Share

20. Sebuah Rahasia.

Padma yang duduk terkantuk-kantuk menegakkan kepala saat pintu ruangan terbuka. Sosok Bulik Fatimah muncul dengan tangan menenteng rantang empat susun berbahan stainless. Ayahnya dini hari kemarin mengeluh sakit dada. Setelah dibawa ke UGD, ayahnya harus menjalani rawat inap karena mengalami serangan jantung. Makanya semalaman ia ikut menginap di rumah sakit.

"Bulik datang dengan siapa?" tanya Padma dengan suara lirih. Ayahnya baru saja tertidur.

"Dengan, Iwan," bisik Bulik Fatimah sambil meletakkan rantang empat susun yang menguarkan aroma lezat di atas meja pasien. Setelahnya ia menghempaskan pinggul di samping Padma.

"Sudah jam tiga sore, Padma. Kamu tidak makan siang? Sana, makan dulu di kantin rumah sakit. Bapakmu biar Bulik saja yang menjaga," usul Bulik Fatimah.

Tumben sekali buliknya perhatian padanya. Eh, tapi tidak juga. Buliknya membawa banyak makanan. Tapi malah menyuruhnya makan di kantin.

"Padma belum lapar, Bulik. Nanti saja." Padma kembali menguap. Alih-alih makan yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status