Share

Bab 7: Pertemuan Pertama

“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Cassandra. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”

"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.

Tamara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Cassandra. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."

Cassandra menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."

Tamara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita ketika kita paling tidak mengharapkannya. Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk melihat apa yang bisa terjadi."

Cassandra menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan di dalam dirinya. Dia tahu ibunya benar, tetapi bagian dari dirinya masih merasa takut akan perubahan yang tidak terduga. "Baiklah, Ibu. Aku akan mencoba bertemu dengannya."

Senyum lega menyelinap di wajah Tamara. "Terima kasih, Cassandra. Aku akan mengatur pertemuan kalian berdua."

Mereka berdua duduk di sana, berbagi momen keheningan yang nyaman, menikmati kehangatan satu sama lain.

Cassandra memandangi kota yang terhampar di luar jendela dengan tatapan baru, pikirannya berputar-putar tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan dengan Kendrick.

Tamara menatap putrinya dengan tatapan tajam, mencari tanda-tanda kebenaran di balik kata-katanya. "Jangan bilang kalau kau masih mencintai Jovan, Cassandra?"

Cassandra menggeleng tegas. "Tidak. Aku tidak mencintainya."

Dengan napas lega, Tamara merasa sebuah beban terangkat dari pundaknya. "Bagus," ucapnya pelan. "Jangan sampai kembali pada pria tak memiliki hati itu lagi."

Cassandra memandang ibunya dengan serius. "Aku tahu, Ibu. Aku telah belajar dari kesalahanku."

Tamara mengangguk, wajahnya penuh dengan ekspresi pengertian. "Aku percaya padamu, sayang. Tapi, kadang-kadang cinta itu buta. Kita harus waspada."

Cassandra menanggapi dengan mantap. "Aku akan, Ibu. Aku tidak ingin terluka lagi."

Tamara tersenyum lembut. "Itu yang ingin kubicarakan. Aku hanya ingin yang terbaik bagimu, Cassandra."

Cassandra tersenyum mengangguk. "Aku tahu, Ibu. Terima kasih."

Keduanya saling bertatapan, penuh dengan makna yang dalam. Meskipun mereka telah melewati banyak hal bersama, kepercayaan dan cinta mereka satu sama lain tetap tak tergoyahkan.

Dan dalam momen itu, di antara kata-kata yang singkat namun bermakna, ikatan mereka semakin kuat.

**

Beberapa hari kemudian, Tamara menghubungi Cassandra dengan berita bahwa dia telah mengatur pertemuan antara mereka.

“Aku telah memesan tempat untuk kalian bertemu. Malam ini, jam tujuh. Di Yellow Café. Jangan sampai telat.”

“Baik, Ibu. Aku akan datang tepat waktu.” Cassandra menutup panggilan tersebut.

Cassandra merasa campur aduk antara gugup dan penasaran. Dia berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sempurna, sebelum dia melangkah keluar rumah.

“Apakah penampilanku sudah sempurna?” gumamnya sembari memutar-mutar gaun yang ia kenakan.

Cassandra menarik napas dalam-dalam. Pertemuan pertama ini harus memberi kesan baik. Ia tak ingin mengecewakan ibunya yang telah mengatur rencana ini.

Kendrick sudah menunggu di kafe yang disarankan oleh Tamara. Ketika Cassandra memasuki kafe, matanya bertemu dengan Kendrick yang sedang tersenyum hangat ke arahnya.

Dia merasa sedikit lega melihat bahwa Kendrick terlihat ramah dan tidak begitu menakutkan seperti yang dia bayangkan.

“Hi! Aku Kendrick.”

“Cassandra. Senang, bertemu denganmu.”

Mereka berdua duduk di meja yang telah dipesan oleh Kendrick. Percakapan awal mereka agak canggung, tetapi seiring berjalannya waktu, Cassandra merasa semakin nyaman berbicara dengan Kendrick.

Mereka berbagi minat yang sama dalam beberapa topik dan tertawa pada lelucon satu sama lain.

“Kendrick. Kau tahu kan, aku adalah seorang janda?” tanya Cassandra gugup.

Kendrick tersenyum lalu mengangguk. “Ya. Tentu saja aku tahu. Mengapa kau bertanya seperti itu?” tanyanya lembut.

Cassandra menggeleng. “Tidak. Aku hanya tidak ingin kau kecewa saat tahu statusku.”

Kendrick terkekeh. “Tidak ada yang harus aku kecewakan. Kau sangat cantik dan baik hati. Aku senang bisa berjumpa denganmu.”

Cassandra mengulas senyumnya. Senyum paling sempurna yang ia terbitkan. Kendrick sangat tampan, namun memiliki hati yang indah. Ia tak mempermasalahkan statusnya sebagai janda dari Jovan.

“Maaf, jika ibuku memaksamu untuk bertemu denganku, Kendrick.”

Lelaki itu dengan tegas menggeleng. “Tidak, tidak. Justru akulah yang tidak sabar ingin bertemu denganmu. Ibumu sangat baik, dan aku berpikir jika kau jauh lebih baik.” Kendrick mengulas senyum menatap lembut wajah Cassandra.

Sehingga membuat wanita itu merasakan sedikit ketertarikan pada lelaki tampan di depannya ini.

‘Oh, astaga! Bagaimana mungkin aku langsung tertarik padanya.’ Cassandra bergumam dalam hatinya.

“Eum! Kendrick. Apa kau mau mengungkapkan latar belakangmu?”

“Dengan senang hati, Cassandra.” Kendrick menghela napas dalam-dalam sebelum menjelaskan siapa dirinya.

“Aku Kendrick Elvran, berusia tiga puluh tiga tahun. Aku seorang pengusaha muda berkat kekayaan yang orang tuaku miliki. Aku berasal dari New York dan tinggal di sini untuk mengembangkan bisnisku di sini.

“Kau memiliki perusahaan perhiasan, bukan? Yang baru saja launching beberapa hari yang lalu? Aku bisa membantumu mempromosikannya ke seluruh dunia. Dengan begitu, kau akan menjadi pengusaha terkenal!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status