Malam itu, suasana di 'The Golden Hotel' begitu meriah. Sorak-sorai tawa dan gemerlap cahaya lampu memancar di setiap sudut ruangan, menyelimuti pesta istimewa yang mencerminkan kemegahan dan kemewahan hotel ternama di kota ini.
Di tengah keriuhan tersebut, tiba-tiba pintu masuk hotel terbuka. Seorang wanita anggun memasuki ruangan, mengundang decak kagum dari para tamu.
Cassandra Veronica, begitu menakjubkan, melangkah dengan elegan dan anggun. Gaun mewah yang membalut tubuhnya seolah menjadi magnet, menarik perhatian setiap mata yang hadir.
Sejenak, ruangan itu terdiam, membiarkan kehadiran Cassandra menciptakan aura keanggunan yang luar biasa.
Perhiasan yang menghiasi tubuhnya bersinar gemilang, menambah pesona pada penampilannya yang memukau. Tatapan kagum dan bisikan-bisikan tak terelakkan mengiringi langkahnya menuju pusat perhatian.
"Siapa wanita itu? Begitu memesona. Pasti ada cerita di balik kehadirannya," bisik seorang tamu kepada pasangannya.
"Aku tidak yakin. Tapi sepertinya dia adalah seseorang yang memiliki kepribadian dan status yang tinggi," jawab pasangannya dengan nada heran.
Cassandra dengan tenang berjalan melalui kerumunan, sementara setiap langkahnya diiringi dengan tatapan kagum dan bisikan-bisikan di antara para tamu.
Beberapa orang mulai bertanya-tanya, ingin tahu siapa sosok wanita elegan ini dan apa tujuannya hadir di malam pesta ini.
Di sudut ruangan, sekelompok wanita saling bertukar komentar, mencoba mengungkap misteri di balik penampilan Cassandra.
Salah satu dari mereka dengan penuh kekaguman berkata, "Tidak ada yang bisa mengalahkan keanggunan wanita itu di malam ini. Sungguh memukau!"
Malam yang semula meriah kini dipenuhi dengan ketakjuban dan rasa ingin tahu. Cassandra Veronica, dengan pesona dan keanggunannya, telah berhasil mengubah suasana pesta, membuat semua orang terpana dan takjub.
Seiring langkahnya yang menghilang di dalam keramaian, Cassandra Veronica meninggalkan kesan mendalam di hati setiap tamu yang hadir.
Malam pesta yang begitu meriah digelar di Hotel 'The Golden Hotel', tempat yang terkenal akan kemegahannya di kota ini.
Sosok Cassandra Veronica tiba tanpa diduga, mengenakan gaun yang begitu mewah dan cantik, serta perhiasan yang memukau.
Semua mata tak terelakkan dari kehadiran dan keindahan Cassandra. Suara berbisik-bisik pun mulai terdengar, menanyakan siapa sebenarnya wanita itu.
Duduk dengan sikap yang anggun di kursi tamu VVIP, Cassandra semakin menarik perhatian. Keluarga Jovan, yang tak lain adalah mantan suaminya, terkejut melihatnya di sana.
Agnes, kakak tertua Jovan, mendekati Cassandra dengan langkah mantap. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Agnes dengan nada yang tegas, "Ini bukanlah tempat yang sesuai bagimu!"
Cassandra hanya tersenyum dengan misteri yang mengelilingi wajahnya, sambil meneguk sampanye yang dipegang erat di tangan kanannya.
Dalam suasana yang semakin tegang, Medina, ibu dari Jovan, juga melangkah mendekati Cassandra dengan sikap angkuh yang melekat padanya.
"Tempat ini sungguh tidak pantas bagimu, Cassandra. Silakan pergi dan jangan mencemari kehormatan tempat ini!" ujar Medina dengan nada yang tajam, menyiratkan ketidaksetujuannya terhadap kehadiran Cassandra di sana.
Ia khawatir kehadiran Cassandra akan merusak citra aula pesta yang begitu terhormat.
Agnes kemudian menambahkan dengan tudingan yang pedas, "Kami menduga kau telah mencuri perhiasan Jovan, atau bahkan mungkin perhiasanku." Matanya menyelidiki dengan tajam perhiasan yang dipakai Cassandra.
Namun, sebelum Agnes melanjutkan ucapan, Cassandra tiba-tiba menghempaskan tangan Agnes dengan tegas, menegaskan bahwa Agnes sama sekali tidak memiliki hak untuk menyentuhnya.
"Jangan pernah menyentuhku!" desak Cassandra dengan tegas, "Kau pun sama sekali tidak lebih baik daripada ibumu yang sombong! Perhiasan ini milikku, aku tidak pernah berpikir untuk mencuri perhiasan di rumah kalian!"
Meskipun Cassandra dengan tegas menegaskan bahwa perhiasan yang dipakainya adalah miliknya sendiri, Agnes tetap tidak percaya.
Pandangan hina dan ketidaksetujuan masih terpancar jelas dari matanya saat ia menatap Cassandra. Perasaan tidak puas Agnes semakin terlihat karena Cassandra terlihat lebih anggun dan mempesona darinya.
“Jelas-jelas kau itu miskin! Tidak punya apa-apa. Saat datang ke rumah kami pun, hanya pakaian yang kau bawa. Mana mungkin bisa memiliki gaun indah dan cantik juga pastinya mahal, dan perhiasan yang kau kenakan!”
Agnes merasa seolah telah dikalahkan oleh pesona Cassandra yang begitu memukau. Ia tidak terima bahwa Cassandra mampu tampil lebih anggun dan cantik darinya, meskipun Agnes adalah kakak tertua dari keluarga Jovan.
Ia mengakui jika penampilan Cassandra di malam itu memang sangat cantik dan anggun.
Rasa cemburu dan keinginan untuk menunjukkan dominasinya dalam lingkungan tersebut semakin memperumit situasi yang sudah tegang.
“Aku tidak percaya padamu, Cassandra. Kau itu miskin, tidak punya apa-apa. Dan yang kau kenakan ini … semuanya ada nilainya. Bukan imitasi. Astaga! Kau mencuri banyak uang di rumah kami!”
Cassandra tertawa dengan riang mendengar komentar Agnes, lalu dengan sikap yang tenang, ia menyahut, "Kenapa begitu terkejut? Apakah karena aku mengenakan pakaian mahal dan perhiasan asli? Sungguh menyedihkan."
Suaranya penuh dengan sindiran yang halus namun tajam, menunjukkan bahwa Cassandra mengetahui betul betapa tercengangnya mereka melihatnya malam itu.
“Kau pikir, di kota ini hanya kau dan keluargamu yang kaya? Tentu saja tidak. Bahkan kekayaan kalian hanya sekian persen dari pemilik hotel ini. Tapi, sombongnya melebihi manusia paling kaya di dunia ini!”
Dia menambahkan, "Ternyata, aku berhasil membuat kalian terkejut di malam ini."
Cassandra melangkah dengan anggun, mendekati Medina dan Agnes. Dia berdiri di depan mereka, menatap mereka dengan senyum yang penuh misteri.
Di dalam hati Agnes, pertanyaan-pertanyaan berputar, "Siapakah sebenarnya wanita ini? Mengapa sikapnya begitu sombong, seolah-olah tempat ini adalah miliknya?"
Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi bagian dari misteri yang semakin mengelilingi Cassandra, menambah ketegangan di antara mereka dalam malam yang seharusnya penuh keceriaan itu.
Cassandra kemudian mengambil napas dalam-dalam sejenak sebelum memutuskan untuk memberitahu identitas aslinya kepada semua orang di sekitarnya.
Dengan sikap yang tegas namun juga penuh keanggunan, ia melipat tangan di dadanya seraya berkata, "Aku... adalah pemilik hotel ini. Aku adalah anak tunggal pewaris dari hotel termegah di kota ini."
Pengakuan Cassandra tentang identitasnya sebagai pemilik hotel memang membuat keluarga Jovan tercengang.
Mereka sulit mempercayainya, bahkan Medina menyuarakan ketidakpercayaannya dengan nada yang penuh dengan keheranan. Baginya, Cassandra seakan telah kehilangan akal sehat karena telah bercerai dengan Jovan.
“Hahaha! Kau sudah gila, Cassandra. Karena telah diceraikan oleh Jovan, kau tiba-tiba mengaku-ngaku sebagai puteri tunggal pemilik hotel mewah ini.” Medina mentertawakan Cassandra.
Ketidakpercayaan mereka terhadap Cassandra semakin mendalam karena pengakuan yang begitu mengejutkan itu terasa begitu tak masuk akal bagi mereka.
“Bahkan tampangmu saja tidak ada kecocokan menjadi pemilik hotel mewah ini! Sudahi kegilaanmu itu, Cassandra. Kasihan sekali, wanita ini. Sudah diceraikan oleh suaminya, jadi gila.”
Situasi semakin memanas dengan adanya konflik antara Cassandra dan keluarga Jovan, yang semakin merumitkan malam yang semestinya penuh kegembiraan menjadi sebuah pertarungan ego dan kebanggaan yang saling bertentangan.
“Terserah mau memanggilku apa. Gila, tidak waras. Mungkin, panggilan itu akan segera beralih pada kalian semua!”
Cassandra sudah merasakan bahwa mereka tidak akan percaya pada pengakuannya. Namun, hal itu tidak mengganggu pikirannya.“Aku tidak peduli dengan hinaan yang kau katakan padaku. Karena hinaan itu sudah biasa aku dengar. Selama tiga tahun ini, saat masih menjadi bagian dari keluarga kalian!”Dengan sikap teguh, Cassandra memilih untuk tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Dia hanya menunggu ibunya keluar dari kandang, yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengkonfirmasi bahwa Cassandra adalah pemilik sebenarnya dari hotel tersebut.“Sudah, Agnes. Jangan ladeni wanita gila ini!”Medina menghampiri Cassandra dengan pandangan hinanya. “Hei! Wanita hina tidak tahu diri, sebaiknya cepat pergi dari pesta ini. Kau tahu? Tempat ini benar-benar tidak pantas untukmu!”Medina kembali mengusir Cassandra, menginginkannya pergi dari tempat itu. Namun, Cassandra semakin meradang karena perlakuan yang terus menerus diusir di acara pesta miliknya sendiri. Keinginannya untuk menegaskan identitasnya semaki
“Maafkan kami, Cassandra. Kami telah menilai buruk dirimu selama ini,” ucap Agnes penuh penyesalan.Medina, yang sebelumnya merendahkan dan memperlakukannya dengan buruk, kini menatapnya dengan mata penuh penyesalan.“Aku menyadari betapa salahnya aku telah memperlakukanmu, betapa aku telah menyia-nyiakan seorang putri yang begitu berharga,” ucapnya dengan lirih.Orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohinya, sekarang mengangkat kepalanya dengan malu.Namun, Cassandra hanya menatap datar wajah Agnes yang tampak menyesal karena telah memperlakukan buruk Cassandra selama ini.“Kalian menyadari semuanya karena aku seorang putri kaya raya, kan?” ucap Cassandra penuh dengan ketegasan.Medina kembali terdiam mendengar ucapan Cassandra tadi. Pun dengan Jovan yang duduk di antara mereka dengan tatapan yang penuh penyesalan.Dia menyadari betapa besar kesalahannya, meninggalkan cinta sejati yang selama ini bersamanya.“Jovan. Jangan diam saja. Kenapa kau ini?” ucap Agnes mulai kesal pada ad
“Bahkan kalian pun tahu jika Cassandra sangat membenci kita,” ucap Jovan dengan suara lemasnya.Medina menatap datar wajah anak bungsunya itu."Jovan, aku tahu bahwa kesalahan yang telah terjadi sangat menyakitkan bagi Cassandra. Namun, aku percaya bahwa cinta dan pengampunan masih memiliki tempat dalam hatinya."Jovan mendengarkan dengan hati yang terbuka, namun ekspresinya terlihat tegang.Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ibu, aku juga merasa sangat menyesal atas segala yang telah terjadi. Aku tahu aku telah menyakiti Cassandra dengan tindakan dan keputusanku. Tapi bagaimana aku bisa yakin bahwa dia akan mau kembali padaku setelah semua yang telah terjadi?"Medina menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk menguatkan hati Jovan."Jovan, aku tidak ingin mendengar alasan apa pun darimu! Memangnya kau tidak menyangkan semuanya, huh? Cassandra pewaris kaya raya di kota ini, Jovan. Kau akan menjadi pebisnis hebat setelah berhasil menari
"Bukankah kau sangat mencintaiku?" katanya dengan suara yang penuh keyakinan."Bagaimana bisa, seseorang yang begitu mencintai tiba-tiba menjadi begitu membenci dengan sangat? Tidakkah ada ruang untukku di hatimu? Aku ingin kembali padamu, Cassandra,” pinta Jovan dengan suara nyaris tak terdengar.Dia mencoba meruntuhkan tembok yang dibangun oleh Cassandra dengan kata-kata yang penuh dengan keinginan untuk rekonsiliasi."Dulu mungkin aku mencintaimu dengan segenap hatiku," jawab Cassandra, suaranya bergetar oleh keberanian yang terpendam."Namun, apa yang telah terjadi telah mengubah segalanya. Kepercayaan dan cinta yang dulu aku miliki telah hancur bersama dengan perbuatanmu. Aku sudah membuang cinta itu, Jovan.”Dia menatap Jovan dengan tatapan yang tegas. "Aku sangat tidak ingin kembali padamu," ucapnya."Kau telah membuat pilihanmu dan sekarang aku membuat pilihanku. Aku memilih untuk menjalani hidupku tanpamu. Maka dari itu, jangan pernah bermimpi aku akan kembali padamu!”Kata-k
“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita k
Mata Cassandra berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Cassandra.”“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”“Bagaimana, Cassandra? Kau setuju, bekerja sama denganku?”Cassandra mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Cassandra tersenyum lebar.Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Cassandra merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.“Terima kasih, untuk waktunya, Cassandra. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Cassandra pulang.“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.
Jovan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kebingungan yang mendalam. "Tak menyangka jika kau akan memutuskan kerja sama ini. Apakah ini semua karena perceraian yang telah kulayangkan padamu? Apakah kau ingin balas dendam?"Cassandra menggeleng dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang telah ia pertimbangkan matang-matang."Tidak, Jovan. Ini bukan tentang balas dendam. Aku hanya ingin menghapus semua yang berkaitan denganmu dari hidupku."Jovan terdiam, tatapannya kosong ke arah Cassandra, mencoba memahami alasan di balik keputusannya. Namun, dalam keheningan itu, suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan.Setelah beberapa saat berlalu, Cassandra akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih lanjut, meskipun suaranya tetap tenang dan mantap."Jovan, apakah kau melupakan bagaimana kau memperlakukanku selama pernikahan kita? Bukankah kau yang tidak memiliki kesabaran, yang akhirnya membuangku seperti baju kotor,
Cassandra menatap Kendrick dengan senyum tulus di wajahnya. "Terima kasih, Kendrick, karena sudah mau menemaniku makan siang hari ini. Aku benar-benar butuh waktu untuk bersantai sejenak."Kendrick tersenyum balas, matanya bersinar penuh kehangatan, memantulkan ketulusan Cassandra. "Tidak perlu berterima kasih, Cassandra. Sebaliknya, aku yang berterima kasih karena kau mau meluangkan waktu untukku."Di tengah deru lembut percakapan di sekitar mereka, mereka memulai makan siang dengan penuh antusiasme.Makanan yang tersaji di depan mereka menjadi saksi bisu obrolan mereka, cerita demi cerita terungkap, tawa renyah mengiringi setiap suap. Mereka berbagi kisah masa lalu dan impian masa depan, mempererat ikatan yang kian kuat di antara mereka.Setelah beberapa saat menikmati makanan dan kebersamaan, Cassandra mengangkat tatapannya, matanya menyiratkan keraguan yang lama terpendam. "Kendrick, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau memiliki masa lalu yang menyakitkan?"Kendrick menatapny