Beranda / Romansa / Mantan Istriku Ternyata Kaya 7 Turunan / Bab 1: Diceraikan Begitu saja

Share

Mantan Istriku Ternyata Kaya 7 Turunan
Mantan Istriku Ternyata Kaya 7 Turunan
Penulis: Nhaya_97

Bab 1: Diceraikan Begitu saja

“Hah? Aku tidak salah dengar? Kau ingin ikut ke pesta yang hanya diperuntukkan bagi kaum berduit seperti kami? Jangan bermimpi, Cassandra!”

Cassandra tersentak mendengar ucapan kakak tertua dari suaminya itu.

Penuh cemoohan, seolah dirinya tak layak.

Padahal, ada sesuatu yang harus dilakukannya di pesta itu.

Gadis itu sontak melihat ke arah sang suami--mencari pembelaan.

Namun, Jovan Attrick malah mengatakan kalimat yang menyakiti hatinya. “Tidak bisa. Kuotanya sudah penuh. Kau harus memiliki undangan baru jika ingin ikut,” jawabnya dingin.

“Sudahlah, Cassandra. Kau ikut saja dengan kami ke mall, untuk membeli beberapa gaun yang harus kami kenakan. Setidaknya kau bisa membeli baju baru untuk dirimu sendiri.”  Agnes, kakak Jovan, lagi-lagi berkata dengan nada tak bersahabat.

Tubuh Cassandra gemetar.

Rasanya, dia ingin memberontak.

Sebab, sejak menikah dengan Jovan,  tak pernah sekalipun ia menolak apapun yang diperintahkan oleh keluarga suaminya.

Namun, semakin lama, mereka semakin memperlakukannya dengan semena-mena.

Entah mengapa ini terjadi. 
Ketika menyadarinya, Cassandra merasa semua terlambat.

Gadis itu kini  tak berani melakukannya--takut Jovan yang akhir-akhir menjauh darinya semakin jauh.

"Cassandra?"

"I--iya, kak." Panik, Cassandra pun mengangguk, menuruti ajakan tersebut.

Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba di mall.

Seperti biasa, Cassandra dijadikan pembantu.

Kedua tangannya penuh dengan tas belanjaan milik Agnes, Jovan, dan juga ibu mertuanya.

Ditahannya semua itu, sampai Luna—kerabat dekat Jovan, menyapa lelaki itu dengan penuh keakraban.

“Hi, Jovan. Senang rasanya bisa bertemu denganmu di sini. Apa kabar?” 

“Hi, Luna. Kabarku baik. Bagaimana denganmu?” tanya Jovan ramah, seraya tersenyum.

Saat tangan Luna bergelayut manja di lengan Jovan, tidak sedikitpun lelaki itu menepisnya.

Deg!

Cassandra memandang dengan hati yang sangat rapuh, menyaksikan suaminya begitu akrab dengan seorang wanita. Sangat kontras dengan cara Jovan memperlakukannya.

Terlebih, mereka malah asyik mengobrol, membuat darah Cassandra mendidih.

“Aku tunggu kabar baiknya, Jovan. Jika bisa, secepatnya.” Luna mengusap pundak Jovan dengan lembut, senyum manis terulas di wajahnya.

Tak lupa, ia melirik Cassandra dengan penuh intimidasi, jelas memperlihatkan ketidaksukaannya pada wanita itu.

'Sebenarnya, apa yang terjadi?'

Entah apa yang terjadi.

Dua hari setelah pertemuan yang tak terduga di mall antara Jovan dan Luna, suasana di rumah terasa tegang, seakan menyimpan sebuah rahasia yang tak terucap.

Dan tiba-tiba, seperti petir di siang bolong, tanpa aba-aba, Jovan melemparkan sebuah surat cerai ke arah Cassandra yang tengah sibuk membersihkan puing-puing makan malam sebelumnya.

"Dari detik ini, engkau bukan lagi istriku. Kita mengakhiri ikatan ini, dan aku tidak ingin kau menginjakkan kaki di rumah ini lagi!"

"Jovan? Kenapa? Apa salahku padamu?" desis Cassandra dengan nada pilu, matanya memancarkan kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

"Masih juga bertanya! Mengapa aku mengakhiri ini? Coba tanyakan pada dirimu sendiri. Mengapa, setelah tiga tahun pernikahan, kau masih belum bisa memberiku keturunan?! Kau telah menipuku, Cassandra! Berbohong padaku tentang harta yang kau katakan miliki di desamu!"

Cassandra menghela napas dalam, tangannya gemetar memegang surat perceraian itu seolah memegang sehelai kertas yang bisa menghancurkan seluruh dunianya.

"Kemas barang-barangmu sekarang juga, dan pergilah dari sini!" perintah Jovan dengan suara yang keras, seolah tak lagi mau membiarkan wajah Cassandra menyentuh tanah di rumah itu.

Agnes, kakak tertua Jovan, menyaksikan dengan angkuh keputusan adiknya yang membuang Cassandra dengan tegas. Dia memancarkan kepuasan yang tak terbendung karena melihat Cassandra, wanita desa itu, diusir dari rumah mewah mereka.

"Bagus, Jovan. Seharusnya kau lakukan itu lebih awal, membuang sampah busuk seperti dia!" ujar Agnes dengan nada penuh kebencian dan kehinaan.

Hembusan angin malam yang dingin merayapi jendela kamar Cassandra ketika dia duduk sendiri di ujung tempat tidur. Pikirannya berkeliaran di antara kenangan manis dan pahit yang telah dia alami selama tiga tahun pernikahannya dengan Jovan.

"Semua ini sia-sia," gumam Cassandra pelan.

Tiga tahun yang lalu, di hari pernikahannya, Cassandra merasakan kebahagiaan yang melimpah. Cinta tulus yang mereka bagi membuatnya yakin bahwa mereka akan menjalani kehidupan yang bahagia bersama.

Namun, kebenaran pahit mulai terkuak ketika Cassandra mulai menyadari kerumitan di dalam keluarga besar suaminya.

Dalam kehidupan Cassandra, sebuah kisah yang mungkin hanya bisa diimpi-impikan oleh seorang gadis desa yang tumbuh dalam keterbatasan, sebuah perjalanan tak terduga membawanya menapaki lorong-lorong istana kekayaan.

Tersungkur di antara kelopak-kelopak mawar yang dihias indah oleh keberadaan seorang pria dari keluarga yang mempesona, Jovan.

Namun, di balik kilau harta dan keanggunan, Cassandra menemukan bahwa kekayaan materi tidak selalu setara dengan kekayaan hati.

Keluarga Jovan, terutama sang ibu mertua yang angkuh, tidak pernah mencerna keberadaan Cassandra dengan hati yang tulus.

Mereka menilainya sebagai sosok yang tak pantas untuk menjalin ikatan dengan Jovan, sosok pria yang terlahir dari latar belakang yang terpandang dan mulia.

Cassandra dijatuhkan dari ketinggian, disingkirkan dalam sudut-sudut terendah, dihempaskan oleh angin kencang yang membawa deras kebencian.

Selama tiga tahun berjalan, Cassandra dipaksa menelan pahit getirnya kenyataan. Ia menjalani segala tugas rumah tangga dengan tangis yang terpendam, tanpa sekali pun mendapat sentuhan terima kasih.

Lebih pedih lagi, ia menyadari bahwa hatinya yang tulus tak mampu membawa cahaya kebahagiaan yang diidamkan suami tercinta.

Namun, di tengah kegelapan yang menyelimuti, nyala cinta Cassandra kepada Jovan tetap membara.

Setiap pagi, ia bangkit dengan harapan menyala, berdoa agar suaminya akhirnya merespons debaran hatinya, berharap suatu hari keluarga Jovan akan merangkulnya dengan pelukan hangat.

Namun, waktu berlalu dan harapan mulai meredup. Hingga suatu malam, ketika gemerlap bulan memberi saksi atas luka-luka yang tersembunyi, Jovan dengan dingin melemparkan sebuah surat perceraian di hadapannya.

Dan dalam kegelapan yang mendalam itu, dia menyadari bahwa hidupnya harus kembali ke titik awal.

Kembali ke keluarganya, kembali menemukan siapa sebenarnya dia, dan mungkin, menemukan kembali arti sejati dari kebahagiaan yang telah lama hilang dalam bayang-bayang penderitaan.

Jadi, setelah malam yang kelam dan menyayat hati itu, Cassandra kembali ke pangkuan keluarganya dengan hati yang hancur dan semangat yang terguncang.

Namun, di balik reruntuhan yang terbentang luas, tersembunyi sebuah kekuatan yang tak terduga, sebuah kekuatan yang telah terpendam dalam batinnya selama ini.

“Tidak, tidak bisa lagi! Cassandra, kau telah membuatku teramat emosional! Keluarga mantan suamimu itu berhasil merobohkan dinding-dinding kesabaran dan ketenanganku!” desis Tamara, sang ibu, dengan rasa sakit yang menusuk-nusuk hatinya saat mendengar kabar perceraian anaknya.

Kembali ke rumah keluarganya, Cassandra menemui pelukan hangat dan kasih sayang yang selama ini begitu ia rindukan. Di dalam kehangatan itu, ia merasakan kekuatan baru yang mulai membangkitkan semangatnya.

Sementara itu, di dalam keheningan istana megah keluarga mantan suaminya, Cassandra merenungkan kata-kata sang ibu yang terukir dalam benaknya seperti mantra penyejuk.

“Lusa, akan diadakan sebuah pesta dansa yang bergengsi. Dan kau, Cassandra, harus hadir di sana dengan keanggunan dan pesonamu yang tiada tara. Tunjukkan pada mereka siapa dirimu sebenarnya, terutama di hadapan keluarga mantan suamimu!” ucap Tamara, dengan suara yang penuh keyakinan dan tekad.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status