Share

5. Kakak memperk*saku

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-10-19 08:13:01

Bunyi hape seketika memecah keheningan, buru-buru kuambil kembali benda itu di atas kasur. Berharap Viona yang menghubungi, tapi ternyata Daddyku yang bernama—Erick.

"Halo, Dad," ucapku yang baru saja mengangkat panggilan.

"Halo, bagaimana? Kamu udah berhasil tidur dengan Calvin, kan?"

"Belum, Dad."

"Kok bisa belum? Bukannya semalam kamu bilang, kamu sudah reservasi hotel buat menjebak Calvin, ya?"

"Iya. Tapi itu dia ... kan semalam aku meminta bantuan Viona, dia sendiri bilang rencana kita lancar dan sedang menuju hotel, tapi anehnya, sampai sekarang belum sampai juga, Dad," jawabku bingung.

"Salah alamat nggak kamunya? Kan kamu tau sendiri bagaimana Viona, dia kadang agak begoo."

"Bener kok, Dad," jawabku dengan yakin.

"Sekarang udah dihubungi apa belum? Coba ditelepon Viona."

"Udah dari tadi, tapi enggak diangkat-angkat. Nomor Mas Calvin juga nggak aktif, Dad."

"Ya udah, sekarang kamu pergi aja ke rumah Calvin. Tunggu dia sampai pulang, nanti habis itu kamu tanya deh ... ke mana saja semalaman."

"Oke, Dad. Ya udah, aku tutup teleponnya, ya."

"Iya."

Setelah menutup panggilan, segera aku beres-beres dan mengganti pakaian. Siap untuk check out dari hotel.

***

POV Viona.

"Astaghfirullahallazim ... apa yang terjadi?!"

Seseorang terdengar menyeru di sampingku, membuat tidurku terbangun. Dengan perlahan, aku mulai mengerjap-ngerjapkan mata dan sontak mata ini membulat melihat Kak Calvin yang sudah menatapku dengan serius.

"Viona, apa yang terjadi? Kenapa kita ada di hotel dan dengan keadaan telaanjang??"

Lho, kok dia tanya begitu padaku? Apakah dia tidak ingat apa-apa?

Ah mustahil, kita bahkan bercinta sampai aku tiga kali keluar.

"Viona ... jawab aku!!" tekan Kak Calvin dengan suara yang kali ini cukup keras, hingga membuat diri ini terperanjat.

"A-apa Kakak lupa? Kakak nggak ingat tentang semalam?" tanyaku sedikit terbata. Setidaknya aku harus mengatakan bahwa dia telah memperkosaku, demi bisa menyembunyikan alasan dibalik peristiwa yang telah terjadi.

Meskipun rencana menjebak Kak Calvin gagal, sepertinya aku harus menutupinya, ini semua demi kebaikanku.

Kak Calvin tampak terdiam sambil menyentuh kepalanya. Sepertinya dia mencoba mengingat-ingat. Ah aku sih berharap dia ingat.

"Aku ingat bertemu denganmu di restoran, tapi itu hanya sebentar dan kita bahkan tidak mengobrol. Selanjutnya aku bertemu dengan rekanku," jelas Kak Calvin dengan raut bingung. Dari ekspresi wajahnya, tidak ada sedikitpun kebohongan yang terlihat.

Berarti, dia benar-benar lupa. Atau jangan-jangan itu pengaruh dari obat yang diberikan Nona Agnes?

Jadi itu obat untuk membuat orang lupa ingatan, ya?

Aneh sekali Nona Agnes ini. Padahal, dia yang bilang sendiri ingin dinikahi oleh Kak Calvin, tapi bisa-bisanya buat dia lupa kejadian semalam.

"Oh ya, aku juga ingat kalau kepalaku tiba-tiba sakit," kata Calvin yang kembali berbicara. "Terus aku bermimpi."

"Mimpi apa, Kak?"

"Mimpi kita bercinta. E-eh!" Tiba-tiba, Kak Calvin terlihat terkejut. Matanya membulat sempurna. "Apa jangan-jangan yang kumimpikan itu sebenarnya bukan benar-benar mimpi, ya? Tapi kenyataan?"

Nah lho, berarti dia ingat. Tapi mungkin agak samar-samar saja.

Segera, aku mengangguk cepat.

"Astaghfirullahallazim!!" Kak Calvin langsung mengusap kasar wajahnya, sembari mengacak rambutnya dengan frustasi. "Ya Allah, maafkan aku. Ayah ... maafkan aku. Tapi kok bisa-bisanya sih, Vio ... kita bercinta? Ini 'kan dosa, apalagi kamu istri orang."

Kak Calvin terlihat begitu sedih dan kecewa, sepertinya dia menyesali apa yang telah dia perbuat.

Ya Allah, padahal aku yang salah di sini. Dia juga pasti berpikir aku sudah berumahtangga dengan Kak Yogi.

"Viona ... apa kamu sama sekali nggak bisa menjelaskan apa-apa kepadaku? Tolonglah bicara, kalau memang aku ada menyakitimu ... aku bersedia bertanggung jawab," pinta Kak Calvin dengan suara lembut. Tatapan matanya terlihat penuh kasih, seperti merasa kasihan terhadap keadaanku.

"Semalam, Kakak sempat memperkosaku, Kak. Kejadian awalnya saat Kakak pingsan di restoran, aku berniat membantu Kakak tadinya." Aku sedikit bercerita, supaya membuat dia sedikit lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri. Karena aku semakin merasa berdosa nantinya.

"Ya Allah ...." Kak Calvin menghembuskan napasnya dengan berat. "Terus ... kok kita bisa ada di hotel sekarang?"

"Aku yang membawa Kakak, tapi atas permintaan Kakak juga karena pas dimobil sempat bangun. Tadinya aku berniat membawa Kakak ke rumah sakit, eh Kakak justru memaksaku untuk mengantar ke hotel. Ke kamar ini, sampai akhirnya Kakak memperkosaku."

Ya Allah, aku lagi-lagi berbohong. Padahal masih pagi. Maafkan aku.

"Ya ampun bodohnya aku!! Bisa-bisanya aku nggak ingat telah melakukan perbuatan bejat seperti ini!! Padahal aku sudah berjanji ingin menjadi pribadi yang lebih baik!!" Kak Calvin mengetok-getok kepalanya sendiri dengan tangannya penuh emosi. Rasa sesal itu kian terasa hingga membuat wajahnya memerah saat kembali menatapku. "Aku minta maaf, Vio. Kalau begitu ayok kita siap-siap, kita harus pergi ke kantor polisi."

Kak Calvin langsung turun dari kasur, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Sepertinya mau dia pakai kembali.

"Mau ngapain ke kantor polisi, Kak?" Aku bertanya sambil menurunkan pandangan. Meskipun semalam sudah melihat dengan jelas tubuh polosnya, tapi tetap saja sekarang aku merasa malu.

"Kamu harus melaporkan kejadian ini. Nanti katakan pada pihak polisi kalau aku telah memperkosamu, ya!"

Mataku seketika membulat mendengarnya. Apa Kak Calvin ini gila? Bisa-bisanya dia memintaku untuk melaporkannya. Itu 'kan sama saja aku bunuh diri, kan aku yang salah.

"Enggak, Kak! Enggak perlu!" tolakku dengan gelengan kepala.

"Kok enggak perlu? Kamu 'kan perempuan, Vio. Kamu harus punya harga diri, apalagi kamu masih punya suami. Aku nggak mau hanya karena aku rumah tanggamu hancur, aku siap bertanggung jawab!" tegas Kak Calvin dengan sungguh-sungguh. Bahkan dia juga sudah menarik tanganku untuk beranjak dari kasur.

Ya ampun gawat! Ini tidak boleh terjadi.

"Enggak, Kakak!" Aku berusaha menolak sembari memegangi selimut untuk menutupi tubuh polosku. Semoga saja Kak Calvin mau mengerti. "Kita lupakan saja apa yang telah terjadi. Kita berdamai, nggak perlu pakai bawa-bawa polisi dan aku pun sudah memaafkan Kakak."

"Semudah itu?!" Kak Calvin terlihat bingung dan kecewa menatapku, kedua alis matanya terangkat dengan dahi sedikit berkerut. "Kok bisa? Itu 'kan sama saja kamu telah mengkhianati suamimu, Viona. Kamu nggak boleh seperti itu!"

Apa Kak Calvin merasa kasihan terhadap Kak Yogi?

"Iya, aku tau nggak boleh. Tapi ini hanya kecelakaan Kakak. Dan lebih baik masalah ini nggak perlu diketahui oleh siapa pun, termasuk Nona Agnes. Anggap saja enggak pernah terjadi apa-apa diantara kita," jelasku meminta pengertian.

"Agnes?! Kamu mengenal Agnes?" Kak Calvin terlihat semakin bingung.

"Iya." Aku mengangguk cepat. "Dia pacar Kakak, kan?"

"Iya, tapi kok kamu tau?"

"Nona Agnes itu bosku, Kak. Aku bekerja sebagai asistennya. Kalau sampai Nona Agnes tau ... apa yang terjadi di antara kita, Kakak bisa-bisa putus dengannya. Kan bahaya."

"Biarkan saja kalau memang putus. Aku nggak masalah," jawab Kak Calvin yang tampak sangat enteng.

Kok begitu jawabannya? Apa Kak Calvin tidak benar-benar mencintai Nona Agnes, ya?"

"Lho, kok begitu? Jangan dong, Kak. Nona Agnes itu sangat mencintai Kakak. Dia malah sering bercerita padaku, kalau dia ingin sekali Kakak lamar. Dia sudah sangat siap untuk menikah."

Semoga saja dengan aku mengatakan hal ini, Kak Calvin bisa langsung berpikir untuk cepat menikahi Nona Agnes. Jadi tidak perlu repot-repot perempuan itu melakukan rencana jahat lain terhadapnya. Aku juga tidak tega melakukannya, karena pastinya Nona Agnes kembali meminta bantuanku.

"Kamu nggak perlu mengurusi hubunganku dengan Agnes. Terserah aku mau menikah atau enggak sama dia." Nada suara Kak Calvin tiba-tiba berubah datar. Sorot matanya pun tampak tidak bersahabat.

Kenapa dengannya? Apa aku salah bicara, ya?

"Sekarang ... aku ingin memastikan sekali lagi." Kak Calvin tiba-tiba mendekat ke arah wajahku, ya ampun! Jantungku langsung berdebar begini dan keringat dingin pun jadi bermunculan. "Apakah kamu sungguh-sungguh ingin merahasiakan masalah ini? Nggak perlu memintaku untuk bertanggung jawab? Pikirkan baik-baik, Vio. Aku nggak mau nantinya kamu menyesal."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Evelin Putri
viona bilang aja kenapa sih nggk jadi nikah sama Yogi!! .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   6. Mencari Ayah

    "Iya, Kak. Aku sungguh-sungguh!" Tanpa banyak berpikir, aku langsung menjawabnya dengan mantap. Kupikir ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. "Baiklah." Kak Calvin langsung memundurkan langkah, menjauh dariku lalu memakai kembali jas biru navy-nya. Namun, kulihat wajahnya menjadi masam sekarang. Ada apa lagi dengannya? Kenapa seolah-olah jawaban yang aku berikan terdengar tidak mengenakan untuknya? Apa memang ini merugikannya? Padahal 'kan tidak, karena jelas-jelas aku yang telah diperkosa di sini. Kak Calvin ini benar-benar aneh sekali. Aku jadi bingung sendiri. "Aku minta maaf ya, Kak." Bingung ingin berbuat apa, jadi kuputuskan untuk meminta maaf saja. "Ngapain minta maaf, kan sudah jelas kamu korban di sini," sahut Kak Calvin dengan ketus, tanpa menatapku dia berjalan ke arah pintu. Handle pintu itu sudah dia pegang, dapat kulihat tubuhnya dari belakang. Namun, gerakan tangannya tiba-tiba terhenti. "Aku mau pulang. Kamu cepat pakai pakaianmu lalu segera pulang, karen

    Last Updated : 2024-11-08
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   7. Ingin cari m*ti

    "Di mana Kenzie, Vio?" tanya Papa yang berlari mendekatiku, tangan kanannya masih memegang inti tubuh. "Kenzie ... dia hilang, Pa. Nggak tau ke mana," jawabku dengan suara penuh frustrasi. Rasanya hatiku hancur, ingin rasanya menangis. "Kok bisa hilang sih? Gimana ceritanya?" Papa langsung berlari mencari, dan aku segera menyusulnya, berharap dapat menemukan Kenzie dengan segera. Semoga Kenzie ditemukan dalam keadaan selamat. *** Pov Calvin. Aku benar-benar kecewa dengan jawaban Viona, karena dengan mudahnya dia mengatakan ingin berdamai denganku, setelah apa yang telah terjadi di antara kita. Apakah dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan suaminya, jika hal ini diketahui? Viona, kukira kamu sudah berubah sekarang. Tapi nyatanya, kamu masih sama seperti dulu. Masih suka menyakiti hati suamimu. Padahal, bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa rasa cintamu terhadap Yogi begitu dalam hingga kamu tidak pernah bisa menerima pernikahan kita? Tak pernah mau mencoba menc

    Last Updated : 2024-11-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   8. Om akan membantumu

    Dengan refleks, aku segera mengerem mobil, berharap agar tidak terlambat untuk menghindari menabraknya. Bruk!!! Suara sesuatu yang jatuh terdengar, dan jantungku berdegup kencang, berharap dengan sungguh-sungguh agar anak kecil itu tidak terluka. Semoga dia baik-baik saja. Dengan rasa panik yang menyergap, aku segera turun dari mobil dan berlari mendekatinya. "Ya Allah, Dek!" seruku dengan suara gemetar, sambil berjongkok di dekat anak yang seperti berusia sekitar 5 tahun itu. Dia duduk dengan keadaan menangis sambil menyentuh lutut kanannya yang berdarah cukup banyak, sepertinya tadi tergores oleh aspal. Hatiku terasa hancur melihatnya. "Huuueeee!! Sakittt!!" tangisnya pecah dengan deraian air mata yang memilukan. Bergegas aku meraih tubuh kecilnya dengan penuh kelembutan, sebab tak tega rasanya karena dia juga cukup kurus. Aku langsung membawanya masuk ke dalam mobil dan mendudukkannya pada kursi di sampingku. "Kita ke rumah sakit ya, jagoan. Kamu tenang dulu, jangan menang

    Last Updated : 2024-11-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   9. Cuma pura-pura

    Aku pun membawa Kenzie ke Dokter umum, pihak rumah sakit langsung mengizinkan kami masuk tanpa perlu mengantre. Mungkin simpati pada keadaan Kenzie. Dokter pria mulai memeriksa, saat Kenzie aku baringkan ke tempat tidur. Bocah itu kembali memelukku. Meski tubuhnya kecil, tapi pelukannya cukup membuatku nyaman. Hatiku terasa hangat entah mengapa. "Kenzie takutt!!" "Tidak perlu takut anak ganteng, ini cuma luka ringan kok," sahut Dokter yang berada di dekat kami, yang tampaknya memahami perilaku yang ditunjukkan oleh Kenzie. "Beneran, Dok, cuma luka ringan?" Aku bertanya untuk memastikan. Kuperhatikan juga lutut Kenzie yang mulai dibersihkan oleh seorang suster yang baru saja datang. Dokter mengangguk. "Bener kok, Pak. Cuma tergores aspal, paling 3 hari lukanya akan kering." Jawaban dari Dokter benar-benar membuatku lega. Aku menghela napas, syukurlah kalau memang dia baik-baik saja. Aku sungguh khawatir sebelumnya. "Aaawwwwww peliiihhh!!" jerit Kenzie, yang sontak membuatku ter

    Last Updated : 2024-11-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   10. Biarkan dia bahagia

    (POV Viona)Ya Allah ... Aku benar-benar tidak bisa tenang karena anak semata wayangku belum ditemukan. Ini sudah mau gelap.Kuperhatikan jam dinding yang menempel di depan pintu kamarku, di sana menunjukkan pukul 6 sore dan baru saja kudengar kumandang adzan magrib.Aku duduk di sofa ruang tengah, menunggu Papa yang belum pulang dengan perasaan campuran antara kegelisahan dan kekhawatiran.Setelah tadi kehilangan jejak Kenzie, Papa memutuskan untuk pergi ke kantor polisi untuk melakukan pelaporan.Sementara aku, diminta untuk tidak ikut karena Papa juga berpesan untuk menghubungi para orang tua dari teman-teman sekolah Kenzie, karena barangkali dia pergi ke sana. Karena bisa saja Kenzie meminta bantuan teman-temannya untuk mau diajak pergi mencari Ayahnya.Namun, setelah kucoba hubungi semuanya, sampai dengan guru TK-nya juga, ternyata tak satu pun ada yang mengatakan melihat Kenzie.Ya Allah, ke mana perginya anakku? Kenapa Kenzie nekat banget. Diluar sana 'kan bahaya, Nak. Kalau ka

    Last Updated : 2024-12-02
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   11. Ada tuyul

    (POV Calvin)Dengan banyaknya pekerjaan, aku terpaksa harus lembur hingga jam 6 malam. Namun, di tengah kesibukan di kantor, pikiranku terus menerus melayang pada Kenzie. Apa yang sedang dilakukannya saat ini? Sudahkah dia makan dan mandi? Aku telah memberikan instruksi kepada satpam dan Bibi di rumah untuk merawat Kenzie dengan baik, memastikan bahwa dia mendapatkan segala yang dibutuhkannya, namun juga menjaga agar tidak memberinya kesempatan untuk kabur. Aku khawatir bahwa Kenzie mungkin memiliki niat untuk mengambil sesuatu yang berharga dan menyelinap pergi. Sebelum sampai rumah, aku sempat singgah ke toko mainan dan membelikan Kenzie sebuah mainan. Aku teringat akan kata-kata Kenzie yang menyebut bahwa hampir setiap hari, setelah pulang kerja, Bundanya selalu membawakan mainan untuknya.Aku berharap, dengan membelikan mainan ini, dia jadi teringat Bundanya. Dan aku bisa membujuknya untuk pulang ke rumah. "Eh ... Pak Cal

    Last Updated : 2024-12-03
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   12. Siap menikah

    "Kenzie bukan tuyul!!" seru Kenzie menyahuti ucapan Ayah, membuat pria itu tampak terkejut.Ada apa dengan Ayah ini? Bisa-bisanya anak orang dia katai tuyul. Atau paling hanya bercanda saja, ya? Lagian kepala Kenzie juga tidak botak, tidak persis seperti tuyul pada umumnya."Kenzie bukan tuyul, Ayah. Dia anak manusia," sahutku."Tapi dia anak siapa? Kok ada di rumahmu? Jangan bilang kamu dan pacarmu ...." Ayah menahan ucapannya sambil menatap tajam mataku. Ah dia ini, pasti sudah berpikir yang tidak-tidak."Ayah jangan berpikir yang enggak-enggak, biar aku jelaskan. Tapi kita keluar dulu, biar enak ngomongnya." Aku menarik tangan Ayah untuk bersama-sama keluar dari kamar, supaya lebih leluasa bicara."Jangan bohong ya, Cal. Ayah paling tidak suka dengan orang yang suka berbohong." Ayah memperingatiku.Padahal siapa juga yang mau berbohong padanya."Aku tidak berbohong, Ayah. Dan Kenzie itu bukan siapa-siapanya aku. Aku n

    Last Updated : 2024-12-04
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   13. Mau membantu

    "Tuh, apa katanya Calvin. Agnes udah seratus persen katanya, masa kamu belum yakin?" kata Ayah yang terdengar menyindirku. Ah aku paling malas jika membahas masalah nikah. Karena aku sendiri belum tertarik untuk menikah. "Kita makan saja dulu, baru mengobrol. Kan Ayah bilang udah lapar." Aku segera mengalihkan topik demi mengakhiri pembahasan ini. Mereka semua mengangguk, kemudian kami mulai menyantap makan malam dengan serius dan tenang. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring. Setelah makan malam kami selesai, kami pun berpindah tempat duduk ke ruang keluarga. Duduk bersantai sambil mengobrol ditemani teh manis dan biskuit di atas meja. Padahal aku sudah kenyang dan sedikit mengantuk. Tapi tidak mungkin juga kutinggalkan mereka, apalagi Agnes. Pasti dia akan marah. "Oh ya, Agnes. Kamu dan Calvin ketemu di mana? Bunda belum tau lho, Calvin belum pernah cer

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 25. Sangat tidak masuk akal

    "Bapak lihat apa? Nggak sopan!"Suara Zea menusuk telingaku, tajam dan penuh amarah. Tubuhnya berputar cepat, meninggalkanku, berlari menjauh dari dapur. Namun, sebelum lenyap sepenuhnya, aku menangkap kilasan wajahnya yang merah padam, seperti memendam kekesalan."Zea, tunggu!" Aku berteriak, langkahku terburu-buru, berusaha mengejarnya. Namun, sia-sia. Dia terlalu cepat masuk kamar.Ting, Tong!Ting, Tong!Suara dering bel rumah membuyarkan niatku untuk menemuinya. Aku menghela napas panjang, mengurungkan langkah, dan berjalan menuju pintu depan.Ceklek… Bunyi pintu yang terbuka. "Assalamualaikum," sapa Mbah Yahya yang sudah berdiri di depan pintu bersama Akmal."Walaikum salam. Silakan masuk, Mbah," ujarku, mempersilakan mereka masuk sambil memperlebar pintu.Mbah Yahya mengangguk, langkahnya tenang mengikutiku menuju ruang tamu. "Mal, tolong buatkan kopi untukku dan Mbah Yahya," pintaku kepad

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 24. Ingin merasakannya

    "Kakekmu ... aku melihat hantu Kakekmu ada di dalam, Yang!!" serunya histeris, suaranya bergetar hebat, campuran antara takut dan sedih. "Hantu kakekku?" Pak Kenzie terlihat bingung, wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan. Aku pun sama bingungnya. Apa maksud Nona Helen? Rumah ini baru, bukan rumah lama Pak Kenzie yang katanya berhantu. "Iya, tapi kali ini dia bukan sekedar mengusirku ... tapi juga memintaku untuk meninggalkanmu, Yang," kata dia, suaranya terisak-isak, menunjukkan kepedihan yang mendalam. Nona Helen menangis tersedu-sedu, bahu-bahunya bergetar hebat. Melihat dia yang seperti itu, aku jadi kasihan padanya. Namun, aku masih bertanya-tanya mengenai hantu itu. Bukankah rumah yang berhantu itu rumah Pak Kenzie yang sebelumnya? Ini 'kan rumah baru. Bagaimana bisa ada hantu kakeknya Pak Kenzie di sini? "Masa sih, Yang? Tapi bukannya kemarin-kemarin kamu bilang di sini nggak ada hantu Kakek, ya?" Pak Kenzie tampak heran, menatap istrinya dengan penuh kebingungan. "Ke

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 23. Buang saja jamunya

    "Ada, Nona. Tapi apa Nona yakin... mau minum jamu itu?" Penjual jamu yang terlihat seperti seumuran Pak Kenzie itu mengamatiku dengan saksama. Keraguan terukir jelas di wajahnya."Yakin, Mas," jawabku mantap, segera duduk dibangku kayu yang terasa dingin dan kasar. "Tolong buatkan sekarang, ya?" pintaku tak sabar."Baiklah kalau begitu. Mohon ditunggu sebentar." Dia berlalu, langkahnya pelan.Aku mengangguk, mataku mengikuti setiap gerakannya. Kios ini tercium bau jamu yang cukup menyengat hidungku, campuran aroma jahe, kunyit, dan rempah-rempah lainnya.Sembari menunggu, aku meraih ponsel di saku celanaku. Aku memutuskan untuk mematikan ponsel, satu-satunya cara agar Pak Kenzie tak bisa melacakku. Setelah ini, aku akan kabur. Kabur sejauh mungkin. Kalau bisa pergi dari Jakarta."Zea, ngapain kamu di sini?"Suara itu menusuk telingaku, seperti sambaran petir di siang bolong yang cerah. Aku tersentak, ponselku hampir saja jatu

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 22. Istri kedua

    "Saya terima nikah dan kawinnya Zea binti Darman dengan mas kawin uang satu juta rupiah, tunai!" Kalimat sakral itu terucap, namun tak membawa getaran bahagia seperti yang seharusnya. Satu tarikan napas panjang dari Pak Kenzie, menandai dimulainya sebuah babak baru yang terasa hampa. Jantungku berdebar, bukan karena sukacita, melainkan karena kecemasan yang menghimpit. "Bagaimana para saksi?" tanya Pak Ustad yang menatap orang-orang disekelilingnya. "Sah!" "Sah!" Seruan itu terdengar seperti gema kosong, tak mampu membangkitkan semangat. "Alhamdulillah... Kalian telah sah menjadi pasangan suami istri," ucap Pak Ustad sambil tersenyum menatapku, tapi aku hanya diam saja tanpa respon. Pak Kenzie mendekat, jarinya yang kaku membalut jari manisku dengan sebuah cincin berlian putih. Kilauannya tak mampu menutupi rasa dingin yang menjalar di hatiku. Hanya satu cincin. Satu cincin untukku, sementara d

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 21. Aku yang menginginkannya

    "Aku tetap ingin menggugurkan kandungan ini, Pak." Suara Zea terdengar lemah, namun tegas menyatakan pendiriannya."Nggak! Nggak boleh! Aku melarangnya!" Aku membentak, rasa tak puas membuncah. "Pokoknya kamu harus melahirkan anakku itu apapun caranya, dan kita harus menikah!" Suaraku keras, menunjukkan sikapku yang berkuasa."Tapi, Pak, bagaimana—" Zea mencoba menjelaskan, namun aku memotongnya."Enggak ada tapi-tapi!" potongku cepat, tidak memberikan ruang bagi bantahannya. "Kita akan menikah siri malam ini dan merahasiakannya dari siapapun. Tapi sebelum itu ... kamu harus telepon Jamal dulu." Aku memberikan ponselnya, yang sebelumnya kutemukan di mobilku. Sepertinya terjatuh saat Zea pingsan."Mau apa telepon Mas Jamal, Pak?" Zea bertanya dengan bingung."Meskipun status kita rahasia, tapi aku nggak mau kamu memiliki hubungan dengan pria lain selain aku. Dan aku yakin kamu pasti belum putus dengannya." Aku menjelaskan alasanku, meskipu

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 20. Menikah siri

    Udara di ruang tunggu UGD terasa begitu menyesakkan. Jam dinding berdetak lambat. Setelah beberapa menit yang terasa seperti beberapa tahun, pintu ruang UGD akhirnya terbuka. Seorang dokter pria, berkacamata dan berwajah tegas, menghampiriku. Tatapannya tajam, menembusku hingga ke tulang sumsum. "Anda suaminya?" tanyanya, suaranya tenang namun berwibawa, menciptakan tekanan yang tak terlihat. Aku menggeleng, suaraku serak. "Bukan, Dok. Aku bosnya Zea." "Bisa hubungi suami Nona Zea sekarang? Ada hal yang perlu saya sampaikan." "Zea belum menikah, Dok." Alis dokter itu bertaut. "Lalu keluarganya? Di mana keluarganya?" "Keluarganya jauh, Dok. Tapi... apa yang terjadi pada Zea? Dia baik-baik saja, kan?" Dokter itu menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Asam lambungnya naik, Pak. Tapi, ada hal lain yang lebih penting, yaitu Nona Zea sedang mengandung. Usia kandungannya sekitar dua minggu." Kalimat itu menyambar seperti petir di siang bolong. "Mengandung?!" Aku tersent

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 19. Zea pingsan

    "Dari siapa?" tanyaku cepat. Segera mengambil benda itu dari tangannya."Pengirimnya atas nama Heru, Pak.""Heru?" Dahi berkerut. Nama itu terdengar asing, siapa dia?***"Siapa Heru?"Pertanyaan itu terlontar begitu aku sampai rumah dan menemukan Helen sedang berada di kamar, terlihat sedang membereskan pakaian di lemari."Kenapa tiba-tiba tanya tentang Heru?" suaranya terdengar sedikit gemetar, menunjukkan dia gugup. Dia menoleh, tatapannya sedikit menghindari pandanganku."Jawab saja. Kamu kenal Heru, kan? Siapa dia?" Nadaku sedikit lebih keras dari biasanya, suara yang kuusahakan tetap tenang namun di dalamnya bergelora amarah yang membuncah. Da*daku sesak, bergemuruh seperti drum yang dipukul terus-menerus.Rasanya ada sesuatu yang berat menekan jantungku. Tak ada suami yang tak marah jika istrinya dikirimi bunga oleh pria lain, apalagi bunga mawar merah yang begitu mencolok dan romantis. Buket itu

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 18. Kalian sangat cocok

    "Ada apa, Ken?" Pertanyaan dari Ayah dan tepukan lembut di pundakku membuatku tersentak. Aku langsung menoleh ke arahnya. "Enggak ada apa-apa kok, Yah. Ayok kita lanjutkan perjalanan," ucapku lalu kembali mengemudi. *** Sepulang kerja, aku langsung pulang ke rumahku. Sebelumnya aku sudah memberitahu Helen akan pulang telat untuk urusan ini, supaya dia tidak mencemaskanku. Seorang pria tua bertubuh tinggi besar sudah duduk di depan pos. Dia memakai jubah hitam. Wajahnya seram, berkulit hitam. Kumis dan jenggotnya pun panjang. Dia adalah dukun yang kata Jamal sakti mandraguna. "Selamat malam, Pak," sapaku saat turun dari mobil dan menghampirinya. Dia segera berdiri dan mengulurkan tangan, seperti ingin mengajakku berkenalan. "Malam. Panggil saja Mbah Yahya," ucapnya. "Iya, aku Kenzie, Pak. Silahkan masuk." Aku mengajaknya masuk ke dalam rumah, karena tak enak rasanya jika berbincan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 17. Dia memang menyebalkan!

    "Kamu nggak ada yang disembunyikan dari aku 'kan, Yang?" tanyaku menatapnya serius. Perasaanku jadi tidak enak."Enggaklah, Yang. Lagian apa yang perlu aku tutupi? Kan kamu tau.""Tapi diawal 'kan kamu nggak jujur sebelum aku tau sendiri.""Soal itu 'kan sudah aku jelaskan, kalau aku takut kamu nggak bisa nerima aku. Memangnya belum jelas juga, ya?" Helen tampak kesal, suaranya terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.Ah, sepertinya aku harus mengakhiri pembahasan ini sebelum dia benar-benar marah. Aku tidak mau melihatnya marah, apalagi posisi kami sedang di rumah Ayah."Maaf deh. Ya sudah... lebih baik kita tidur saja, ya? Besok aku harus masuk ke kantor. Takut kesiangan."Helen hanya mengangguk, lalu memberikan segelas susu yang sejak tadi dia pegang. Tanpa bertanya, aku segera menghabiskan susu itu. Entah susu apa, mungkin itu hanya susu kental manis biasa. Setelah itu kami berdua menarik selimut untuk tidur.***

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status