Share

Bab 5. Diam-diam

“Jangan terlalu banyak mikirin hal-hal yang gak penting. Kalau penasaran tentang Lana, tanya ibu saja,” ucap Kai tiba-tiba, “saya keluar dulu.”

Tanpa basa-basi, pria itu pun beranjak keluar begitu saja meninggalkan Sera yang diam memantung.

Sebenarnya, apa yang salah? 

“Kira-kira kalau hamil, Mas Kai akan berubah gak ya?” monolog Sera dengan tangan yang mengusap perutnya lembut. 

Beberapa hari ini ia merasa mual. Jadwal menstruasinya pun mundur jauh dari tanggal seharusnya.

Jadi, akhir-akhir ini ia terus mencari di internet; apakah dirinya hamil?

Tapi ketika satu fakta dia temukan, fakta yang lain mengatakan berlawanan.

Banyak harapan yang selalu ia rapalkan, namun nyatanya, tidak ada satu pun yang terkabul dalam pernikahan yang seumur jagung ini. 

Mungkinkah pernikahannya ini benar-benar sebuah kesalahan?

Sayangnya, Sera tahu jika Kai demikian karena menahan nafsunya yang mendadak tinggi setelah melihat tingkah sang istri yang sungguh menggemaskan.

Kai takut tak bisa mengontrol diri.

Jika  dia menyerang Sera, ia yakin Sera bisa sakit karena melayani dirinya!

Padahal, ibunya bilang Sera sering muntah di kamar mandi akhir-akhir ini dan memperingatkannya untuk hati-hati.

"Jadi begitu...?"

Dalam diam, Kai memperhatikan Lana yang sibuk berbicara dengan seseorang di telepon genggamnya. 

Wanita yang menjadi mantan pacarnya itu kini menjelma menjadi sosok wanita yang tak pernah dibayangkan oleh Kai. Lana menjadi wanita yang rapi dan anggun. Ia juga terlihat pintar dan sopan saat berbicara. Sangat berbeda dengan Lana yang ia temui sepuluh tahun lalu.

Meski demikian, mengapa ia menganggap Lana tidak semenarik Sera?

Istrinya itu menggemaskan dan selalu membuat Kai ingin menyerangnya jika tidak ingat kesehatannya.

Drrrt!

[Om Kai, gimana di sana?]

Pesan mendadak dari Sera di ponselnya--menyadarkan Kai dari lamunan.

[Sera, saya baru mau makan malam.] balasnya cepat.

[Om Kai jangan minum alkohol, ya.]

Kai menahan nafasnya saat Sera mengingatkan tentang sesuatu yang memberikan efek seperti putaran memori dalam kepala.

Mengingatkan hal yang sensitif karena mengingat, alkohol menjadi penyebab keduanya menikah saat ini. 

[Iya, Ra. Sebentar, saya mau makan malam dulu. Nanti saya kabarin kalau sudah jalan lagi, ya.]

Tak ada balasan. Sejujurnya, ia penasaran.

Namun tepat saat Kai memasukkan ponselnya ke dalam saku, ia mendengar suara yang membuatnya menoleh.

Your wife?

Kai mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya.

Raut wajah Lana berubah tanpa Kai sadari. Aku selalu bertanya-tanya seperti apa istrimu nanti? Bagaimana selera seorang Kai saat memilih wanita? Sekarang aku tahu, aku memang bukan seleramu. Kau menyukai wanita Asia dengan rambut hitam berkilau. Warna mata yang sama dan bukan wanita tinggi semampai sepertiku.

Kai menaruh buku menu yang baru saja berada di genggamannya. Wajahnya menjadi datar. "Apa maksudmu?" 

"Aku kira pertemuan kita kemarin adalah takdir, ternyata aku salah. Bahkan, kau tidak bercerita soal pernikahanmu? Kenapa?' 

For what?” balas Kai, singkat, "kurasa ini bukan urusanmu."

Kali ini, Lana terdiam.

Selera makannya pun hilang. Pria yang pernah menjadi mantan kekasihnya itu tak peka dengan kode yang sudah ia berikan selama dua minggu ke belakang.

Bagaimana bisa Lana lup bahwa ia memutuskan hubungannya dulu karena pria itu kurang perasa? 

Sungguh, dua minggunya telah terbuang sia-sia!

Lana sontak tertawa. “Ternyata… kita memang hanya bisa menjadi mantan. Oh, sekarang bertambah menjadi rekan kerja. Jangan-jangan kau berharap kita akan kembali?” tanyanya kembali memancing Kai.

Ya, dia tentu saja tak menyerah.

“Lana, berhenti bercanda,” ucap Kai pada akhirnya.

Pria itu bahkan mengangkat jemarinya dan menunjukkan cincin polos tanpa motif yang melingkar di jari manisnya. "Kau lihat ini, kan?"

Sejujurnya, Kai sudah amat muak. Tapi, ia masih menghormati Lana sebagai rekan kerjanya!

Rasanya, Kai ingin pulang dan menemui sang istri secepatnya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status