Share

2. Bertemu mantan suami

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 08:10:22

"Kak Calvin??" gumamku pelan merasa tak percaya, dengan siapa orang yang berada di hadapanku saat ini.

Tidak! Kenapa aku harus bertemu dengan Kak Calvin yang merupakan mantan suamiku? Dan bukankah dia ini berada di Korea? Tapi kenapa malah ada di Indonesia?

Selain itu, lima tahun sudah waktu yang telah berlalu. Tapi jika dilihat-lihat, wajahnya tampak semakin tampan dan berkharisma saja. Padahal dulu pas masih jadi suamiku—perasan biasa saja.

Apa mungkin karena aku memang tidak ada rasa padanya? Ah bukankah sekarang pun sama saja?

Hanya saja bedanya jantungku sekarang berdebar kencang saat berada di dekatnya. Tapi mungkin ini efek aku yang terlalu terkejut.

"Kukira salah orang tadi. Ternyata benar." Kak Calvin menatap wajahku sebentar dan kulihat begitu sinis. Setelah itu dia berlalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Bahkan sebelum aku menanggapi ucapannya.

Ada apa dengan Kak Calvin?

Ah, seharusnya aku tahu. Sikapnya yang berubah mungkin disebabkan oleh luka yang masih membekas akibat perpisahan kami. Aku seharusnya bisa memahaminya, karena memang ini adalah akibat dari kesalahanku yang terlalu memikirkan diri sendiri.

Pernikahan kami dulu adalah hasil dari paksaan. Ayahnya yang bernama Andre, telah menyelamatkan hidupku dengan mendonorkan darahnya saat aku mengalami kecelakaan.

Papa berpikir Ayah Andre melakukannya dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tapi, ternyata kami salah. Ayah Andre tidak meminta uang, tetapi dia meminta sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu pernikahan antara aku dan putra sulungnya—Calvin.

Papa dan aku tidak punya pilihan lain selain menyetujui permintaan Ayah Andre. Meski dengan berat hati, aku terpaksa menikah dengan Kak Calvin. Ironisnya, pernikahan itu tidak bertahan lama.

Kak Calvin mencintaiku, tapi aku tidak bisa membalas cintanya. Aku terlalu egois, aku lebih memilih Kak Yogi daripada Kak Calvin.

Kak Yogi ini adalah pacarku, jauh sebelum aku menikah dengan Kak Calvin.

Papa sempat berpesan, supaya aku memutuskan hubungan dengannya. Tapi karena terlalu dalam mencintai Kak Yogi, aku tak kuasa melakukannya sampai akhirnya aku kepergok oleh Kak Calvin, saat dimana aku dan Kak Yogi bertemu.

Pria itu terlihat begitu kecewa, sama halnya dengan Kak Yogi, karena dia sendiri baru mengetahui bahwa aku sudah menikah.

Selanjutnya, aku mendapatkan beberapa pertanyaan dari Kak Calvin perihal sedalam mana aku mencintai Kak Yogi, sampai dimana dia menawarkan diri apakah aku ingin bercerai darinya, lalu menikah dengan Kak Yogi?

Tentu saja pertanyaan itu sangat mudah bagiku untuk menjawabnya, tentu saja aku mencintai Kak Yogi, mau menikah dengannya yang berarti dengan senang hati berpisah dengan Kak Calvin.

Aku tahu betul bahwa Kak Calvin pasti merasa sakit hati saat mendengar hal itu, tapi dia memilih untuk menghargai keputusanku.

Namun, pada kenyataannya, setelah aku berhasil terlepas dari Kak Calvin, aku justru tidak jadi menikah dengan Kak Yogi.

Itu semua karena aku hamil, dan Kak Yogi tidak mau bertanggung jawab karena anak itu adalah anak Kak Calvin.

Apakah aku kecewa?! Tentu saja! Aku merasa seolah-olah telah membuang-buang waktu dan perasaan orang yang mencintaiku, demi orang yang aku cintai tapi tidak mau menerima keadaanku.

Mungkin aku memang bodoh. Aku telah membuat keputusan yang salah dan sekarang aku harus menanggung semua konsekuensinya.

Jika saja waktu bisa diputar kembali, mungkin aku tidak akan meminta perceraian ini terjadi. Karena imbasnya kepada Kenzie, yang sejak lahir sampai sekarang, tak pernah merasakan vigur seorang Ayah.

Ting!

Bunyi hapeku yang masih berada dalam genggaman seketika membuyarkan lamunan, aku terhenyak dan segera membuka chat yang dikirim oleh Nona Agnes.

Namun, sontak mataku kembali membulat.

"Apa-apaan ini?"

Nona Agnes ternyata bukan mengirimkan sebuah chat, melainkan sebuah foto. Tapi anehnya, mengapa itu adalah foto Kak Calvin?

Apa ini berarti Kak Calvin adalah pacarnya Nona Agnes?

Untuk memastikannya dengan jelas, aku segera menelepon Nona Agnes. Dalam hati berharap mungkin dia salah kirim foto. Sayangnya tidak.

"Benar, itu pacarku. Orang yang harus kamu jebak." Jawaban dari Nona Agnes seketika membuat jantungku berdebar kencang.

Aku merasa dunia ini begitu sempit seperti daun kelor. Kenapa harus Kak Calvin? Apa tidak ada pria lain di dunia ini?

Aku sudah terlalu banyak menyakitinya, dan sekarang aku diminta untuk menjebaknya? Ahh dasar gila!

"Lakukan segera, aku sudah standby di hotel. Jangan lupa, nomor 1006 lantai 4."

"Baik, Nona."

Ya ampun bagaimana sekarang? Aku terpaksa mengiyakan karena memang sudah dari awal aku setuju, meski itu dari paksaan.

Aahh aku bingung, kepalanya juga ikut berdenyut-denyut secara tiba-tiba. Rasanya aku ingin menjerit, tapi dengan menjerit itu tak akan menyelesaikan masalah.

Aku tidak mau menyakiti Kak Calvin lagi, tapi aku juga tidak mau kehilangan pekerjaan.

Kak Calvin tolong maafkan aku. Aku terpaksa melakukan hal ini, dan semoga saja apa yang aku lakukan sama sekali tidak merugikan Kakak. Karena kuyakin, Nona Agnes sangat mencintai Kakak, itu sebabnya dia melakukan hal ini.

Setelah menutup telepon, aku segera masuk ke dalam restoran tersebut untuk memilih tempat duduk yang tidak jauh dari Kak Calvin, kemudian meminta tolong pada salah satu pelayan untuk mau bekerjasama denganku.

Tidak sulit ternyata meminta orang untuk mau bekerjasama, asalkan kita menyodorkan uang, pasti dia langsung setuju. Itulah penting dimana kita harus selalu punya uang.

Karena saudara saja, akan menganggap kita orang asing jika kita tak memiliki uang. Namun sebaliknya, jika kita memiliki banyak uang, orang asing pun bisa menganggap kita sebagai saudaranya.

"Silahkan diminum, Pak," ucap seorang pelayan yang berada di meja Kak Calvin, yang baru saja mengantarkan pesanan. Seperti dua gelas kopi hitam, satu untuk Kak Calvin dan satu lagi untuk seorang pria di depannya. Yang sebelumnya memang sudah ada sebelum aku masuk ke restoran.

Mungkin dia rekan bisnisnya Kak Calvin.

Pelayan perempuan itu langsung tersenyum, saat mata kami bertemu. Apakah ini merupakan kode, bahwa dia sudah memasukkan obat yang aku minta ke dalam minuman Kak Calvin? Ahhh semoga saja.

Jadi, aku tunggu saja bagaimana reaksinya nanti.

Setelah beberapa menit berlalu, kuperhatikan Kak Calvin sering sekali menyentuh kepalanya setiap kali mengobrol dengan pria di depannya. Cara dia duduk pun begitu gelisah, ditambah wajahnya merah sekali seperti orang yang sedang kasmaran.

Ada apa dengannya? Tidak mungkin 'kan dia menyukai pria di depannya? Ya walau aku sendiri sempat mendengar kabar jika dulunya Ayah Kak Calvin memiliki kelainan homoseksual, tapi sepertinya tidak mungkin jika Kak Calvin pun begitu.

Meskipun aku tidak terlalu mengenal dekat mantan suamiku, tapi aku yakin jika dia adalah pria normal.

Tiba-tiba....

Brukk!!

Mataku sontak membulat, saat melihat Kak Calvin terjungkal dari tempat duduknya. Refleks aku berdiri dan melihatnya yang sudah kehilangan kesadaran.

Ya Allah, ada apa dengannya? Apa dia keracunan?

"Astaghfirullah! Pak Calvin! Security tolooonnng!!!" Seorang pria yang bersama Kak Calvin berteriak, wajahnya terlihat panik. Dan aku yang ikut panik pun segera berlari mendekatinya.

"Ada apa, Pak?"

Bab terkait

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   3. Kamar hotel

    "Ada apa, Pak?" tanya salah satu security yang datang berjumlah dua orang, keduanya langsung berjongkok meraih tubuh Kak Calvin. "Rekanku tiba-tiba pingsan, dia tadi sempat mengeluh sakit kepala, Pak. Tolong sekarang angkat tubuh dia, bawa ke mobilku, aku akan membawanya ke rumah sakit." Pria itu menjelaskan. "Baik, Pak." Pak Security mengangguk, lalu bersama teman seprofesinya dia mencoba mengangkat tubuh Kak Calvin yang cukup besar, kemudian melangkah cepat membawanya keluar dari restoran dan disusul oleh pria tadi. "Eh, Pak! Tunggu, Pak!" Aku berteriak seraya berlari mengejar, karena tidak mungkin aku membiarkan mereka membawa Kak Calvin begitu saja, bisa-bisa rencanaku gagal. Dua pria berseragam yang hendak memasukkan Kak Calvin ke dalam mobil langsung terhenti, saat dimana aku mencoba menghalanginya. "Nona mau ngapain? Menyingkir dari sini!" Rekan Kak Calvin berusaha menarikku untuk menjauh dari mobilnya, tapi diri ini mencoba menahan diri. "Biar aku saja yang membawa Kak C

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   4. Menggodanya

    Setelah puas menciumiku tanpa ampun, bahkan hampir membuatku kehabisan oksigen, kini bibir Kak Calvin turun ke leher. "Aahhhh!!" Aku terkejut, apa yang dia lakukan? Lidah, dia menyesap leherku sambil memainkan lidahnya dan itu sangat menggelitik hingga membuat seluruh tubuhku meremang. Bahkan dapat kurasakan seluruh bulu romaku berdiri tegak. Tapi, aku ingat bahwa aku belum mandi tadi sore. Pasti leher dan tubuhku ini beraroma kecut dan terasa asem, bisa-bisa Kak Calvin mual. "Huuuekk!!" Nah benar 'kan, baru saja aku menebak dan sekarang Kak Calvin terlihat seperti ingin muntah. Aktivitas itu terhenti sejenak, tapi kulihat Kak Calvin tengah sibuk melepaskan jas dan kemejanya. Ini kesempatan emas untukku supaya terlepas darinya, karena kalau sampai aku ketahuan Nona Agnes, bisa-bisa aku habis olehnya. Setelah mengeluarkan tenaga dalam, akhirnya aku berhasil mendorong tubuhnya untuk menyingkir dari tubuhku. Kak Calvin terjungkal dari kasur dan langsung merintih kesakitan, karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   5. Kakak memperk*saku

    Bunyi hape seketika memecah keheningan, buru-buru kuambil kembali benda itu di atas kasur. Berharap Viona yang menghubungi, tapi ternyata Daddyku yang bernama—Erick. "Halo, Dad," ucapku yang baru saja mengangkat panggilan. "Halo, bagaimana? Kamu udah berhasil tidur dengan Calvin, kan?" "Belum, Dad." "Kok bisa belum? Bukannya semalam kamu bilang, kamu sudah reservasi hotel buat menjebak Calvin, ya?" "Iya. Tapi itu dia ... kan semalam aku meminta bantuan Viona, dia sendiri bilang rencana kita lancar dan sedang menuju hotel, tapi anehnya, sampai sekarang belum sampai juga, Dad," jawabku bingung. "Salah alamat nggak kamunya? Kan kamu tau sendiri bagaimana Viona, dia kadang agak begoo." "Bener kok, Dad," jawabku dengan yakin. "Sekarang udah dihubungi apa belum? Coba ditelepon Viona." "Udah dari tadi, tapi enggak diangkat-angkat. Nomor Mas Calvin juga nggak aktif, Dad." "Ya udah, sekarang kamu pergi aja ke rumah Calvin. Tunggu dia sampai pulang, nanti habis itu kamu tanya deh ...

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   6. Mencari Ayah

    "Iya, Kak. Aku sungguh-sungguh!" Tanpa banyak berpikir, aku langsung menjawabnya dengan mantap. Kupikir ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. "Baiklah." Kak Calvin langsung memundurkan langkah, menjauh dariku lalu memakai kembali jas biru navy-nya. Namun, kulihat wajahnya menjadi masam sekarang. Ada apa lagi dengannya? Kenapa seolah-olah jawaban yang aku berikan terdengar tidak mengenakan untuknya? Apa memang ini merugikannya? Padahal 'kan tidak, karena jelas-jelas aku yang telah diperkosa di sini. Kak Calvin ini benar-benar aneh sekali. Aku jadi bingung sendiri. "Aku minta maaf ya, Kak." Bingung ingin berbuat apa, jadi kuputuskan untuk meminta maaf saja. "Ngapain minta maaf, kan sudah jelas kamu korban di sini," sahut Kak Calvin dengan ketus, tanpa menatapku dia berjalan ke arah pintu. Handle pintu itu sudah dia pegang, dapat kulihat tubuhnya dari belakang. Namun, gerakan tangannya tiba-tiba terhenti. "Aku mau pulang. Kamu cepat pakai pakaianmu lalu segera pulang, karen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   7. Ingin cari m*ti

    "Di mana Kenzie, Vio?" tanya Papa yang berlari mendekatiku, tangan kanannya masih memegang inti tubuh. "Kenzie ... dia hilang, Pa. Nggak tau ke mana," jawabku dengan suara penuh frustrasi. Rasanya hatiku hancur, ingin rasanya menangis. "Kok bisa hilang sih? Gimana ceritanya?" Papa langsung berlari mencari, dan aku segera menyusulnya, berharap dapat menemukan Kenzie dengan segera. Semoga Kenzie ditemukan dalam keadaan selamat. *** Pov Calvin. Aku benar-benar kecewa dengan jawaban Viona, karena dengan mudahnya dia mengatakan ingin berdamai denganku, setelah apa yang telah terjadi di antara kita. Apakah dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan suaminya, jika hal ini diketahui? Viona, kukira kamu sudah berubah sekarang. Tapi nyatanya, kamu masih sama seperti dulu. Masih suka menyakiti hati suamimu. Padahal, bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa rasa cintamu terhadap Yogi begitu dalam hingga kamu tidak pernah bisa menerima pernikahan kita? Tak pernah mau mencoba menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   8. Om akan membantumu

    Dengan refleks, aku segera mengerem mobil, berharap agar tidak terlambat untuk menghindari menabraknya. Bruk!!! Suara sesuatu yang jatuh terdengar, dan jantungku berdegup kencang, berharap dengan sungguh-sungguh agar anak kecil itu tidak terluka. Semoga dia baik-baik saja. Dengan rasa panik yang menyergap, aku segera turun dari mobil dan berlari mendekatinya. "Ya Allah, Dek!" seruku dengan suara gemetar, sambil berjongkok di dekat anak yang seperti berusia sekitar 5 tahun itu. Dia duduk dengan keadaan menangis sambil menyentuh lutut kanannya yang berdarah cukup banyak, sepertinya tadi tergores oleh aspal. Hatiku terasa hancur melihatnya. "Huuueeee!! Sakittt!!" tangisnya pecah dengan deraian air mata yang memilukan. Bergegas aku meraih tubuh kecilnya dengan penuh kelembutan, sebab tak tega rasanya karena dia juga cukup kurus. Aku langsung membawanya masuk ke dalam mobil dan mendudukkannya pada kursi di sampingku. "Kita ke rumah sakit ya, jagoan. Kamu tenang dulu, jangan menang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   9. Cuma pura-pura

    Aku pun membawa Kenzie ke Dokter umum, pihak rumah sakit langsung mengizinkan kami masuk tanpa perlu mengantre. Mungkin simpati pada keadaan Kenzie. Dokter pria mulai memeriksa, saat Kenzie aku baringkan ke tempat tidur. Bocah itu kembali memelukku. Meski tubuhnya kecil, tapi pelukannya cukup membuatku nyaman. Hatiku terasa hangat entah mengapa. "Kenzie takutt!!" "Tidak perlu takut anak ganteng, ini cuma luka ringan kok," sahut Dokter yang berada di dekat kami, yang tampaknya memahami perilaku yang ditunjukkan oleh Kenzie. "Beneran, Dok, cuma luka ringan?" Aku bertanya untuk memastikan. Kuperhatikan juga lutut Kenzie yang mulai dibersihkan oleh seorang suster yang baru saja datang. Dokter mengangguk. "Bener kok, Pak. Cuma tergores aspal, paling 3 hari lukanya akan kering." Jawaban dari Dokter benar-benar membuatku lega. Aku menghela napas, syukurlah kalau memang dia baik-baik saja. Aku sungguh khawatir sebelumnya. "Aaawwwwww peliiihhh!!" jerit Kenzie, yang sontak membuatku ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   10. Biarkan dia bahagia

    (POV Viona)Ya Allah ... Aku benar-benar tidak bisa tenang karena anak semata wayangku belum ditemukan. Ini sudah mau gelap.Kuperhatikan jam dinding yang menempel di depan pintu kamarku, di sana menunjukkan pukul 6 sore dan baru saja kudengar kumandang adzan magrib.Aku duduk di sofa ruang tengah, menunggu Papa yang belum pulang dengan perasaan campuran antara kegelisahan dan kekhawatiran.Setelah tadi kehilangan jejak Kenzie, Papa memutuskan untuk pergi ke kantor polisi untuk melakukan pelaporan.Sementara aku, diminta untuk tidak ikut karena Papa juga berpesan untuk menghubungi para orang tua dari teman-teman sekolah Kenzie, karena barangkali dia pergi ke sana. Karena bisa saja Kenzie meminta bantuan teman-temannya untuk mau diajak pergi mencari Ayahnya.Namun, setelah kucoba hubungi semuanya, sampai dengan guru TK-nya juga, ternyata tak satu pun ada yang mengatakan melihat Kenzie.Ya Allah, ke mana perginya anakku? Kenapa Kenzie nekat banget. Diluar sana 'kan bahaya, Nak. Kalau ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   47. Dia yang memperkosamu!

    POV Viona. Hari sudah mulai sore dan aku sudah merasa sedikit lebih baik. Rasanya ingin segera pulang, tapi dokter dan suster melarang dengan tegas. Aku juga mencoba menelepon Papa, namun tak ada tanggapan sedikit pun. Rasa bingung dan kecemasan mulai menyelimuti pikiranku. Aku bertanya-tanya, kemana Papa pergi saat mengetahui bahwa aku hamil. Apakah dia sedang mencari solusi? Atau mungkin dia sedang berusaha menenangkan diri? Aku tak tahu, dan ketidakpastian itu membuatku semakin gelisah. Ceklek~ Bunyi pintu kamar rawat terbuka, aku yang tengah duduk selonjoran di atas tempat tidur langsung menoleh. Sontak mataku membulat saat melihat Papa datang bersama Kak Calvin dan Ayah Andre. Jantungku berdebar kencang, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadaku. Apa yang sedang terjadi? Kenapa Papa membawa mereka berdua? Apakah mereka datang untuk menanyakan tentang keham

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   46. Batalkan pernikahanmu

    Setelah tiba di rumah Papa Tatang, aku melihat pintu rumahnya terbuka lebar. Mobil Papa Tatang juga terparkir di halaman.Dengan hati-hati, langkahku menghampiri pintu. Meskipun pintu sudah terbuka, tapi aku tidak ingin terlihat tidak sopan dengan langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.Namun, sebelum aku sempat mengetuk, tangan ini terhenti di udara dan kata-kata salam tercekat di bibirku. Papa Tatang sudah duduk di sofa single ruang tengah, dengan tatapan tajam yang menghunus ke arahku."Pa, aku-""Langsung masuk saja," potong Papa dengan cepat, tanpa menyela tatapannya yang menembus.Rasa takut menyelinap di dalam diriku, mengapa aku tiba-tiba merasa cemas di depan mantan mertuaku ini? Apa yang terjadi pada Papa Tatang? Kenapa sikapnya begitu aneh hari ini, seakan bukan dirinya?Mungkin Papa kesurupan? Pikiran itu melintas, membuatku ragu apakah aku harus memanggil seorang Ustad lebih dulu?"Kenapa masih berdir

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   45. Hanya mempermainkannya

    "Sudah jelas, Pak, itu semua karena Viona hamil anak Bapak." Yogi menjawab dengan santai.Aneh, bisa sesantai itu dia, bahkan tak ada rasa bersalah sedikitpun terhadapku atau Viona. Padahal karena dialah, rumah tanggaku hancur. Karena dia juga, Viona menjadi perempuan yang bodoh."Hanya karena itu, kamu sampai tidak mau menerimanya?? Berarti kamu tidak benar-benar mencintai Viona, kamu selama ini hanya mempermainkannya." Suara pertanyaanku terdengar tajam, diiringi rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Aku merasa seperti tertusuk belati, melihat betapa mudahnya Yogi melupakan Viona dan melupakan semua yang telah terjadi."Pak Calvin, saya tidak mau membicarakan hal itu lagi. Itu sudah menjadi masa lalu, dan lagi pula ... saya sudah berumah tangga," jawab Yogi, lalu berbalik dan berjalan pergi.Aku menatap punggungnya yang menjauh, merasakan amarah yang semakin membara.Apa katanya, dia sudah berumah tangga sekarang? Semudah itu? Sementara Viona sendiri-setelah bercerai denganku, di

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   44. Sebuah kecelakaan

    Aku perlahan membuka mata, menatap wajah Papa yang memerah dengan rahang yang mengeras. Rasa sakit di pipi masih terasa, namun rasa sakit di hatiku jauh lebih dalam."Aku salah apa, Pa? Kenapa Papa sampai menamparku begini? Apakah Papa nggak sayang lagi sama aku?"Aku langsung menyentuh pipi, dan tak terasa air mataku jatuh. Aku merasa sedih dan hancur sekali, karena bagiku, satu-satunya orang yang selalu ada di hidupku hanyalah Papa. Tapi mengapa Papa begitu tega padaku?"Kamu yang nggak sayang sama Papa, Vio!! Kamu yang nggak sayang Papa!!" Papa langsung mendekap tubuhku dan menangis tersedu-sedu, dia mengelus rambutku dengan lembut. "Maafkan Papa, karena telah kasar padamu. Tapi Papa sungguh kecewa dengan apa yang terjadi, dan kenapa kamu bisa semurah ini? Kenapa kamu nggak bisa menjaga diri, Vio?"Semurah ini? Menjaga diri?Aku benar-benar menjadi semakin bingung. "Apa maksud Papa?" Suara lemahku terputus-putus, terbebani oleh rasa ke

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   43. Kok pucat sekali wajahmu?

    "Kalau itu adalah solusi untuk menguasai harta Calvin, kenapa tidak?" Daddy tertawa dengan nada jahat, lalu merangkul pundakku. "Akan lebih baik jika keturunan Calvin hanya darimu saja, yang keluar dari rahimmu. Karena harta warisan yang akan diterima oleh anak pertama, terutama seorang laki-laki ... sangatlah besar, Nes.""Tapi bagaimana dengan Viona? Aku khawatir dia akan merebut Mas Calvin dariku, Dad," ujarku dengan suara gemetar dan rasa takut yang semakin menguat."Tidak perlu khawatir tentang Viona. Dia tidak akan mampu merebut Calvin darimu jika kamu berhasil hamil dari Calvin. Jadi ... tetaplah merayu Calvin agar mau tidur denganmu. Tidak perlu menunggu sampai setelah menikah, karena takutnya terlalu lama," kata Daddy dengan suara tegas, kembali memberikanku saran.Aku langsung merenung, mencoba mencerna semua apa yang Daddy katakan.Sejauh ini, semua saran dari Daddy selalu aku lakukan. Meskipun ada sebagian yang gagal, tapi ada juga yan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   42. Mencelakai Kenzie

    "Jawab saja dulu pertanyaanku," tegasku dengan mantap, mencoba menemukan kejelasan dalam kekacauan yang sedang terjadi.Agnes menggelengkan kepala sambil mendesaah. "Kenzie akan menjadi anakku, Mas. Aku tidak akan meminta hal seperti itu. Mas ini benar-benar aneh," ucapnya dengan nada yang penuh keheranan."Tapi kamu jujur, kan?" tanyaku dengan ragu dan sedikit khawatir."Ya, Mas. Kenapa juga aku harus berbohong. Kita akan menjadi satu keluarga, bukan?" Agnes kembali memeluk tubuhku, menciumi dadaku dengan penuh kasih, mencoba meyakinkanku.Aku menghela nafas dalam, merasa semakin terjebak dalam labirin kebingungan.Apakah Agnes benar-benar berbicara jujur? Siapa sebenarnya yang berbohong? Apakah Viona? Tetapi, apa motifnya untuk berbohong?Atau... apakah semua ini terjadi karena dia ingin rujuk denganku?Akh tidak mungkin! Alasan itu tidak masuk akal jika dia sampai berbohong, apalagi pipi Viona juga lebam.Aku yakin, Viona adalah perempuan baik. Namun, begitu pula dengan Agnes. Dia

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   41. Ulah Agnes

    Apa katanya?? Pipinya yang merah karena ulah Agnes??Rasa marah dan kecewa seketika menguasai diriku. Jantungku semakin berdebar, tidak terbayangkan Agnes bisa sekejam itu.Tidak masuk akal bagiku, mengapa Agnes begitu kasar terhadap Viona. Viona tidak bersalah dalam situasi ini, dia hanyalah bagian dari masa laluku."Kak ... aku mohon ...." Viona tiba-tiba memegang tanganku dengan kuat, matanya mulai berkaca-kaca. "Jika Kakak benar-benar menyayangi Kenzie, tolong jangan menikahi Nona Agnes. Aku tidak ingin Kenzie memiliki bunda tiri yang tidak menyayanginya, Kak. Dan jika Kakak bersedia dan tidak keberatan ...." Viona menjeda sebentar, lalu menarik napas dalam dan perlahan menghembuskannya."Un-untuk kebaikan kita semua, terutama Kenzie, bagaimana kalau kita ... kita kembali, Kak. Kita ru-rujuk!" Suaranya patah di akhir kalimat, tapi ucapannya membuatku terkejut.Mataku seketika membulat.Apakah aku salah dengar? Rasanya telingaku ini rusak. Bagaimana mungkin, seorang Viona, ingin ru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   40. Kakak sebaiknya putus saja

    "Begini, Cal. Seperti apa yang pernah Ayah minta padamu ... setelah kamu bertunangan, Ayah mau kamu dan Kenzie melakukan tes DNA ulang bersama Yogi juga," ucap Ayah membuat dahiku seketika berkerut.Aku sedikit heran, kukira tentang apa, ternyata tentang tes DNA ulang. Lagian untuk apa coba, melakukan tes ulang, toh hasilnya juga akan sama. Yang ada buang-buang waktu saja."Bagaimana? Besok ya, Cal, biar Ayah antar. Ayah juga sudah mencari rumah sakit yang paling bagus di Jakarta.""Terserah Ayah, tapi bagaimana dengan Yogi? Memangnya Ayah sudah berhasil menemukannya?" Sejujurnya malas, tapi aku sudah terlanjur setuju dari awal, jadi tidak bisa menolak."Udah, baru tadi pagi Ayah bertemu dengannya. Rupanya dia selama ini bekerja dengan salah satu rekan bisnis Ayah, Cal, dan dia jadi asisten CEO.""Oohhh. Terus ... apa dia setuju, diminta melakukan tes DNA?""Tentu saja dia setuju, kan Ayah yang minta. Besok jam 8 pagi, ya, Ayah akan menjemputmu dan Kenzie. Si Kenzie masih menginap di

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   39. Apakah itu sebuah rahasia?

    Apakah dia mengira aku gila, atau apa? Kalau memang dia berniat untuk memecatku, walaupun sulit, aku akan berusaha menerimanya. Namun, jika diminta untuk menjauhi Kenzie dari Kak Calvin, aku tak bisa melakukannya.Baru kemarin, Kenzie begitu bahagia mendapatkan kehadiran Ayah yang selama ini dia rindukan. Bagaimana ini bisa terjadi, bahwa semua itu bisa direnggut hanya karena permintaan Nona Agnes?Terlihat jelas bahwa Nona Agnes sebenarnya tidak sepenuhnya menerima Kenzie. Maka, apa yang dia katakan kepada Kak Calvin hanyalah dusta belaka."Aku bisa bertindak nekat, jika kau tak menuruti permintaanku, Vio!" ancam Nona Agnes, sebelum pergi dari rumah dengan wajah masam, bahkan membanting pintu dengan keras.Brakkk!!Aku duduk perlahan di sofa, merenung sejenak.Satu hal yang pasti, aku tak akan pernah rela melihat Kenzie kehilangan kebahagiannya lagi setelah begitu lama merindukan sosok Ayahnya. Aku harus mencari cara untuk melindungi Kenzie, walaupun jalan yang harus kutempuh terasa

DMCA.com Protection Status