"Bukankah kau sangat mencintaiku?" katanya dengan suara yang penuh keyakinan.
"Bagaimana bisa, seseorang yang begitu mencintai tiba-tiba menjadi begitu membenci dengan sangat? Tidakkah ada ruang untukku di hatimu? Aku ingin kembali padamu, Cassandra,” pinta Jovan dengan suara nyaris tak terdengar.
Dia mencoba meruntuhkan tembok yang dibangun oleh Cassandra dengan kata-kata yang penuh dengan keinginan untuk rekonsiliasi.
"Dulu mungkin aku mencintaimu dengan segenap hatiku," jawab Cassandra, suaranya bergetar oleh keberanian yang terpendam.
"Namun, apa yang telah terjadi telah mengubah segalanya. Kepercayaan dan cinta yang dulu aku miliki telah hancur bersama dengan perbuatanmu. Aku sudah membuang cinta itu, Jovan.”
Dia menatap Jovan dengan tatapan yang tegas. "Aku sangat tidak ingin kembali padamu," ucapnya.
"Kau telah membuat pilihanmu dan sekarang aku membuat pilihanku. Aku memilih untuk menjalani hidupku tanpamu. Maka dari itu, jangan pernah bermimpi aku akan kembali padamu!”
Kata-kata Cassandra dipenuhi dengan keputusan yang tegas dan penegasan yang tak tergoyahkan.
Dia tidak lagi membiarkan dirinya terjebak dalam siklus yang menyakitkan dan toksik.
Cassandra menunjukkan bahwa dia telah menemukan kekuatan untuk melangkah maju dan membangun hidup yang lebih baik tanpa kehadiran Jovan di sisinya.
“Cassandra, aku—”
“Sekarang pergi dari hadapanku!” usir Cassandra dengan tegas. “Aku sedang sibuk untuk melakukan peluncuran produk terbaruku. Maka dari itu, silakan pergi dari hadapanku!” ucapnya menatap tajam wajah Jovan.
“Produk? Sejak kapan kau memiliki produk baru? Bukankah selama ini kau hanya menjadi pewaris tunggal hotel ini?”
Cassandra tersenyum miring seraya membuang muka. “Kau tak perlu tahu, Jovan. Sekarang, silakan meninggalkan tempat ini!”
**
Di pusat perbelanjaan nan luas dan megah. Semua orang telah menunggu dengan tidak sabar untuk melihat peluncuran produk terbaru, yakni jam tangan mewah juga perhiasan terbuat dari berlian asli.
Yang juga ditayangkan di semua siaran televisi juga media sosial lainnya.
“Baiklah para hadirin yang terhormat dan berbahagia. Sebentar lagi kita akan menyaksikan peluncuran produk terbaru yang sudah lama kita tunggu-tunggu. Mari, kita sambut sang pemilik VN Jewerly. Nona Cassandra!”
“What?! Cassandra? Mantan istri Jovan, yang selalu terlihat lusuh itu?” gumam Erick—salah satu teman Jovan.
Ia pun menghubungi Jovan agar segera ke mall. Ia ingin memastikan bahwa wanita itu memang benar, adalah mantan istri Jovan.
“Selamat sore, semuanya. Terima kasih atas antusiasnya kalian semua. Aku tak menyangka, kalian akan seantusias ini menyambut launching-nya produk yang telah aku buat sendiri. Untuk itu, mari kita buka bersama-sama, VN Jewerly!”
Sorak sorai menggema di tempat itu. Mereka dengan antusias menyambut toko baru tersebut karena tidak sabar ingin membeli beberapa jam tangan juga perhiasan mewah nan elegan itu.
Agnes yang berdiri bersama dengan sahabatnya, Laura, menganga melihat peresmian toko yang selama ini dia tunggu ternyata milik Cassandra.
“Pantas saja, wanita itu mengenakan perhiasan mewah dan mahal. ternyata memang itu miliknya. Aku tak menyangka, Jovan baru saja membuang berlian.”
Sebagai kakak tertua, Agnes sangat menyesal karena keputusan Jovan yang terlalu terburu-buru. Tak mau sabar, menunggu sampai Cassandra memberi tahu siapa dirinya sebenarnya.
“Apa kau menyesal?” tanya Laura.
Agnes mengangguk pelan. “Ya. Seharusnya aku mendapatkan perhiasan itu dengan cuma-cuma.” Agnes geleng-geleng kepala.
**
Agnes pulang ke rumah dengan langkah yang tergesa-gesa. Tak lama setelahnya, Jovan juga pulang ke rumah.
“Ibu! Ternyata toko perhiasan yang baru saja buka itu merupakan milik Cassandra!” ungkap Agnes memberi tahu.
“Ya. Aku sudah melihatnya di televisi tadi,” ucap Medina dengan lemas. Ia lalu menoleh ke arah Jovan. “Apa kau gagal mengambil Cassandra kembali?”
Jovan menghela napasnya. “Seharusnya kau sudah tahu jawabannya, Ibu.”
Medina menggigit bibirnya memikirkan upaya yang bisa dia lakukan untuk mengambil kembali hati Cassandra.
"Dalam situasi seperti ini, aku akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan cinta Cassandra," jawab Medina dengan tegas.
"Aku akan berbicara dengannya, mencoba memahami perasaannya, dan berusaha memperbaiki segala kesalahan yang telah terjadi. Aku akan menunjukkan padanya bahwa kita semua di sini ingin memberikan dukungan dan cinta, tidak hanya untuk Jovan, tetapi juga untuknya."
Agnes masih terdiam, mencerna kata-kata ibunya dengan penuh perenungan. Dia merasa terkesan oleh tekad dan kegigihan ibunya untuk menghadapi tantangan yang begitu besar seperti ini.
Namun, dia juga merasa bingung tentang bagaimana ibunya akan melangkah maju dalam usahanya untuk merebut kembali hati Cassandra.
"Bagaimana kau akan melakukannya, Ibu?" tanya Agnes, mencoba memahami rencana ibunya.
“Aku akan melakukan segala cara agar Cassandra bisa kembali, Agnes. Kau tahu, kita juga merupakan keluarga kaya raya. Aku yakin, Cassandra pasti mau kembali pada keluarga kita,” ucap Medina dengan percaya dirinya.
“Tapi, aku tidak yakin, Ibu. Cassandra terlihat sangat membenci Jovan sekarang. Bukan hanya Jovan yang dia benci, melainkan keluarga kita.”
Medina menarik napas dalam-dalam. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Penolakan dari Cassandra bukan masalah besar baginya.
**
Tamara melangkah dengan langkah hati-hati menuju anak perempuannya yang tengah terpesona oleh pemandangan gemerlap kota yang terhampar di balik jendela besar.
Cassandra, dengan matanya yang penuh dengan refleksi kilauan lampu-lampu kota, tampak terhanyut dalam pikirannya sendiri.
Tamara merasa hangat melihatnya, tetapi juga terdapat getaran gugup dalam hatinya karena misi yang telah dia tentukan.
Dengan lembut, Tamara menyentuh bahu Cassandra. "Cassandra, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."
Cassandra menoleh dengan perlahan, ekspresinya campur aduk antara penasaran dan agak tidak sabar. "Ya, Ibu?"
Tamara menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, memastikan kata-katanya dipilih dengan hati-hati. "Aku ingin memberitahukan kabar baik padamu."
Wajah Cassandra mencerminkan kebingungan. "Kabar baik? Apa itu, Ibu?"
Tamara tersenyum tipis. "Aku telah mengenal seseorang yang mungkin dapat menjadi bagian dari hidupmu."
Cassandra memicingkan matanya, mencoba memahami apa yang ibunya maksudkan. "Siapa orang itu, Ibu? Dan mengapa kau tiba-tiba memberitahuku tentangnya?"
Tamara menarik kursi di dekat jendela dan duduk di samping Cassandra. "Dia adalah seorang pria yang telah lama aku kenal. Namanya adalah Kendrick."
Cassandra menatap ibunya dengan bingung. "Kendrick?"
“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita k
Mata Cassandra berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Cassandra.”“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”“Bagaimana, Cassandra? Kau setuju, bekerja sama denganku?”Cassandra mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Cassandra tersenyum lebar.Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Cassandra merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.“Terima kasih, untuk waktunya, Cassandra. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Cassandra pulang.“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.
Jovan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kebingungan yang mendalam. "Tak menyangka jika kau akan memutuskan kerja sama ini. Apakah ini semua karena perceraian yang telah kulayangkan padamu? Apakah kau ingin balas dendam?"Cassandra menggeleng dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang telah ia pertimbangkan matang-matang."Tidak, Jovan. Ini bukan tentang balas dendam. Aku hanya ingin menghapus semua yang berkaitan denganmu dari hidupku."Jovan terdiam, tatapannya kosong ke arah Cassandra, mencoba memahami alasan di balik keputusannya. Namun, dalam keheningan itu, suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan.Setelah beberapa saat berlalu, Cassandra akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih lanjut, meskipun suaranya tetap tenang dan mantap."Jovan, apakah kau melupakan bagaimana kau memperlakukanku selama pernikahan kita? Bukankah kau yang tidak memiliki kesabaran, yang akhirnya membuangku seperti baju kotor,
Cassandra menatap Kendrick dengan senyum tulus di wajahnya. "Terima kasih, Kendrick, karena sudah mau menemaniku makan siang hari ini. Aku benar-benar butuh waktu untuk bersantai sejenak."Kendrick tersenyum balas, matanya bersinar penuh kehangatan, memantulkan ketulusan Cassandra. "Tidak perlu berterima kasih, Cassandra. Sebaliknya, aku yang berterima kasih karena kau mau meluangkan waktu untukku."Di tengah deru lembut percakapan di sekitar mereka, mereka memulai makan siang dengan penuh antusiasme.Makanan yang tersaji di depan mereka menjadi saksi bisu obrolan mereka, cerita demi cerita terungkap, tawa renyah mengiringi setiap suap. Mereka berbagi kisah masa lalu dan impian masa depan, mempererat ikatan yang kian kuat di antara mereka.Setelah beberapa saat menikmati makanan dan kebersamaan, Cassandra mengangkat tatapannya, matanya menyiratkan keraguan yang lama terpendam. "Kendrick, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau memiliki masa lalu yang menyakitkan?"Kendrick menatapny
Di klub malam yang berkilauan oleh lampu neon, Luna merasakan amarah mendidih saat mendengar pengakuan Jovan. Dia yakin Jovan tidak pernah benar-benar mencintai Cassandra dan bertekad untuk menyadarkannya."Dengarlah, Jovan," ucap Luna dengan suara penuh ketegasan, matanya memancarkan api semangat yang tak terbendung. "Aku tahu bahwa kau tidak pernah mencintai Cassandra. Ini semua hanya salah paham belaka."Jovan menarik napas dalam-dalam, matanya memandang Luna dengan tatapan yang serius dan tenang. "Apa yang kau tahu tentang hatiku, Luna? Sudahlah, sebaiknya kau pergi saja. Aku butuh waktu untuk sendiri."Luna merasa kecewa dan marah atas sikap Jovan yang tampak tidak peduli. "Jovan, bagaimana bisa kau begitu acuh terhadap semua ini? Aku hanya ingin membantumu melupakan Cassandra, tapi kau malah menolak bantuan itu."Jovan menggeleng, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun dalam hatinya dia merasa terganggu oleh kehadiran Luna. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu, Luna. Aku bisa menye
Dua bulan telah berlalu sejak perpisahan yang pahit antara Jovan dan Cassandra. Namun, Jovan masih belum bisa melepaskan diri. Setiap malam terasa kosong tanpa kehadiran Cassandra, dan rasa bersalah menghantui setiap langkahnya. Malam ini, di tengah pertemuan di sebuah hotel mewah yang berkilauan dengan lampu kristal, Jovan sekali lagi memberanikan diri untuk menghampiri Cassandra, yang duduk di sofa dengan sikap tegar."Cassandra," ucap Jovan, suaranya penuh harapan dan kerinduan. "Bisakah kita berbicara sebentar?"Cassandra menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Dia merasa kesal dengan ketidakmampuan Jovan untuk menerima perpisahan itu sebagai sesuatu yang pasti. "Jovan," ucapnya dengan suara yang dingin, matanya memicing dengan ketegasan, "Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku akan kembali padamu setelah semua yang telah terjadi?"Jovan berdiri di depannya dengan raut wajah penuh harap. Ia menelan ludah sejenak sebelum menjawab, "Cassandra, aku tahu aku telah membuat kesala
Agnes, kakak tertua Jovan, melangkah dengan hati yang berat menuju ke ruangan adiknya yang terlihat murung. Cahaya lampu temaram menambah kesan suram dalam ruangan itu. Jovan duduk di sofa dengan tatapan kosong, ekspresinya mencerminkan kekecewaan yang mendalam. Agnes merasa iba melihat adiknya seperti itu, dan dia ingin mencoba membantu."Jovan," panggil Agnes dengan lembut saat dia mendekati adiknya.Jovan menoleh ke arah Agnes dengan mata yang sedikit redup. "Ada apa?" sahutnya dengan suara yang rendah.Agnes duduk di sebelahnya, menyentuh bahunya dengan lembut. "Apa yang sedang terjadi, Jovan? Mengapa kau terlihat begitu murung?"Jovan menghela nafas berat sebelum akhirnya menjawab, "Ini tentang Cassandra, Agnes. Aku mencoba untuk membuatnya kembali, tetapi dia tidak mau."Agnes menghela napas kasar, memahami bahwa adiknya memang terus mencari cara untuk mengambil Cassandra kembali. "Apakah kau tahu mengapa dia berubah pikiran, Jovan? Apakah dia tidak mencintaimu lagi? Aku rasa, t
buatkan narasi dan dialog berikut ini menggunakan prosa ungu: Di kediaman Cassandra, suasana terasa hangat dan romantis saat Kendrick tiba dengan sebuah buket mawar, bunga favorit Cassandra. “Halo, Cassandra. Aku membawa sesuatu untukmu. Semoga kau suka.” Cassandra tersenyum bahagia saat melihat Kendrick, merasa dihargai dan spesial di hadapannya."Kendrick, kau selalu tahu bagaimana cara membuatku tersenyum," ucap Cassandra dengan senyum manis di wajahnya.Kendrick tersenyum lembut, memandang Cassandra dengan penuh kasih sayang. "Aku hanya ingin membuatmu bahagia, Cassandra. Aku tahu betapa sulitnya waktu-waktu terakhir ini bagimu."Cassandra mengangguk, matanya penuh dengan rasa terima kasih. "Terima kasih, Kendrick. Kau selalu ada untukku."Kendrick mendekat dan memeluk Cassandra dengan penuh kelembutan. "Aku berjanji akan selalu berada di sampingmu, Cassandra. Aku ingin menghapus semua kesedihan yang telah kau alami selama ini. Selama tiga tahun terakhir ini.” Cassandra tersent