Share

Bab 4. Mungkinkah....

"Sayang, sini," panggilnya pada Sera, "Kenalin, temannya Kai. Lana, she is Sera. My cute in-law.” 

Ya. 
Diani yang menjawab siapa Sera.

Bukan Kai.

Saat Sera berjabat tangan dengan wanita yang lebih tinggi darinya itu, ia hanya bisa tersenyum kikuk. 

Jujur, ia masih terkejut dengan interaksi Diani dan Lana yang tak sungkan mempertontonkan kedekatan mereka. 

"Lana.”

Sera mengangguk. Keduanya tampak kikuk dan tak bisa merespon banyak.

“Ya udah, kita sambil jalan aja yuk,” ucap Kai yang kini sudah mengambil alih trolly dengan tumpukan koper itu.

“Ayo,” ucap Diani yang kemudian kini berganti menggandeng Lana. ketiganya pun berjalan beriringan meninggalkan Sera yang mematung untuk kedua kalinya.

"Lana, Tante rindu denganmu." Diani memeluk Lana berulang-ulang kali. "Tante menyesal karena tidak tahu kamu akan kemari. Jika tahu, Tante sudah masak ayam kesukaanmu. Waktu kalian berkuliah di Chicago, apa kamu ingat? Kamu membawa banyak kotak makanan supaya bisa menyimpan ayam yang Tante masak. Kalau ingat itu, aku jadi bertanya-tanya, apakah kamu bosan dengan masakan itu Lana?"

Tentu saja tidak! Mana mungkin aku bosan. Itu adalah makanan penyelamatku. Aku akan menunggu masakan Tante yang satu itu. Boleh tidak kalau kita masak berdua seperti dulu, Tante?

"Tentu! Nanti kita masak berdua jika kamu ada waktu senggang."

Sera kembali mendengar potongan perbincangan hangat itu.

Rasanya, ia tak punya tempat di sana.

Apakah pilihannya ke sini adalah sesuatu yang salah?

“Ayo jalan,” ucap Kai yang tanpa di sadari kini sudah berada di samping Sera. 

Kerumitan di otak gadis itu sontak menghilang.

Langkah pendeknya segera mengikuti pria yang langkahnya lebih lebar darinya itu.

“Semoga ini hanya prasangka burukku saja,” batin Sera.

***

"Wajah kamu pucet? Kamu gak apa-apa?" 

Sayangnya, pikiran itu tak hilang begitu saja meski akhirnya Sera tahu bahwa Lana adalah teman Kai saat di universitas yang juga jadi teman baik Lila.

Begitu di kamar, Kai pun langsung bertanya pada Sera.

"Gak apa-apa kok, Mas,” jawab Sera menahan apa yang ingin ditanyakannya dan memilih menggoda Kai. “Mas, mulai sayang ya sama aku? Khawatir banget kayanya.”

Ya, Sera harus bersikap lebih tenang agar Kai tidak membencinya.

Namun, godaan Sera tidak berpengaruh apapun pada Kai.

Wajah Kai tetap datar? Tak ada senyuman atau apapun di sana. 

“Kamu capek kan habis perjalanan jauh?” ucap Kai yang kemudian berdiri, “istirahat aja.”

Deg!

“Kamu mau ke mana, Mas?” bingung Sera.

Di luar sana, ada perempuan yang begitu akrab dengan Ibu Mertua dan Kakak Iparnya. Tentu saja Sera merasa terintimidasi dan tak ingin prianya ikut di luar sana. 

“Mas kok gak cerita kalau di New York ketemu sama si pelana kuda itu! Ngapain aja? Ketemuan terus ya?” sembur gadis itu pada akhirnya.

Kai sontak berhenti dan menatapnya tajam. “Lana. Namanya Lana. Yang sopan, Sera. Kalau dia denger, kan gak enak.”

"Lana aja ceritanya excited, masa gak ada yang penting?" Rasa cemburu Sera sedang meronta-ronta, rasa ingin tahunya lebih besar dari pada apapun saat ini.

Cukup sudah!

Dia memang belum dewasa. Sera akui itu.

"Lana itu siapa sih, Om? Kenapa semuanya deket sama Lana?"  ucapnya lagi.

"Tadi kan udah di jelasin, Ra. Dia temanku di Universitas. Kebetulan temen Mbak Lila juga di sekolah sebelumnya. Kamu kenapa sih?" ungkap Kai berusaha mengingatkan Sera. “Oh iya, besok saya pergi sama Sera. Ada customer yang mau dikenalin Lana.”

"Ikut!" Sera tak akan membiarkan mereka berdua-duaan, walaupun dirinya harus merasa sakit hati jika melihat tawa Kai yang begitu lepas bersama dengan Lana.

"Kamu di rumah aja.”

Singkat, padat, dan nyelekit.

"Aku gak boleh ikut, Mas?” Sera bertanya kembali, memastikan pendengarannya.

Mungkin, ia salah, kan? Meski, ia sanksi pendengarannya mendadak memburuk.

Hanya saja, Kai tampak mengangguk. “Ibu bilang beberapa hari ini kamu sering muntah di kamar mandi,” ucapnya, “jadi, istirahat saja.”

Ibu?

Entah mengapa rasa penasaran Sera meningkat.

Ditatapnya Kai ingin tahu. “Ibu sering kasih tahu tentang aku?”

Selama ini, semua pesan Sera dijawab seadanya oleh Kai, bahkan tidak digubris.

Jadi, rasanya sulit percaya pria itu ingin tahu tentang dirinya.

Apa jangan-jangan, Kai terpaksa mendengar cerita tentang Sera dari Diani? 

Memikirkan itu, Sera seketika merasa pedih....

Atau mungkin, Kai sebenarnya memendam rasa pada Lana?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status