik badannya. “Marvin, kau sangat tega! Apa kau tidak cinta lagi sama aku?” Mata Gennifer merah dan ingin menangis.
Derick berdiri dan berkacak pinggang. Dia menatap menantunya dan berkata, “Kau sudah gila, Marvin. Satu tahun penuh istrimu mengurusimu, memberimu makan setiap minggu, selalu setia padamu, tapi sekarang kau sudah melukai hatinya.”Elena tak bergeming. Dia menghunjamkan tatapannya ke wajah Marvin dan berkata keras, “Tidak tahu diri! Kau bicara seperti itu, berarti kau ingin sekali bisa bercerai dari Gennifer.” Sebenarnya mereka tak peduli, tapi mereka tidak ingin putrinya malu gegara menantu bodoh itu.Apa yang sudah dipertaruhkan oleh Marvin memang terdengar gila. Jika Keluarga Winston saja tertatih-tatih dalam mencari lobian agar bisnis mereka tetap berjalan selama berbulan-bulan lamanya, bagaimana bisa pria yang baru saja keluar dari penjara lantas bisa mengirimkan minyak mentah yang sangat banyak?Mereka kompak menilai bahwa Marvin sudah terganggu otaknya. Jika orang seperti Raymond saja butuh waktu satu minggu untuk memproses semuanya, dan itu pun belum bisa dipastikan, lha ini Marvin dengan konyolnya mengatakan hal demikian. Apa Marvin meracau tidak sadar?Marvin menatap wajah Raymond lekat-lekat. “Kau takut?” tanyanya sangat dingin.Mendengarnya, Raymond melongo. “Ha? Kau pikir aku takut? Dengan bicara seperti itu, kau sudah melecehkan nama besarku, Bodoh! Kau sangat kurang ajar!”Marvin membela diri. Dia bukan pengecut. “Kau yang kurang ajar terlebih dahulu. Kau sudah merobek harga diriku dengan menyuruhku menjilat telapak sepatumu.”Raymond meraih mawar merah bawaanya yang sedari tadi terkapar di atas meja. Dia memberikannya langsung kepada Gennifer. Tingkah lakunya jelas disaksikan oleh Marvin.Raymond jongkok di hadapan Gennifer dan berkata mesra, “Aku tidak sabar menunggu besok, Gennifer. Sebelum kau sah bercerai dari suami memalukanmu ini, aku akan mengutarakan kata cinta padamu, di depan suamimu sendiri.” Raymond melempar sebuah senyuman manis dan hangat.Hati Gennifer makin tergoncang. Terlalu banyak rasa yang menggumpal di dadanya : resah, khawatir, takut, cemas, harap, cinta terhadap Marvin, dan jijik melihat Raymond.Bibirnya menggerenyot kesal tatkala mendapat perlakuan seperti itu dari Raymond. Wanita mana pun suka bunga mawar, tapi jika kondisinya pada saat seperti sekarang, rasanya Gennifer mau muntah meskipun pria yang memberinya adalah anak orang terkaya di satu negeri.Marvin mendengus marah. “Jangan terima bunga murah seratus dollar itu, istriku! Besok aku akan kasih kau Bunga Gloriest!”Apa? Bunga Gloriest?Bunga Gloriest hanya ada di kota Gloriston dan tumbuh setiap musim gugur. Di saat semua bunga berguguran, hanya Bunga Gloriest yang akan hidup dan tumbuh. Bunga yang sangat indah itu akan tahan selama sepuluh tahun tanpa air. Wanginya lebih harum dari bunga apapun.Russel tercengang. “Apa kau tahu harganya yang paling murah adalah sepuluh ribu dollar?” tanyanya sambil mengerutkan jidat.Kemudian Marvin tersenyum tipis dan menjawab, “Aku akan membelikan buat istriku, harga termahal, lima ratus ribu dollar.” Lalu dia merangkul istrinya dan segera menyuruh Raymond menghentikan kegilaannya. “Duduklah di tempatmu sana!” titahnya.Saking terkejutnya dengan sikap menantunya, Elena sampai membekap mulutnya pakai telapak tangan. Matanya membulat seperti donat. Selama menjadi orang kaya, tidak pernah Elena memiliki bunga itu.Bunga Gloriest terlalu mewah dan hanya akan ada satu saja yang tumbuh setiap tahun.Derick menggeleng tak percaya. Asli menantunya sudah berlebihan mengada-ada. Dia pikir, Marvin setelah keluar penjara akan membawa perubahan, rupanya meleset.Sungguh mengecewakan.Marvin berdiri, mengeluarkan dompet, dan mengambil uang seratus dollar. “Ambil uang ini dan buang segera bunga itu ke kotak sampah!”Tidak terima, Raymond membentak marah, “Kau sudah mempermalukan Putra Harvard. Aku tidak bakal lupa dengan perlakuanmu!”Marvin kembali duduk, lalu membalas santai, “Kau juga keterlaluan. Aku tidak terima kau menghadiahi istriku bunga murah seratus dollar. Apa kau sudah menghina Keluarga Winston?” cecarnya.Raymond menoleh ke Russel dan berkata, “Iparmu semakin parah, Russel! Jika tidak segera diurus, aku sangat yakin secara perlahan Keluarga Winston akan terpuruk.”Kenapa Marvin bisa begitu berani berbicara lantang?Ketika semasa sekolah, Marvin tidak hanya belajar di laboratorium dan perpustakaan, tapi dia sudah terbiasa hidup keras. Dia pun sering diangkat menjadi ketua kelas dan menjadi siswa yang punya peran penting di berbagai kesempatan.Ketika studi S1 dan S2, dia sangat aktif berorganisasi. Dia terbiasa dengan diskusi berat dan perdebatan. Selain itu, dia sering berbicara dengan orang-orang besar, baik dari para pebisnis maupun profesional dalam mengasah keterampilan bicaranya.Dan terkahir selama di penjara, cukup banyak Marvin mendapat pelajaran berharga, di sana mentalnya benar-benar ditempa. Penakut lalu ditindas, atau berkelahi terus aman? Marvin memilih berkelahi, dan paling minimal dia akan adu mulut dengan para tahanan lain.Marvin mengawasi kedua mertuanya dan berkata tegas, “Jika sekarang aku katakan siapa sebenarnya sosok Raymond dan apa kepentingannya sekarang, kalian berdua tidak akan percaya padaku. Tapi, nanti kalian pasti akan tahu. Aku akan membuktikannya.”Russel berdecak kesal. “Sudah cukup, Marvin. Hentikan sekarang semua omong kosongmu! Jika kau terlalu membual, urat geli kami akan putus lama kelamaan.”Ada tepukan hangat ke pundak Russel dari Raymond, lalu sebuah rangkulan. “Iparmu begitu curiga terhadap kita berdua, Russel. Apa ada yang salah dengan hatinya?”Russel menghela napas kesal dan berkata, “Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Besok dia akan segera pergi juga dari sini. Sudah, aku mau berangkat kerja.” Russel beranjak.Marvin mengawasi mereka. “Ingat taruhan kalian berdua! Russel, waktumu masih panjang, tiga bulan lagi, jadi masih ada banyak waktu untuk berpikir. Dan kau Raymond, waktumu hanya satu hari satu malam, jika kau berubah pikiran, silakan minta maaf padaku dan istriku sekarang.”Raymond apatis. Dia tak menoleh.“Putra Harvard, kau pengecut!” ejek Marvin.Raymond berhenti dan memutar tubuhnya. “Oke! Kita deal! Aku harap kau segera beli topeng untuk menutupi wajahmu yang penuh malu itu!” dengusnya bengis.“Kita lihat nanti siapa yang akan malu!” sorak Marvin percaya diri.Ayah mertua segera menyuruh istrinya ke dapur untuk mengawasi para pembantu. “Aku mau berangkat kerja. Biarkan sepasang anak manusia ini menikmati hari-hari terakhirnya.” Derick dan istrinya melengos dari tatapan Marvin. Sedikit pun mereka tidak percaya dengan semua apa yang dikatakan oleh Marvin.Tersisa cuma Marvin dan Gennifer di ruang tamu. Gennifer lantas menangis, menumpahkan perasaan sedihnya. “Kau sangat jahat samaku, Marvin. Aku pikir, kau akan membalas kebaikan dan kesetiaanku selama kau di penjara.” Wajahnya memerah. Ada rasa kesal membuncah, tapi cintanya terlalu besar.Marvin merengkuh istrinya sangat erat. “Justru aku sangat cinta sama kau, Gennifer istriku. Aku tidak rela kau dipermainkan oleh mereka. Aku harus memberi mereka pelajaran,” seru Marvin sepenuh hati. “Percayalah padaku, Keluarga Rock dan Keluarga Winston pasti akan bangkit! ”Malam ini di kediaman Keluarga Rock.Marvin Rock mengangkat telepon. “Ya, dengan saya sendiri.”Terdengar halus getaran suara di ujung telepon. “Kami dari Ferum Group negara Northice, berminat membeli produk MR-25. Kami sudah menyiapkan uang sebesar lima puluh milyar dollar untuk bisnis selama lima tahun ke depan.”Dan ini adalah tawaran ke delapan yang masuk. Sebelumnya, sudah ada lima investor yang telah menanamkan dana yang sangat besar, totalnya mencapai seratus milyar dollar. Serta ada tiga pembeli, termasuk yang terakhir ini, juga sudah menyentuh angka ratusan milyar dollar.Kenapa banyak pengusaha yang bergelut di bidang energi, terutama listrik, sangat berminat dengan MR-25? Apa rahasianya?Sebenarnya MR-25 hanya istilah. Marvin Rock menemukan senyawa kimia itu pada usia 25 tahun. Awalnya, Marvin menemukan sebuah unsur kimia terbaru di tanah milik keluarganya sendiri, lantas dia memberinya nama Glorisium.Glorisium agak mirip dengan batubara. Setelah melewati proses rumit, Glo
Audi hitam jadul milik Marvin Rock selama satu tahun belakangan sangat jarang dipakai, kecuali beberapa kali saja oleh orang rumah. Marvin menyalakan mesinnya dan memanaskannya sebentar. Dia mengelap body dan kacanya. Sejak dulu Marvin tidak pernah menyuruh pembantu atau siapa pun untuk membersihkan mobil miliknya. Bahkan, jika terjadi kerusakan, dia akan memperbaikinya sendiri.Deruman mesin suara motor besar milik Harven Rockwell cukup menggelegar. BRUM! Harven begitu gagah dengan setelan anak motor, jaket hitam dan sepatu kulit. Dia membuka kaca helm dan menyapa kakaknya sebelum berangkat kuliah, “Semangat, Kak!” senyum hangatnya terlihat dari matanya yang menyipit.“Studimu tinggal tiga bulan lagi, Harven. Belajar yang rajin, lalu temani kakakmu mengurus bisnis kecil Keluarga Rock!”“Siap, Kak. Aku pergi!” suara Harven tidak terdengar jelas karena helm yang dia kenakan. Dia tancap gas.Marvin berpamitan kepada ayah dan ibunya, setelah itu dia pun masuk ke mobilnya, berangkat menuj
Di Villa Winston, pagi menjelang siang.Marvin turun dari Audi-nya.Tidak lama, Gennifer berlarian dan menghambur keluar rumah. “Suamiku, apa benar kau yang sudah mengirimkan Bunga Gloriest ini?” tanyanya dengan wajah berbinar. Tangan Gennifer masih menenteng rangkaian bunga seharga lima ratus ribu dollar ini.Karena kehadiran Bunga Gloriest cukup mencengangkan, Derick dan Russel rela belum berangkat bekerja hanya untuk memastikan bahwa bunga itu bukan dikirimkan oleh Marvin.Bahkan, putra nomor dua dari Derick Winston, atau adik dari Russel Winston, bernama Axel Winston, keluar dari asrama kampusnya lalu pulang ke rumah. Saking kagetnya. Axel merupakan mahasiswa S3 sains yang sangat cerdas, sekaligus seorang asisten dosen di Univeritas Gloriston, jauh lebih cerdas dan bijak daripada Russel.Satu-satunya orang yang masih respect terhadap Gennifer ya hanya Axel saja. Dia mendekati Marvin dan bertanya, “Adik ipar, apa kabarmu?” Axel lebih tua satu tahun dari Marvin, tetap memanggilnya ad
Hingga sore hari, Marvin masih berada di kediaman Keluarga Winston. Karena sudah lama tidak bersua, dia meluapkan bahagianya bersama istrinya dan juga Axel. Tidak hanya itu, maksud hati Marvin sebenarnya adalah menunggu kehadiran Russel dan Raymond.Sekitar pukul lima, barulah Russel pulang. Ford jutaan dollar miliknya masuk ke halaman villa, sengaja menjauh dari Audi jadul milik Marvin. “Mobil si brengsek, harusnya dia parkir di luar gerbang sana,” umpatnya menyeringai.Bahagia dan khawatir bercampur di wajah Russel. Bahagia karena selama satu bulan ke depan Winsoil akan aman dari krisis, dan khawatir adalah siapa yang telah menyuruh The Oxy mengirimkan minyak mentah sebanyak itu, padahal pihak Winsoil tidak pernah melakukan penawaran.Setibanya di ruang keluarga yang sangat megah ini, Russel mendengus kesal ketika melihat Marvin, dan berkata, “Harusnya kau tidak berada di ruangan ini! Dan lebih baik seharusnya kau pulang saja! Kami tidak menerima mantan napi!”Gennifer tidak terima.
“Kau baru saja keluar dari penjara dan tertimpa banyak masalah. Tidak mungkin kau mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk satu buah bunga!” protes Raymond lalu menyandarkan punggungnya sambil merentangkan tangannya. Kesan dia masih tetap harus dihargai.Gennifer menggamit tangan Marvin dan berkata, “Marvin, sebaiknya jangan ladeni dia. Kau pasti tahu seberapa berpengaruhnya Keluarga Harvard di Gloriston.” Gennifer sangat cemas dan takut kalau kalau nanti suaminya bakal masuk penjara lagi.Dulu, jelas nama Harvard tampak seram di mata Marvin Rock, seluruh masyarakat di Chemisland tahu kekayaan dan kesombongan Keluarga Harvard, tapi dulu. Namun, saat dia menemukan unsur kimia baru bernama Glorisium, sejak itulah Marvin tidak takut lagi dengan nama Keluarga Harvard.Andai saja pihak pemerintah tidak menghalangi langkah-langkahnya, tentu sudah lama Keluarga Rock naik pesat dan bisa menyaingi bisnis Harvard. Sekarang, sang penerus Keluarga Rock, akan membuktikannya.Karena tensi semakin
Saking geramnya Marvin terhadap Raymond, jika setelah memukulinya sampai babak belur dan habis itu selesai, dengan kata lain tidak akan ada keterlibatan pihak berwajib dalam menegakkan hukum, asli Marvin akan memukuli habis wajah Raymond, mungkin sampai mati.Hanya saja, perkelahian cuma akan membuatnya sengsara. Jika satu pukulan saja mendarat di wajah Raymond, fix malam ini juga polisi dan pengacara keluarganya langsung mendatangi kediaman Keluarga Winston.Sedari tadi orang seisi rumah sungguh tercengangkan mendengar omongan-omongan Marvin, mereka khawatir, was-was, dan takut kalau kalau nantinya akan ada pihak Keluarga Harvard datang dan memberikan tuntutan.“Sebelum menunggu besok, kita selesaikan dulu urusan kita, Raymond!” kata Marvin sembari mengangkat telapak sepatunya. “Aku harap ada rasa cokelat di sini. Tentu kau suka rasa cokelat, bukan?”Raymond Harvard terperanjat kaget. Matanya membulat, lalu ada guratan di keningnya, emosinya meledak. “Kau! Lancang sekali!” dengusnya
Lima menit, masih tidak nyambung.Raymond berdiri dan berkacak pinggang. “Kau menghubungi siapa, Bodoh?! Kau berpura-pura menjadi pembeli bunga mahal itu ha?!” cecar Raymond dengan raut wajah yang langsung berubah seratus delapan puluh derajat, dari resah, jadi gembira.Semua mata tertuju pada Marvin.Pulsa ada, kuota ada, sinyal bagus.Marvin menenangkan diri. “Hari sudah sore. Pasti tokonya sudah tutup dan teleponnya tidak aktif.”Russel cepat menyergah. “Alasan! Kau adalah pembohong, Ipar memalukan! Sudah aku sangka kalau ada orang yang salah kirim bunga itu. Ada ratusan nama Gennifer di Gloriston. Bisa saja salah alamat.” Russel mulai enerjik lagi.Raymond menatap hina. “Dan kau ingin membelikan Red Diamond untuk istrimu? Mimpi! Kau adalah mantan napi yang hobi berhalusinasi. Sebaiknya kau sering-sering ke perpustakaan dan banyak membaca buku pengembangan diri, Rocky!” Raymond sangat semangat mengeluarkan cibiran sadis.Gennifer makin resah. Dia kembali mendudukkan Marvin. “Marvin
Marvin berpamitan kepada kedua mertuanya, “Ayah, Ibu, aku permisi. Jika ada sesuatu yang kalian butuhkan, silahkan hubungi aku.” Dia mendekati dan memeluk Axel, “Kau besok sudah balik ke asrama lagi, saudaraku. Jaga dirimu baik-baik, segeralah menjadi profesor!”Kemudian, dia mendekat ke Russel dan ingin mengajak bersalaman, tapi Russel melengos. “Russel, jika sikapku tadi sangat berlebihan dan membuatmu kesal, maafkan aku. Bagaimanapun, kau tetap iparku. Jangan pernah takut terhadap Keluarga Harvard! Jika kau butuh jatah minyak mentah lagi, silakan bilang padaku!”Marvin menggenggam tangan istrinya, lalu segera mengajaknya beranjak. Dia pun berjalan tenang penuh wibawa sampai keluar villa. Hari sangat gelap, dan ketika mereka berada di dalam mobil, saat dalam perjalanan menuju Kediaman Rock, hujan pun turun dengan deras.Di dalam mobil, Gennifer bersandar di pundak suaminya dan berkata, “Aku harap, tidak terjadi apa-apa denganmu nantinya, sayang.” Hingga saat ini, Gennifer masih dihan