Share

18. Pernikahan Kontrak, jadi Jangan Berharap Lebih

"Ada apa, Mas? Kamu kenyang ya? Kenapa gak makan makanan yang aku bawakan?" tanya Luna sambil terus menatapku.

"Oh, bukan, Luna. Aku hanya lagi kepikiran pekerjaan. Maafkan jika mood-ku lagi agak berantakan hari ini," kataku lagi sambil tersenyum.

"Bukan karena pembantu kamu yang kerja bawa anak itu kan?"

"Oh, bukan itu. Baiklah, aku makan. Kamu udah makan?"

"Belum, aku emang pengen makan bareng kamu, Mas. Mama udah masakin ini, masa gak dimakan. Ayo, kita makan sama-sama." Aku pun akhirnya mengangguk. Kasihan juga dengan Luna sudah jauh-jauh berkunjung ke kantor jika makanannya tidak aku makan.

Kami makan dengan santai. Luna selalu bisa menjadi teman ngobrol yang asik dan juga seru. Sampai makanan yang tadinya tidak bernafsu untuk aku cicipi, kini sudah habis. Perutku kekenyangan dan pikirin ini sedikit plong.

"Maaf kalau aku tanggung waktu sibuk kamu ya, Mas," ujarnya sambil membereskan tempat bekal.

"Luna, aku yang minta maaf, selalu aja bikin kamu repot. Makanan mama selalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status