Share

Bab 2. Suami Istri

Hanya saja, Ibu Sera memiliki berbagai macam cara untuk “melindungi” sang putri.

Jadi di sinilah Sera sekarang. 

Dalam balutan gaun bertabur swarovski, ia semakin berkilau dan paling mencolok di antara seluruh tamu yang datang di gedung mewah bernuansa putih itu.

Beberapa orang menatapnya dan Kai, kagum. Bahkan, ada yang menganggap ini adalah pernikahan impian. 

Sayangnya tak ada yang tahu, bahwa Sera dan Kai menikah dalam keadaan hati yang kacau.

"Kepada pengantin yang baru saja resmi menjadi suami istri, dipersilahkan untuk memasangkan cincin satu sama lain."

Intonasi dan nada bicara khas seorang pewara memberikan instruksi pada Sera dan Kai. 

Dapat Sera rasakan tangan Kai begitu dingin saat memasangkannya.

Hanya saja, ada yang aneh kala Sera gantian memasangkan cincin itu di jari Kai.

"Kok longgar gini, Om. Perasaan kemarin udah pas," bisik Sera. 

Namun, pria tampan itu hanya mendongak sedikit dan menatapnya tajam, tanpa menjawab apapun.

Sera terkesiap.

Mungkinkah Kai membencinya? 

Belum sempat memastikannya, ucapan pewara kembali menyadarkannya dari lamunan.

"Selanjutnya, tidak akan afdol jika mempelai pria tidak mengecup kening mempelai wanita. Sebagai tanda kasih sayang dan kelembutan, dipersilahkan kepada Kai Alister Adnan untuk mempersembahkan rasa cinta terhadap istri."

Deg!

Sera lupa akan ada hal ini!

Hanya saja, ia tak menyangka kala bibir Kai yang hangat menyentuh kening Sera. 

Sementara itu, Lukas, sahabat baik Sera sekaligus keponakan Kai, sedang mengamati kedua mempelai yang terlihat bahagia dari sudut pandangnya tanpa tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh sang pengantin.

Sorot matanya begitu tajam dan dingin.

“Lukas?” sapa Ibu Kai yang kebetulan sedang menyapa para tamu bertemu dengan cucu pertama di keluarga Adnan. “Mana Mama sama Papa kamu?”

“Itu–”

“Kamu sapa dulu, Sera. Dia sahabat kamu, ‘kan? Oma udah denger dari Mama kamu. Kamu pasti gak nyangka kalau Sera bakalan jadi Tante kamu,” ucap Diani dengan kekehan kecil. “Oma juga gak nyangka, ternyata Kai seleranya gadis muda.”

Rahang Lukas mengetat.

Sebenarnya, dia sudah ingin kabur dari sana. Tapi genggaman tangan Diani membuatnya segan.

Langkah kakinya begitu antusias membawa Lukas sampai di hadapan Sera.

Teman Sera itu segera membuang pandangannya.

Menyadari kecanggungan yang ada, Kai memeluk keponakannya terlebih dahulu. 

“Terima kasih sudah datang, Luke.”

Lukas hanya mengangguk.

“Hai, Luke. So many things happen, kenapa Lo gak bisa di hubungi?” ucap Sera yang menampilkan raut sedih di wajahnya.

Lukas yang menaruh seluruh hatinya pada Sera tak bisa mengatakan apa-apa. 

Namun beberapa detik berlalu, akhirnya Lukas membuka mulutnya.“Selamat ya Om Kai, Sera. Semoga… kalian bahagia.”

Tak ada senyum. 

Pria itu kemudian berbalik begitu saja meninggalkan Kai dan Sera yang memandang dengan banyak tanya ke arah Lukas yang terlihat sangat kecewa.

“Kamu, berpacaran dengan Lukas?”

Ucapan Kai yang tiba-tiba membuat Sera membelalakan mata.

“Gak, Om–”

“Jangan panggil saya, Om. Saya gak nikah sama Tante sama kamu, tapi sama kamu.”

“Jadi aku panggilnya apa dong? Mas? Boleh aku panggil, Mas?”

Kai berdehem kecil. “Ya. Kamu boleh panggil saya, Mas.”

Sera tersenyum tipis untuk menyembunyikan rasa aneh yang juga menjalar di seluruh tubuhnya. 

Meski pernikahan itu mendadak dan bukan atas dasar rasa cinta, tapi perasaan bahagia itu bukan berarti tak ada sama sekali.

Hanya saja, senyuman Sera mendadak hilang kala mendengar ucapan Kai selanjutnya.

“Satu lagi, Sera. Jaga reputasi keluarga dengan atur jarak dengan Lukas. Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan?”

Menjauh dari sahabatnya?

Ia menatap bingung pria yang kini sah menjadi suaminya, tapi tak ada satupun protes yang ia keluarkan dari mulutnya.

Terlebih, para tamu mulai menghampiri dan memberi selamat pada mereka, sampai acara berakhir.

***

“Om Kai, Kita–”

Ucapan Sera menggantung. Setelah tamu pulang, keduanya sudah ada di ruangan yang sama.

Satu hal yang terngiang di kepala Sera: malam pertama!

Setiap pengantin pasti berdegup tak karuan menghadapinya.

Walaupun pernah sampai melakukan hubungan intim dengan Kai, tetap saja Sera canggung. 

Dia melakukannya di bawah pengaruh alkohol!

Di sisi lain, Kai menoleh dan memperhatikan Sera yang kini dalam balutan lingrie yang diberikan orang tua mereka

“Kamu mau apa?” Pria itu kembali bertanya membuat Sera bersemu merah.

Haruskah ia mengatakannya?

“Itu….” 

Tiba-tiba saja, pakaian lengkap Sera dibuka paksa oleh Kai. 

“Mas?” Sera yang kesadarannya masih penuh, tak bisa menahan rasa malu. 

Namun, Kai seolah mengabaikan ucapannya dan menyerang Sera. 

Tubuh gadis itu gemetar hebat kala Kai membuatnya hancur di bawah sana. 

Entah berapa kali, Sera tak tahu.

Yang jelas, ia terbangun dengan rasa sakit di bagian inti tubuhnya.

Meski demikian, rasanya lebih melegakan dibanding malam itu.

Penuh gairah, tapi sakral?

Sera menahan senyum.

Ia ingin menyapa Kai yang sudah bangun. Tapi, Sera terkejut dengan perubahan sikap Kai lagi.

Pria itu kembali dingin dan langsung berkutat dengan pekerjaannya. 

Bahkan, mengatakan informasi yang tak pernah disangka.

"Hah? Mas harus ke Amerika?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status