Cassandra sudah merasakan bahwa mereka tidak akan percaya pada pengakuannya. Namun, hal itu tidak mengganggu pikirannya.
“Aku tidak peduli dengan hinaan yang kau katakan padaku. Karena hinaan itu sudah biasa aku dengar. Selama tiga tahun ini, saat masih menjadi bagian dari keluarga kalian!”
Dengan sikap teguh, Cassandra memilih untuk tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Dia hanya menunggu ibunya keluar dari kandang, yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengkonfirmasi bahwa Cassandra adalah pemilik sebenarnya dari hotel tersebut.
“Sudah, Agnes. Jangan ladeni wanita gila ini!”
Medina menghampiri Cassandra dengan pandangan hinanya. “Hei! Wanita hina tidak tahu diri, sebaiknya cepat pergi dari pesta ini. Kau tahu? Tempat ini benar-benar tidak pantas untukmu!”
Medina kembali mengusir Cassandra, menginginkannya pergi dari tempat itu. Namun, Cassandra semakin meradang karena perlakuan yang terus menerus diusir di acara pesta miliknya sendiri. Keinginannya untuk menegaskan identitasnya semakin kuat.
“Ajudan!”
Dengan langkah mantap, Cassandra memanggil salah satu ajudannya. Kehadiran ajudan itu kembali mengundang keheranan dari para tamu, terutama dari keluarga Jovan.
“Ada yang bisa kami bantu, Nona?” tanya Ajudan itu setelah menghampiri Cassandra.
Mereka tidak bisa menahan kebingungan, bagaimana mungkin Cassandra memiliki seorang ajudan?
“Tolong panggil Ibu agar segera kemari. Pesta akan segera dimulai!” Cassandra dengan tegas meminta agar ibunya datang ke tempat itu dan memulai pesta dansa yang sedang berlangsung.
“Baik, Nona! Saya akan segera menemui Nyonya besar agar segera memulai pesta.” Sang ajudan dengan cepat berlari hendak memanggil Tamara agar segera muncul di tengah pesta itu.
Dia yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengakhiri semua keraguan dan menetapkan kebenaran tentang identitasnya sebagai pemilik hotel tersebut.
Tamara melangkah dengan gemulai, memancarkan keanggunan dalam setiap langkahnya, saat menuju dengan lembut ke arah sang anak.
Sorotan mata Cassandra memancar senyuman hangat ketika dirinya disambut oleh kehadiran Tamara.
“Permainan akan segera dimulai, wahai manusia sombong tak berperikemanusiaan!” gumam Veronika amat sangat membenci keluarga Jovan.
Pemandangan itu memukau, membuat Medina, Agnes, dan Jovan tak dapat menahan kekaguman mereka.
“Lihatlah, pemilik hotel ini. Dia berjalan ke arah gadis desa itu. Apakah benar, wanita itu adalah anak pemilik hotel ini”
Bisikan dari para tamu yang hadir membuat suasana di sana semakin tegang. Ditambah Tamara telah datang di pesta tersebut.
Dalam keanggunan dan kehadiran yang disertai dengan pesona, Tamara, sang pemilik hotel, melangkah dengan penuh keyakinan menuju Cassandra.
“Tidak! Tidak mungkin. Aku tidak percaya, kalau wanita itu adalah ibu kandung Cassandra. Ini pasti mimpi, kan?” ucap Medina tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya itu.
“Apa maksudmu, Medina? Kau meragukanku bahwa aku memiliki seorang anak? Ya! Cassandra adalah anakku, menantu yang telah kau buang!”
“Apa? Bagaimana mungkin?” Medina masih tetap tidak percaya dengan ucapan Tamara tadi.
Namun, ketika kabar tentang identitas sejati Cassandra mulai tersebar di antara tamu-tamu yang hadir, keheranan mereka berubah menjadi kekaguman dan kekaguman.
Tiba-tiba, gadis yang selama ini mereka remehkan dan hina itu ternyata adalah bagian dari keluarga yang sangat berpengaruh dan kaya raya.
“Tentu saja sangat mungkin. Kau pikir, pesta ini diadakan hanya untuk merayakan ulang tahun hotel ini? Tentu saja lebih dari sekadar itu.
“Pesta ini, aku buat untuk mengumumkan pada semuanya, bahwa mulai malam ini, hotel ini sepenuhnya akan dikelola oleh anakku, anak semata wayangku. Cassandra!”
Dengan tegas, Tamara memberi tahu pada semuanya tentang identitas Cassandra juga pengumuman pemegang hotel terbaru adalah Cassandra.
Medina, yang sebelumnya merendahkan dan meremehkannya, kini terdiam dalam kekaguman yang tidak terkatakan.
Dia menyadari kesalahannya dan berusaha untuk mendekati Cassandra. “Oh, Cassandra. Aku meminta maaf atas semua perlakuan buruk yang aku lakukan sebelumnya. Aku benar-benar tidak menyadari hal ini.”
Bukan hanya Medina dan keluarganya saja, orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohnya juga terdiam dalam malu.
Mereka sadar bahwa kecantikan dan keberhasilan Cassandra jauh melampaui apa yang pernah mereka bayangkan.
Mereka pun berusaha untuk mendekatinya, memohon pengampunan atas segala ketidakadilan yang pernah mereka lakukan.
Dan kemudian, di antara kerumunan yang terkesan itu, Jovan, mantan suami Cassandra, melangkah mendekatinya dengan tatapan penuh penyesalan dan penyesalan.
Dia menyadari betapa besar kesalahan yang telah dia lakukan, meninggalkan cinta sejati yang telah selama ini bersamanya.
“Cassandra. Mengapa selama ini kau diam saja dan tidak memberi tahu padaku tentang semua ini?”
Cassandra menatap Jovan dengan tatapan datarnya. “Karena aku ingin tahu, apakah kau tulus, atau hanya mengejar apa yang aku miliki selama ini!”
Jovan menunduk malu. “Maafkan aku, Cassandra. Aku benar-benar bersalah padamu.”
“Aku sudah memaafkanmu. Tapi, bukan karena aku ingin kembali padamu. Tetapi karena aku ingin melepaskan diriku dari beban dendam dan kebencian yang telah lama meracuniku.”
Pesta dansa yang seharusnya menjadi ajang kemegahan dan kebanggaan bagi para elit masyarakat itu berubah menjadi panggung rekonsiliasi dan kesempatan kedua bagi Cassandra.
Di bawah cahaya gemerlap dan melodi yang mengalun, Cassandra menemukan dirinya sendiri, menemukan kekuatan untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan dan harapan yang baru.
Dia merasa bahwa tidak ada lagi alasan untuk menyembunyikan kebenaran, bahwa kebenaran adalah kunci untuk kebebasan dan kedamaian yang sejati.
Dengan hati yang penuh keyakinan dan suara yang tegas, Cassandra memutuskan untuk mengumpulkan semua orang yang sudah datang di acara pesta itu.
Di sana, di tengah suasana yang hangat dan penuh kasih sayang, dia berdiri tegar di hadapan mereka semua, siap untuk memberi tahu mereka siapa sebenarnya dia.
Dengan suara yang mantap namun lembut, Cassandra memulai kisahnya.
“Aku ingin menceritakan tentang masa laluku yang tersembunyi, tentang bagaimana aku tumbuh dalam keheningan desa yang jauh dari sorotan dunia luar.
“Aku ingin menceritakan tentang perjalanan hidupku, tentang penderitaan dan kebahagiaan yang telah aku temui di sepanjang jalan. Aku sengaja datang ke desa itu untuk membantu nenek yang sudah menolongku saat aku kecelakaan.
“Cucunya telah mendonorkan darahnya untukku. Aku ingin membalas budi padanya. Namun, ketika aku melihat sosok lelaki tampan dan gagah, tiba-tiba aku jatuh hati padanya. Tapi, setelah tiga tahun pernikahan kami, aku selalu diperlakukan seperti pembantu.
“Bukan menantu di dalam keluarga itu. Hingga kemudian lelaki itu sudah mulai bosan karena menunggu kapan aku memberi tahu jika aku memiliki sesuatu yang membuatnya bertahan selama ini.
“Kami berpisah, karena ketidaksabarannya, ketamakan dan kesombongannya. Namun, aku sama sekali tidak menyesal telah berpisah dengannya. Bagiku, itu hal yang mesti aku rayakan!”
Ketika dia menyebutkan tentang identitas sejatinya, sebuah keheningan turun di antara mereka.
Tidak ada yang bisa menyangka bahwa gadis yang selama ini mereka anggap remeh itu sebenarnya adalah bagian dari keluarga yang begitu berpengaruh dan kaya raya.
Namun, di balik kejutan yang mereka rasakan, ada juga rasa hormat dan penghargaan yang tumbuh di antara mereka.
Mereka mulai melihat Cassandra dengan mata yang baru, melihat kekuatan dan keberanian yang tersembunyi di balik wajahnya yang lembut dan anggun.
“Sungguh mengejutkan,” ucap salah satu tamu pesta itu.
“Maafkan kami, Cassandra. Kami telah menilai buruk dirimu selama ini,” ucap Agnes penuh penyesalan.Medina, yang sebelumnya merendahkan dan memperlakukannya dengan buruk, kini menatapnya dengan mata penuh penyesalan.“Aku menyadari betapa salahnya aku telah memperlakukanmu, betapa aku telah menyia-nyiakan seorang putri yang begitu berharga,” ucapnya dengan lirih.Orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohinya, sekarang mengangkat kepalanya dengan malu.Namun, Cassandra hanya menatap datar wajah Agnes yang tampak menyesal karena telah memperlakukan buruk Cassandra selama ini.“Kalian menyadari semuanya karena aku seorang putri kaya raya, kan?” ucap Cassandra penuh dengan ketegasan.Medina kembali terdiam mendengar ucapan Cassandra tadi. Pun dengan Jovan yang duduk di antara mereka dengan tatapan yang penuh penyesalan.Dia menyadari betapa besar kesalahannya, meninggalkan cinta sejati yang selama ini bersamanya.“Jovan. Jangan diam saja. Kenapa kau ini?” ucap Agnes mulai kesal pada ad
“Bahkan kalian pun tahu jika Cassandra sangat membenci kita,” ucap Jovan dengan suara lemasnya.Medina menatap datar wajah anak bungsunya itu."Jovan, aku tahu bahwa kesalahan yang telah terjadi sangat menyakitkan bagi Cassandra. Namun, aku percaya bahwa cinta dan pengampunan masih memiliki tempat dalam hatinya."Jovan mendengarkan dengan hati yang terbuka, namun ekspresinya terlihat tegang.Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ibu, aku juga merasa sangat menyesal atas segala yang telah terjadi. Aku tahu aku telah menyakiti Cassandra dengan tindakan dan keputusanku. Tapi bagaimana aku bisa yakin bahwa dia akan mau kembali padaku setelah semua yang telah terjadi?"Medina menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk menguatkan hati Jovan."Jovan, aku tidak ingin mendengar alasan apa pun darimu! Memangnya kau tidak menyangkan semuanya, huh? Cassandra pewaris kaya raya di kota ini, Jovan. Kau akan menjadi pebisnis hebat setelah berhasil menari
"Bukankah kau sangat mencintaiku?" katanya dengan suara yang penuh keyakinan."Bagaimana bisa, seseorang yang begitu mencintai tiba-tiba menjadi begitu membenci dengan sangat? Tidakkah ada ruang untukku di hatimu? Aku ingin kembali padamu, Cassandra,” pinta Jovan dengan suara nyaris tak terdengar.Dia mencoba meruntuhkan tembok yang dibangun oleh Cassandra dengan kata-kata yang penuh dengan keinginan untuk rekonsiliasi."Dulu mungkin aku mencintaimu dengan segenap hatiku," jawab Cassandra, suaranya bergetar oleh keberanian yang terpendam."Namun, apa yang telah terjadi telah mengubah segalanya. Kepercayaan dan cinta yang dulu aku miliki telah hancur bersama dengan perbuatanmu. Aku sudah membuang cinta itu, Jovan.”Dia menatap Jovan dengan tatapan yang tegas. "Aku sangat tidak ingin kembali padamu," ucapnya."Kau telah membuat pilihanmu dan sekarang aku membuat pilihanku. Aku memilih untuk menjalani hidupku tanpamu. Maka dari itu, jangan pernah bermimpi aku akan kembali padamu!”Kata-k
“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita k
Mata Cassandra berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Cassandra.”“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”“Bagaimana, Cassandra? Kau setuju, bekerja sama denganku?”Cassandra mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Cassandra tersenyum lebar.Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Cassandra merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.“Terima kasih, untuk waktunya, Cassandra. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Cassandra pulang.“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.
Jovan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kebingungan yang mendalam. "Tak menyangka jika kau akan memutuskan kerja sama ini. Apakah ini semua karena perceraian yang telah kulayangkan padamu? Apakah kau ingin balas dendam?"Cassandra menggeleng dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang telah ia pertimbangkan matang-matang."Tidak, Jovan. Ini bukan tentang balas dendam. Aku hanya ingin menghapus semua yang berkaitan denganmu dari hidupku."Jovan terdiam, tatapannya kosong ke arah Cassandra, mencoba memahami alasan di balik keputusannya. Namun, dalam keheningan itu, suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan.Setelah beberapa saat berlalu, Cassandra akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih lanjut, meskipun suaranya tetap tenang dan mantap."Jovan, apakah kau melupakan bagaimana kau memperlakukanku selama pernikahan kita? Bukankah kau yang tidak memiliki kesabaran, yang akhirnya membuangku seperti baju kotor,
Cassandra menatap Kendrick dengan senyum tulus di wajahnya. "Terima kasih, Kendrick, karena sudah mau menemaniku makan siang hari ini. Aku benar-benar butuh waktu untuk bersantai sejenak."Kendrick tersenyum balas, matanya bersinar penuh kehangatan, memantulkan ketulusan Cassandra. "Tidak perlu berterima kasih, Cassandra. Sebaliknya, aku yang berterima kasih karena kau mau meluangkan waktu untukku."Di tengah deru lembut percakapan di sekitar mereka, mereka memulai makan siang dengan penuh antusiasme.Makanan yang tersaji di depan mereka menjadi saksi bisu obrolan mereka, cerita demi cerita terungkap, tawa renyah mengiringi setiap suap. Mereka berbagi kisah masa lalu dan impian masa depan, mempererat ikatan yang kian kuat di antara mereka.Setelah beberapa saat menikmati makanan dan kebersamaan, Cassandra mengangkat tatapannya, matanya menyiratkan keraguan yang lama terpendam. "Kendrick, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau memiliki masa lalu yang menyakitkan?"Kendrick menatapny
Di klub malam yang berkilauan oleh lampu neon, Luna merasakan amarah mendidih saat mendengar pengakuan Jovan. Dia yakin Jovan tidak pernah benar-benar mencintai Cassandra dan bertekad untuk menyadarkannya."Dengarlah, Jovan," ucap Luna dengan suara penuh ketegasan, matanya memancarkan api semangat yang tak terbendung. "Aku tahu bahwa kau tidak pernah mencintai Cassandra. Ini semua hanya salah paham belaka."Jovan menarik napas dalam-dalam, matanya memandang Luna dengan tatapan yang serius dan tenang. "Apa yang kau tahu tentang hatiku, Luna? Sudahlah, sebaiknya kau pergi saja. Aku butuh waktu untuk sendiri."Luna merasa kecewa dan marah atas sikap Jovan yang tampak tidak peduli. "Jovan, bagaimana bisa kau begitu acuh terhadap semua ini? Aku hanya ingin membantumu melupakan Cassandra, tapi kau malah menolak bantuan itu."Jovan menggeleng, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun dalam hatinya dia merasa terganggu oleh kehadiran Luna. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu, Luna. Aku bisa menye