Share

TUJUH PULUH DUA

Tentu saja mereka sama-sama tahu, mengapa Emilia bisa mengalami itu. Saat itu istri Fariz tertabrak truk yang entah dari mana datangnya. Dan mereka juga tahu, siapa yang mencukong sopir truk itu.

Namun keduanya tidak ada yang ingin menentang Kakek Hasyim. Mereka dibesarkan oleh kemewahan yang hanya diberikan kakek mereka. Sabdaan kakek mereka ibarat ucapan Benito Mussolini sebelum digantung terbalik di Milan. Tak bisa dibantah. Dan tak bisa dilawan.

Meski tak bisa mengungkapkan kekesalannya pada sang kakek, dendam itu masih mendera hati Fariz. Ia melakukan segala cara, agar Kakek Hasyim menyesal dengan perbuatannya, sampai istrinya meninggal. Keinginannya hanya dua; membuat kakeknya mengakui istrinya sebagai cucu menantu, serta meminta maaf di pusara istrinya.

“Emilia-mu sudah tenang, Iz,” Attar menghibur sepupunya di saat dirinya butuh sekali dihibur. “Setidaknya, mautlah yang memisahkan kalian, bukan perceraian.”

“Aku masih

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status