“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”
"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.
Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."
Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."
Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita ketika kita paling tidak mengharapkannya. Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk melihat apa yang bisa terjadi."
Cassandra menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan di dalam dirinya. Dia tahu ibunya benar, tetapi bagian dari dirinya masih merasa takut akan perubahan yang tidak terduga. "Baiklah, Ibu. Aku akan mencoba bertemu dengannya."
Senyum lega menyelinap di wajah Tamara. "Terima kasih, Cassandra. Aku akan mengatur pertemuan kalian berdua."
Mereka berdua duduk di sana, berbagi momen keheningan yang nyaman, menikmati kehangatan satu sama lain.
Cassandra memandangi kota yang terhampar di luar jendela dengan tatapan baru, pikirannya berputar-putar tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan dengan Kendrick.
Tamara menatap putrinya dengan tatapan tajam, mencari tanda-tanda kebenaran di balik kata-katanya. "Jangan bilang kalau kau masih mencintai Jovan, Cassandra?"
Cassandra menggeleng tegas. "Tidak. Aku tidak mencintainya."
Dengan napas lega, Tamara merasa sebuah beban terangkat dari pundaknya. "Bagus," ucapnya pelan. "Jangan sampai kembali pada pria tak memiliki hati itu lagi."
Cassandra memandang ibunya dengan serius. "Aku tahu, Ibu. Aku telah belajar dari kesalahanku."
Tamara mengangguk, wajahnya penuh dengan ekspresi pengertian. "Aku percaya padamu, sayang. Tapi, kadang-kadang cinta itu buta. Kita harus waspada."
Cassandra menanggapi dengan mantap. "Aku akan, Ibu. Aku tidak ingin terluka lagi."
Tamara tersenyum lembut. "Itu yang ingin kubicarakan. Aku hanya ingin yang terbaik bagimu, Cassandra."
Cassandra tersenyum mengangguk. "Aku tahu, Ibu. Terima kasih."
Keduanya saling bertatapan, penuh dengan makna yang dalam. Meskipun mereka telah melewati banyak hal bersama, kepercayaan dan cinta mereka satu sama lain tetap tak tergoyahkan.
Dan dalam momen itu, di antara kata-kata yang singkat namun bermakna, ikatan mereka semakin kuat.
**
Beberapa hari kemudian, Tamara menghubungi Cassandra dengan berita bahwa dia telah mengatur pertemuan antara mereka.
“Aku telah memesan tempat untuk kalian bertemu. Malam ini, jam tujuh. Di Yellow Café. Jangan sampai telat.”
“Baik, Ibu. Aku akan datang tepat waktu.” Cassandra menutup panggilan tersebut.
Cassandra merasa campur aduk antara gugup dan penasaran. Dia berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sempurna, sebelum dia melangkah keluar rumah.
“Apakah penampilanku sudah sempurna?” gumamnya sembari memutar-mutar gaun yang ia kenakan.
Cassandra menarik napas dalam-dalam. Pertemuan pertama ini harus memberi kesan baik. Ia tak ingin mengecewakan ibunya yang telah mengatur rencana ini.
Kendrick sudah menunggu di kafe yang disarankan oleh Tamara. Ketika Cassandra memasuki kafe, matanya bertemu dengan Kendrick yang sedang tersenyum hangat ke arahnya.
Dia merasa sedikit lega melihat bahwa Kendrick terlihat ramah dan tidak begitu menakutkan seperti yang dia bayangkan.
“Hi! Aku Kendrick.”
“Cassandra. Senang, bertemu denganmu.”
Mereka berdua duduk di meja yang telah dipesan oleh Kendrick. Percakapan awal mereka agak canggung, tetapi seiring berjalannya waktu, Cassandra merasa semakin nyaman berbicara dengan Kendrick.
Mereka berbagi minat yang sama dalam beberapa topik dan tertawa pada lelucon satu sama lain.
“Kendrick. Kau tahu kan, aku adalah seorang janda?” tanya Cassandra gugup.
Kendrick tersenyum lalu mengangguk. “Ya. Tentu saja aku tahu. Mengapa kau bertanya seperti itu?” tanyanya lembut.
Cassandra menggeleng. “Tidak. Aku hanya tidak ingin kau kecewa saat tahu statusku.”
Kendrick terkekeh. “Tidak ada yang harus aku kecewakan. Kau sangat cantik dan baik hati. Aku senang bisa berjumpa denganmu.”
Cassandra mengulas senyumnya. Senyum paling sempurna yang ia terbitkan. Kendrick sangat tampan, namun memiliki hati yang indah. Ia tak mempermasalahkan statusnya sebagai janda dari Jovan.
“Maaf, jika ibuku memaksamu untuk bertemu denganku, Kendrick.”
Lelaki itu dengan tegas menggeleng. “Tidak, tidak. Justru akulah yang tidak sabar ingin bertemu denganmu. Ibumu sangat baik, dan aku berpikir jika kau jauh lebih baik.” Kendrick mengulas senyum menatap lembut wajah Cassandra.
Sehingga membuat wanita itu merasakan sedikit ketertarikan pada lelaki tampan di depannya ini.
‘Oh, astaga! Bagaimana mungkin aku langsung tertarik padanya.’ Cassandra bergumam dalam hatinya.
“Eum! Kendrick. Apa kau mau mengungkapkan latar belakangmu?”
“Dengan senang hati, Cassandra.” Kendrick menghela napas dalam-dalam sebelum menjelaskan siapa dirinya.
“Aku Kendrick Elvran, berusia tiga puluh tiga tahun. Aku seorang pengusaha muda berkat kekayaan yang orang tuaku miliki. Aku berasal dari New York dan tinggal di sini untuk mengembangkan bisnisku di sini.
“Kau memiliki perusahaan perhiasan, bukan? Yang baru saja launching beberapa hari yang lalu? Aku bisa membantumu mempromosikannya ke seluruh dunia. Dengan begitu, kau akan menjadi pengusaha terkenal!”
Mata Cassandra berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Cassandra.”“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”“Bagaimana, Cassandra? Kau setuju, bekerja sama denganku?”Cassandra mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Cassandra tersenyum lebar.Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Cassandra merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.“Terima kasih, untuk waktunya, Cassandra. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Cassandra pulang.“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.
Jovan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kebingungan yang mendalam. "Tak menyangka jika kau akan memutuskan kerja sama ini. Apakah ini semua karena perceraian yang telah kulayangkan padamu? Apakah kau ingin balas dendam?"Cassandra menggeleng dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang telah ia pertimbangkan matang-matang."Tidak, Jovan. Ini bukan tentang balas dendam. Aku hanya ingin menghapus semua yang berkaitan denganmu dari hidupku."Jovan terdiam, tatapannya kosong ke arah Cassandra, mencoba memahami alasan di balik keputusannya. Namun, dalam keheningan itu, suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan.Setelah beberapa saat berlalu, Cassandra akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih lanjut, meskipun suaranya tetap tenang dan mantap."Jovan, apakah kau melupakan bagaimana kau memperlakukanku selama pernikahan kita? Bukankah kau yang tidak memiliki kesabaran, yang akhirnya membuangku seperti baju kotor,
Cassandra menatap Kendrick dengan senyum tulus di wajahnya. "Terima kasih, Kendrick, karena sudah mau menemaniku makan siang hari ini. Aku benar-benar butuh waktu untuk bersantai sejenak."Kendrick tersenyum balas, matanya bersinar penuh kehangatan, memantulkan ketulusan Cassandra. "Tidak perlu berterima kasih, Cassandra. Sebaliknya, aku yang berterima kasih karena kau mau meluangkan waktu untukku."Di tengah deru lembut percakapan di sekitar mereka, mereka memulai makan siang dengan penuh antusiasme.Makanan yang tersaji di depan mereka menjadi saksi bisu obrolan mereka, cerita demi cerita terungkap, tawa renyah mengiringi setiap suap. Mereka berbagi kisah masa lalu dan impian masa depan, mempererat ikatan yang kian kuat di antara mereka.Setelah beberapa saat menikmati makanan dan kebersamaan, Cassandra mengangkat tatapannya, matanya menyiratkan keraguan yang lama terpendam. "Kendrick, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau memiliki masa lalu yang menyakitkan?"Kendrick menatapny
Di klub malam yang berkilauan oleh lampu neon, Luna merasakan amarah mendidih saat mendengar pengakuan Jovan. Dia yakin Jovan tidak pernah benar-benar mencintai Cassandra dan bertekad untuk menyadarkannya."Dengarlah, Jovan," ucap Luna dengan suara penuh ketegasan, matanya memancarkan api semangat yang tak terbendung. "Aku tahu bahwa kau tidak pernah mencintai Cassandra. Ini semua hanya salah paham belaka."Jovan menarik napas dalam-dalam, matanya memandang Luna dengan tatapan yang serius dan tenang. "Apa yang kau tahu tentang hatiku, Luna? Sudahlah, sebaiknya kau pergi saja. Aku butuh waktu untuk sendiri."Luna merasa kecewa dan marah atas sikap Jovan yang tampak tidak peduli. "Jovan, bagaimana bisa kau begitu acuh terhadap semua ini? Aku hanya ingin membantumu melupakan Cassandra, tapi kau malah menolak bantuan itu."Jovan menggeleng, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun dalam hatinya dia merasa terganggu oleh kehadiran Luna. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu, Luna. Aku bisa menye
Dua bulan telah berlalu sejak perpisahan yang pahit antara Jovan dan Cassandra. Namun, Jovan masih belum bisa melepaskan diri. Setiap malam terasa kosong tanpa kehadiran Cassandra, dan rasa bersalah menghantui setiap langkahnya. Malam ini, di tengah pertemuan di sebuah hotel mewah yang berkilauan dengan lampu kristal, Jovan sekali lagi memberanikan diri untuk menghampiri Cassandra, yang duduk di sofa dengan sikap tegar."Cassandra," ucap Jovan, suaranya penuh harapan dan kerinduan. "Bisakah kita berbicara sebentar?"Cassandra menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Dia merasa kesal dengan ketidakmampuan Jovan untuk menerima perpisahan itu sebagai sesuatu yang pasti. "Jovan," ucapnya dengan suara yang dingin, matanya memicing dengan ketegasan, "Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku akan kembali padamu setelah semua yang telah terjadi?"Jovan berdiri di depannya dengan raut wajah penuh harap. Ia menelan ludah sejenak sebelum menjawab, "Cassandra, aku tahu aku telah membuat kesala
Agnes, kakak tertua Jovan, melangkah dengan hati yang berat menuju ke ruangan adiknya yang terlihat murung. Cahaya lampu temaram menambah kesan suram dalam ruangan itu. Jovan duduk di sofa dengan tatapan kosong, ekspresinya mencerminkan kekecewaan yang mendalam. Agnes merasa iba melihat adiknya seperti itu, dan dia ingin mencoba membantu."Jovan," panggil Agnes dengan lembut saat dia mendekati adiknya.Jovan menoleh ke arah Agnes dengan mata yang sedikit redup. "Ada apa?" sahutnya dengan suara yang rendah.Agnes duduk di sebelahnya, menyentuh bahunya dengan lembut. "Apa yang sedang terjadi, Jovan? Mengapa kau terlihat begitu murung?"Jovan menghela nafas berat sebelum akhirnya menjawab, "Ini tentang Cassandra, Agnes. Aku mencoba untuk membuatnya kembali, tetapi dia tidak mau."Agnes menghela napas kasar, memahami bahwa adiknya memang terus mencari cara untuk mengambil Cassandra kembali. "Apakah kau tahu mengapa dia berubah pikiran, Jovan? Apakah dia tidak mencintaimu lagi? Aku rasa, t
buatkan narasi dan dialog berikut ini menggunakan prosa ungu: Di kediaman Cassandra, suasana terasa hangat dan romantis saat Kendrick tiba dengan sebuah buket mawar, bunga favorit Cassandra. “Halo, Cassandra. Aku membawa sesuatu untukmu. Semoga kau suka.” Cassandra tersenyum bahagia saat melihat Kendrick, merasa dihargai dan spesial di hadapannya."Kendrick, kau selalu tahu bagaimana cara membuatku tersenyum," ucap Cassandra dengan senyum manis di wajahnya.Kendrick tersenyum lembut, memandang Cassandra dengan penuh kasih sayang. "Aku hanya ingin membuatmu bahagia, Cassandra. Aku tahu betapa sulitnya waktu-waktu terakhir ini bagimu."Cassandra mengangguk, matanya penuh dengan rasa terima kasih. "Terima kasih, Kendrick. Kau selalu ada untukku."Kendrick mendekat dan memeluk Cassandra dengan penuh kelembutan. "Aku berjanji akan selalu berada di sampingmu, Cassandra. Aku ingin menghapus semua kesedihan yang telah kau alami selama ini. Selama tiga tahun terakhir ini.” Cassandra tersent
Kendrick tersenyum mendengar ucapan Cassandra. Ia lalu mencium punggung tangan calon istrinya itu dengan lembut.“Cassandra. Aku tahu kau memiliki trauma yang cukup lama. Dan aku tak ingin hal itu terjadi lagi pada hidupmu. Bagaimana mungkin aku menyia-nyiakan wanita cantik nan baik hati sepertimu?”Cassandra yang mendengarnya lantas tersenyum lega. “Terima kasih, Kendrick. Aku harap kau selalu menjaga janjimu.”“Pasti, Sayang. Kau harus tahu, aku telah mengagumimu sejak lama. Maka, ini adalah kesempatan terbaikku untuk menjadi milikmu. Aku mencintaimu, dengan segenap hatiku.”mereka berdua kemudian berpelukan. Saling memberi cinta dan kebahagiaan satu sama lain. Berjanji untuk saling melengkapi.**Tamara, ibu dari Cassandra, merasa bahwa sudah waktunya untuk membicarakan sesuatu yang penting dengan Kendrick, calon menantunya.Dia merasa perlu memastikan bahwa pernikahan antara Kendrick dan Cassandra berlangsung secepat mungkin, agar Cassandra tidak terus-menerus terganggu oleh Jovan