“Maafkan kami, Cassandra. Kami telah menilai buruk dirimu selama ini,” ucap Agnes penuh penyesalan.
Medina, yang sebelumnya merendahkan dan memperlakukannya dengan buruk, kini menatapnya dengan mata penuh penyesalan.
“Aku menyadari betapa salahnya aku telah memperlakukanmu, betapa aku telah menyia-nyiakan seorang putri yang begitu berharga,” ucapnya dengan lirih.
Orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohinya, sekarang mengangkat kepalanya dengan malu.
Namun, Cassandra hanya menatap datar wajah Agnes yang tampak menyesal karena telah memperlakukan buruk Cassandra selama ini.
“Kalian menyadari semuanya karena aku seorang putri kaya raya, kan?” ucap Cassandra penuh dengan ketegasan.
Medina kembali terdiam mendengar ucapan Cassandra tadi. Pun dengan Jovan yang duduk di antara mereka dengan tatapan yang penuh penyesalan.
Dia menyadari betapa besar kesalahannya, meninggalkan cinta sejati yang selama ini bersamanya.
“Jovan. Jangan diam saja. Kenapa kau ini?” ucap Agnes mulai kesal pada adiknya yang sedari tadi memilih untuk diam.
“Apa yang harus aku katakan, Agnes? Bahkan aku pun baru tahu kalau Cassandra anak tunggal pemilik hotel mewah ini,” ujarnya membela diri.
Agnes mendengkus kasar. Ia lalu melipat tangannya sembari menatap Tamara yang berdiri hendak memberikan pengumuman.
"Para tamu yang terhormat, kita lanjutkan lagi pengumuman ini," ucapnya dengan suara yang jelas terdengar di ruangan yang gemerlap.
Semua mata tertuju pada Tamara, penuh dengan keingintahuan dan antisipasi. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang spesial yang akan diumumkan.
Dengan penuh keanggunan, Tamara melanjutkan, "Saya dengan bangga ingin mengumumkan kepada Anda semua bahwa putri saya, Cassandra, adalah pewaris tunggal dari hotel mewah ini. So! Yang ingin menanyakan langsung tentang bisnis, kerja sama dan lainnya langsung saja menghubungi anak saya, Cassandra!”
Suaranya terdengar jelas di antara keramaian. Terdengar gemuruh riuh rendah di antara para tamu yang tercengang.
Tepuk tangan pun menggema di dalam ruangan yang luas itu.
Di antara sorak sorai dan ucapan selamat, Cassandra merasa sebuah beban telah terangkat dari pundaknya.
“Selamat, Cassandra. Kau telah menjadi bagian dari hotel ini. Kami menyambutmu dengan senang hati dan sukacita. Selamat bekerja dan semoga sukses, seperti ibumu!”
Di tengah sorak sorai dan kekaguman, sebuah momen hening menyelinap ke dalam ruangan yang gemerlap.
Semua mata tertuju pada Tamara yang berdiri dengan anggun di samping putrinya yang baru saja diumumkan sebagai pewaris tunggal dari hotel mewah.
Namun, di sudut ruangan, terlihat Medina yang menatap Cassandra dengan tatapan penuh penyesalan dan keputusasaan.
Dengan langkah gemetar dan hati yang bergetar, Medina kembali melangkah maju, menunduk rendah di hadapan Cassandra. Dengan suara gemetar dan mata yang berkaca-kaca, dia mulai berbicara.
"Cassandra, aku memohon padamu, dengan segala kerendahan hati yang aku punya, maafkanlah aku dan berikanlah kesempatan kedua pada Jovan, anakku. Aku tahu kami telah melakukan kesalahan besar kepadamu, tapi tolong, janganlah biarkan masa lalu menghalangi masa depan kalian yang lebih baik."
Suasana ruangan menjadi terdiam. Para tamu tercengang oleh tindakan yang tak terduga ini. Mereka menyaksikan bagaimana seorang Medina yang dulunya angkuh dan sombong, kini tunduk di hadapan Cassandra dengan rasa penyesalan yang mendalam.
Cassandra yang merasakan getaran emosi yang kompleks, mengangkat tangannya, mencoba menenangkan hati yang terombang-ambing di antara belas kasih dan kebencian.
Dia melihat ke arah mantan mertuanya dengan pandangan penuh pengertian.
"Dalam hidup ini, kita semua pernah melakukan kesalahan," ucap Cassandra dengan suara lembut namun tegas.
"Aku memaafkanmu, bukan karena aku lupa akan segala penderitaan yang kau sebabkan, tapi karena aku ingin melangkah maju dengan damai dalam hidupku,” ucapnya lalu meninggalkan wanita angkuh itu.
Medina menatap punggung Cassandra dengan mata berkaca-kaca, penuh penyesalan dalam dirinya.
“Oh! Aku tidak tahu lagi harus bagaimana,” ucapnya lirih.
“Waktunya pesta!” ucap sang pembawa acara.
Dengan langkah tegar dan hati yang penuh dengan keberanian, Cassandra bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada kekayaan materi, tetapi juga dalam keberanian untuk bangkit dari penderitaan dan mengubahnya menjadi kekuatan.
Mereka yang meremehkan dan menyakitinya akan melihat bahwa Cassandra bukanlah wanita yang bisa diinjak-injak begitu saja.
Dalam diamnya, Cassandra bersiap untuk menuliskan babak baru dalam cerita hidupnya, sebuah babak yang dipenuhi dengan kebangkitan, keberanian, dan pembuktian diri yang tak terbantahkan.
**
Setelah kejadian yang mengguncangkan di pesta dansa, keluarga Jovan berkumpul dalam pertemuan yang penuh kebingungan dan keheranan.
Mereka duduk di sekitar meja panjang dengan ekspresi wajah yang penuh tanda tanya, bertanya-tanya mengapa mereka tidak pernah mengetahui kebenaran tentang Cassandra selama ini.
"Bagaimana mungkin kita tidak tahu?" desisnya dengan suara penuh kebingungan. "Bagaimana mungkin kita tidak menyadari bahwa Cassandra sebenarnya adalah bagian dari keluarga yang begitu berpengaruh dan kaya raya?"
Pertanyaan yang sama juga bergema di antara anggota keluarga yang lain. Mereka terkejut oleh kenyataan bahwa mereka telah hidup dalam kebohongan selama ini, bahwa Cassandra sebenarnya tidak pernah seperti yang mereka kira.
“Bahkan Jovan saja tidak menyadari itu, Ibu. Apalagi kita?” ucap Agnes kemudian menghela napasnya.
Mereka kini tengah merenungkan tindakan dan kata-kata mereka yang mungkin telah melukai hati Cassandra tanpa mereka sadari.
“Bukan hanya sekali, tapi setiap hari. Ingat itu, Agnes!” ucap Jovan tegas.
Agnes melirik Jovan. “Dia benar-benar menakjubkan di malam ini. Dia sangat berani dan tegas. Sangat berbeda saat masih jadi bagian dari keluarga kita.”
“Karena dia putri bangsawan, kau tahu!” sengal Medina kesal.
Mereka sangat terpesona oleh keberanian dan ketegasan Cassandra di pesta tadi. Mereka menyadari bahwa Cassandra bukanlah wanita yang bisa diremehkan begitu saja, bahwa di balik penampilannya yang sederhana, ada kekuatan dan keberanian yang luar biasa.
Dalam keheningan yang memikat, keluarga Jovan bersumpah untuk menemui Cassandra dan meminta maaf atas segala ketidakadilan yang pernah mereka lakukan padanya.
“Kita harus datang menemuinya dan meminta dengan tulus. Kita tidak boleh membiarkan Cassandra jadi asing dalam keluarga ini,” ucap Medina.
“Kita harus berbaik hati dan merendah di depannya. Dia sangat berharga, ingat itu!” lanjut Medina penuh dengan tekad.
“Aku sangat yakin dalam hati Cassandra masih terselip sedikit cinta pada Jovan. Itu artinya, Jovan yang harus bekerja keras meluluhkan hati Cassandra lagi,” ucap Agnes seraya menatap adiknya itu dengan tajam.
“Apa yang harus aku lakukan, Agnes?” tanya Jovan dengan lemas.
“Bahkan kalian pun tahu jika Cassandra sangat membenci kita,” ucap Jovan dengan suara lemasnya.Medina menatap datar wajah anak bungsunya itu."Jovan, aku tahu bahwa kesalahan yang telah terjadi sangat menyakitkan bagi Cassandra. Namun, aku percaya bahwa cinta dan pengampunan masih memiliki tempat dalam hatinya."Jovan mendengarkan dengan hati yang terbuka, namun ekspresinya terlihat tegang.Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ibu, aku juga merasa sangat menyesal atas segala yang telah terjadi. Aku tahu aku telah menyakiti Cassandra dengan tindakan dan keputusanku. Tapi bagaimana aku bisa yakin bahwa dia akan mau kembali padaku setelah semua yang telah terjadi?"Medina menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk menguatkan hati Jovan."Jovan, aku tidak ingin mendengar alasan apa pun darimu! Memangnya kau tidak menyangkan semuanya, huh? Cassandra pewaris kaya raya di kota ini, Jovan. Kau akan menjadi pebisnis hebat setelah berhasil menari
"Bukankah kau sangat mencintaiku?" katanya dengan suara yang penuh keyakinan."Bagaimana bisa, seseorang yang begitu mencintai tiba-tiba menjadi begitu membenci dengan sangat? Tidakkah ada ruang untukku di hatimu? Aku ingin kembali padamu, Cassandra,” pinta Jovan dengan suara nyaris tak terdengar.Dia mencoba meruntuhkan tembok yang dibangun oleh Cassandra dengan kata-kata yang penuh dengan keinginan untuk rekonsiliasi."Dulu mungkin aku mencintaimu dengan segenap hatiku," jawab Cassandra, suaranya bergetar oleh keberanian yang terpendam."Namun, apa yang telah terjadi telah mengubah segalanya. Kepercayaan dan cinta yang dulu aku miliki telah hancur bersama dengan perbuatanmu. Aku sudah membuang cinta itu, Jovan.”Dia menatap Jovan dengan tatapan yang tegas. "Aku sangat tidak ingin kembali padamu," ucapnya."Kau telah membuat pilihanmu dan sekarang aku membuat pilihanku. Aku memilih untuk menjalani hidupku tanpamu. Maka dari itu, jangan pernah bermimpi aku akan kembali padamu!”Kata-k
“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita k
Mata Cassandra berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Cassandra.”“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”“Bagaimana, Cassandra? Kau setuju, bekerja sama denganku?”Cassandra mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Cassandra tersenyum lebar.Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Cassandra merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.“Terima kasih, untuk waktunya, Cassandra. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Cassandra pulang.“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.
Jovan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kebingungan yang mendalam. "Tak menyangka jika kau akan memutuskan kerja sama ini. Apakah ini semua karena perceraian yang telah kulayangkan padamu? Apakah kau ingin balas dendam?"Cassandra menggeleng dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang telah ia pertimbangkan matang-matang."Tidak, Jovan. Ini bukan tentang balas dendam. Aku hanya ingin menghapus semua yang berkaitan denganmu dari hidupku."Jovan terdiam, tatapannya kosong ke arah Cassandra, mencoba memahami alasan di balik keputusannya. Namun, dalam keheningan itu, suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan.Setelah beberapa saat berlalu, Cassandra akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih lanjut, meskipun suaranya tetap tenang dan mantap."Jovan, apakah kau melupakan bagaimana kau memperlakukanku selama pernikahan kita? Bukankah kau yang tidak memiliki kesabaran, yang akhirnya membuangku seperti baju kotor,
Cassandra menatap Kendrick dengan senyum tulus di wajahnya. "Terima kasih, Kendrick, karena sudah mau menemaniku makan siang hari ini. Aku benar-benar butuh waktu untuk bersantai sejenak."Kendrick tersenyum balas, matanya bersinar penuh kehangatan, memantulkan ketulusan Cassandra. "Tidak perlu berterima kasih, Cassandra. Sebaliknya, aku yang berterima kasih karena kau mau meluangkan waktu untukku."Di tengah deru lembut percakapan di sekitar mereka, mereka memulai makan siang dengan penuh antusiasme.Makanan yang tersaji di depan mereka menjadi saksi bisu obrolan mereka, cerita demi cerita terungkap, tawa renyah mengiringi setiap suap. Mereka berbagi kisah masa lalu dan impian masa depan, mempererat ikatan yang kian kuat di antara mereka.Setelah beberapa saat menikmati makanan dan kebersamaan, Cassandra mengangkat tatapannya, matanya menyiratkan keraguan yang lama terpendam. "Kendrick, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau memiliki masa lalu yang menyakitkan?"Kendrick menatapny
Di klub malam yang berkilauan oleh lampu neon, Luna merasakan amarah mendidih saat mendengar pengakuan Jovan. Dia yakin Jovan tidak pernah benar-benar mencintai Cassandra dan bertekad untuk menyadarkannya."Dengarlah, Jovan," ucap Luna dengan suara penuh ketegasan, matanya memancarkan api semangat yang tak terbendung. "Aku tahu bahwa kau tidak pernah mencintai Cassandra. Ini semua hanya salah paham belaka."Jovan menarik napas dalam-dalam, matanya memandang Luna dengan tatapan yang serius dan tenang. "Apa yang kau tahu tentang hatiku, Luna? Sudahlah, sebaiknya kau pergi saja. Aku butuh waktu untuk sendiri."Luna merasa kecewa dan marah atas sikap Jovan yang tampak tidak peduli. "Jovan, bagaimana bisa kau begitu acuh terhadap semua ini? Aku hanya ingin membantumu melupakan Cassandra, tapi kau malah menolak bantuan itu."Jovan menggeleng, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun dalam hatinya dia merasa terganggu oleh kehadiran Luna. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu, Luna. Aku bisa menye
Dua bulan telah berlalu sejak perpisahan yang pahit antara Jovan dan Cassandra. Namun, Jovan masih belum bisa melepaskan diri. Setiap malam terasa kosong tanpa kehadiran Cassandra, dan rasa bersalah menghantui setiap langkahnya. Malam ini, di tengah pertemuan di sebuah hotel mewah yang berkilauan dengan lampu kristal, Jovan sekali lagi memberanikan diri untuk menghampiri Cassandra, yang duduk di sofa dengan sikap tegar."Cassandra," ucap Jovan, suaranya penuh harapan dan kerinduan. "Bisakah kita berbicara sebentar?"Cassandra menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Dia merasa kesal dengan ketidakmampuan Jovan untuk menerima perpisahan itu sebagai sesuatu yang pasti. "Jovan," ucapnya dengan suara yang dingin, matanya memicing dengan ketegasan, "Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku akan kembali padamu setelah semua yang telah terjadi?"Jovan berdiri di depannya dengan raut wajah penuh harap. Ia menelan ludah sejenak sebelum menjawab, "Cassandra, aku tahu aku telah membuat kesala