Share

Mari Bercerai, Paman Kai!
Mari Bercerai, Paman Kai!
Penulis: Ahgisa

Bab 1. Om Kai?

“Aahh….” 

Lenguhan panjang mengisi ruangan dengan kasur berukuran king size.

Entah berapa kali, suara itu kembali lolos dari bibir mungil Seraphina Estella–membuat suasana kamar president suite itu terasa panas.

“Hentikan. Ada yang aneh….” ucap Sera kala merasakan sesuatu yang lebih aneh terasa di pusat tubuhnya. 

Seperti buang air kecil?

Mata Sera juga terpejam sambil menggigit bibir bawahnya ketika bagian inti tubuhnya merasakan kedutan luar biasa yang tak pernah ia rasakan selama dua puluh dua tahun hidupnya. Tetapi, itu justru menambah gairah pria bertubuh atletis yang kini berada di atasnya.

Pria itu tidak lagi bisa menahan dirinya–menambah tempo permainan. Aroma mawar yang menguar di leher Sera juga membuat pria dengan dada bidang itu mencium bertubi-tubi hingga meninggalkan jejak kemerahan yang kentara.

“Akh….” Sera menjerit.

Lagi-lagi, ia tak mengerti dengan tubuhnya sendiri yang bahkan menyerah pada gelombang kenikmatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. 

Terus begitu, hingga dirinya lelah dan tertidur lelap dalam dalam pelukan hangat pria itu.

Thanks.” 

Samar, Sera mendengar suara bariton itu di telinganya membuatnya tersenyum.

Tapi, Sera pikir itu hanyalah mimpi liar semata!

Faktor biologis dari seorang wanita dewasa… yang sering ia baca di jurnal penelitian. 

Siapa sangka kala terbangun, Sera menemukan sebuah tangan besar melingkar di pinggangnya?

Bahkan, embusan pelan nafas pria di belakangnya mengenai tengkuknya membuat tubuh Sera bergetar. 

“Astaga!” batinnya tak menyangka.

Dada Sera sontak berdegup begitu kencang. 

Dicobanya memberanikan diri untuk menoleh ke arah pria di belakangnya.

Namun, matanya seketika membelakak kala menyadari pemilik tubuh atletis di sampingnya 

“Om Kai?” 

Gadis itu menelan ludahnya kasar. 

Kai Allister Adnan adalah paman sang sahabat dan juga pria yang selama ini diam-diam ia kagumi.

Gadis itu sontak merutuki kebodohannya. 

“Bodoh! Semalem gak mimpi. Ini nyata!” gumam Sera dengan hati yang begitu gelisah.

Kakinya bergerak cepat untuk menuruni ranjang dan tentu saja itu membuat pria di sampingnya terbangun dengan mengerjap.

Bayangan seseorang yang seolah tergesa di sudut matanya membuat Kai Alister Adnan membuka matanya dengan sempurna.

“Sera?” lirih Kai yang kini tampaknya juga terkejut dengan keadaan yang ada.

Namun, Sera tak menjawab.

Malu, panik, dan kecewa membuatnya buru-buru memakai sepatunya dan segera meninggalkan kamar dengan membuka pintu kasar, sehingga menyebabkan debuman yang memekakkan telinga.

Langkah kaki Sera setengah berlari menuju lobi.

Bagaimana bisa ini terjadi?

Sera hanya mengingat ia pergi bersama teman-teman kuliahnya yang baru saja menyelesaikan sidang hari itu.

Temannya yang bernama Roland menyodorkan minuman bening yang ia kira adalah air mineral. 

Tapi siapa sangka, jika minuman itu adalah alkohol?

“Sialan emang si Rolland! Sial, tapi kok bisa–Om Kai!” gerutu Sera yang tak mampu menyusun kalimat dengan jelas.

Diacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan.

Ia baru berhenti kala tahu ada taksi melintas di hadapannya.

“Jalan Cendana, Pak.”

Setelah kalimat singkat itu, Sera tidak mengatakan apapun. 

Ia bahkan tak sadar sang sopir taksi daritadi melirik ke arah Sera yang terlihat berantakan. Bekas-bekas kemerahan itu mengatakan segalanya.

Satu hal yang pasti.

Perjalanan yang memakan waktu empat puluh lima menit itu terasa menyiksa Sera.

Sayangnya sesampainya di rumah, Sera tak tahu bahwa ada sepasang mata yang mengamati gerak-gerik wanita muda itu.

"Sera, dari mana kamu?!" seru Fara yang kini bisa melihat dengan jelas putrinya. 

Matanya bahkan membelalak ketika menemukan beberapa tanda merah di leher anaknya. “Sera! Jawab mama! Kamu dari mana dan apa yang kamu lakukan semalam? Jawab, Ra!” tanya Fara dengan debaran kencang di dalam dadanya.

“Aku….” Mata Sera berlarian tak bisa menjawab. Anak baik-baik itu kini bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan sang Ibu.

"Kamu masih belum mau mengaku siapa orang yang melakukan itu, Sera? Bilang sama Mama Sera! Bilang kalau kamu dipaksa! Kamu gak dengan sukarela menjadi wanita murahan kan?!" suara Fara menggelegar  untuk terus mendesak sang anak untuk jujur kepadanya.

Sera terkesiap dan segera memutar. Badannya mundur saat tahu bahwa Fara sudah sangat dekat dengan dirinya.

"Kamu tahu kan kalau mama lebih suka ucapan dari mulut kamu dari pada mendengar laporan orang suruhan mama."

Tekanan itu membuat Sera terdiam. 

Rasanya ia tak mampu mengatakan hal memalukan yang bisa membuat ibunya itu mungkin terkena serangan jantung, 

Sayangnya, suara ponsel Fara menggema. 

Membuat keheningan itu semakin mencekam. 

Napas Fara memburu saat melihat potongan video dari lorong bar ternama yang bisa ia dapatkan dengan mudah.

Mata Fara memerah, tanda murka sudah mendidih di atas kepalanya. "Kamu jawab siapa dia atau mama penjarakan dia!" teriak Fara yang tak lagi bisa mengontrol emosinya.

"Kai.." ujar Sera pada akhirnya. “Namanya, Kai.. Ma.” 

“Kai siapa maksud kamu?! Yang jelas Seraphina!”

“Kai Allister Adnan.”

Ponsel Fara langsung terjatuh. 

Matanya menatap nanar kepada putri kebanggannya itu. 

Bagaimana bisa Sera melakukannya dengan Kai–pria yang berusia lebih dari 10 tahun dan pertunangannya baru saja kandas?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status