"Apakah rencanamu ini akan berhasil? Mereka akan berpisah seperti yang telah kamu perkirakan?" Nia sedang berhadapan dan berbicara dengan seorang laki-laki dengan tubuh tinggi besar yang memakai baju serba hitam. Hoodie yang menutupi kepalanya perlahan dibuka, laki-laki tersebut adalah Rendra."Kita lihat saja hubungan mereka pasti saat ini sedang kacau karena foto mesra kalian berdua. Aku tahu kondisi mental mantan istriku itu, jadi serahkan semuanya kepadaku, kamu hanya harus mengikuti setiap perintahku." Nia mendecih, dirinya merasa pria di hadapannya ini begitu sombong dan percaya diri, hingga memintanya untuk menuruti perintahnya seperti seorang Bos."Aku bukan bawahan atau suruhanmu, Bung!" "Jika kamu masih memiliki keinginan untuk bersama dengan Mozhaf lakukan sesuai arahanku dan jangan membantah. Aku yang lebih tahu tentang kehidupan Tari.""Baiklah, aku mau mengikuti semua arahanmu karena kamu mantan suami dari Tari. Aku hanya ingin melihat mereka berpisah, tapi kalau samp
Nia tercenung mendengar semua cerita dari Rendra, wajahnya berubah menjadi gugup, entah apa yang Nia pikirkan bukankah Nia tidak mengenal Sinta dan Rendra sebelumnya?"Baiklah, aku akan turuti semua perintahmu, sekarang rencana apa yang akan kita lakukan untuk memisahkan Mas Mozhaf dari Tari?"Rendra membisikkan sesuatu kepada Nia, rencana jahat apalagi yang akan mereka perbuat, membuat Nia tersenyum sinis.****Ruangan yang di dominasi dengan warna putih, ada sofa panjang dan meja untuk menerima tamu, ruangan dengan bau ciri khas rumah sakti ini adalah Ruangan kerja suamiku."Aku senang sekali istriku repot-repot ke kantorku karena merindukanku." Goda Mas Mozhaf kepadaku."Ih apaan sih Mas, aku kesini karena ingin bawain makan siang yang hangat aja untukmu,""Jadi kamu tidak rindu padaku?""Tidak." Aku tersenyum malu kepadanya, kenapa pula harus di perjelas jika aku merindukannya."Baiklah, seperinya istriku yang cantik ini malu karena ketahuan merindukan suaminya.""Sudah Mas, janga
"Sudah dua tahun kalian menikah, tapi kenapa Tari sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan? Apa kamu hanya akan menjadi pengasuh untuk anak-anaknya Tari, hah?" Ibu mertuaku sedang berbicara dengan putranya bahkan tepat di hadapanku."Bu, masalah hamil dan memiliki anak itu semua kuasa dari Tuhan, kami hanya mampu berusaha, Anaknya adalah anakku juga." Bela Mas Mozhaf kepadaku."Jangan bilang kamu sudah tidak ingin mempunyai anak, Tari! Keluarga kami membutuhkan penerus, Mozhaf anak tunggal dia harapan keluarga kami." Tuduh ibu mertuaku dengan tatapan matanya yang tajam."Doakan saja Bu, semoga Tuhan segera menitipkan amanahNya lagi di rahimku." "Alah, bilang aja kamu sudah capek untuk hamil dan melahirkan, karena sudah tiga kali kamu hamil dan melahirkan, asal kamu tahu ketiga anakmu itu bukanlah darah daging Mozhaf, mereka tidak akan bisa menjadi penerus keluarga kami, mengerti!""Buu...!" Mas Mozhaf sedikit berteriak mendengar ucapan ibunya.Aku hanya bisa mematung mende
Keesokan harinya kami berpamitan kepada kedua mertuaku, wajah ibu terlihat masam dan di tekuk saat bersalaman denganku. Aku bisa merasakan dia enggan berjabat tangan denganku, hanya saja ada Mas Mozhaf jadi terpaksa tetap bersikap baik layaknya orangtua."Ibu harap kamu memikirkan saran ibu dengan baik, Nia..." belum tuntas perkataan ibu Mas Zhaf sudah menyelanya."Bu, aku harap tidak ada pembicaraan seperti ini lagi!" "Kamu akan menyesali jika kedua orangtuamu sudah tiada tanpa bisa memeluk cucu kandung mereka!" Ibu terlihat sangat marah kepada putra semata wayangnya itu dan langsung pergi dengan langkah penuh amarah ke dalam rumah.Ibu tampak sangat marah kepada Mas Mozhaf yang selalu membelaku. Keinginannya memiliki cucu begitu besar, kami sudah berusaha tapi Tuhan belum menitipkan anugrahnya lagi di rahimku."Bu... Bu.. tolong jangan seperti ini. Dengarkan Aku." Suara Mas Mozhaf terlihat putus asa."Zhaf.. tolong mengerti perasaan ibumu, Ayah tahu dia hanya ibu sambung untukmu ta
Pelaminan megah berwarna emas dan silver menghampar indah di gedung mewah ini, taburan bunga mawar asli menambah harum ruangan gedung itu, lampu-lampu yang di buat sedemikian rupa hingga terlihat menambah keindahan. Disinilah aku berdiri, di gedung dimana suamiku akan menikahi dokter Nia."Kita bicara sebentar!" Ucap Mas Mozhaf yang membuyarkan lamunanku."Tapi.." Mas Mozhaf menyeretku ke sebuah ruangan yang sepi, tangannya mencengkram tanganku dengan keras membuatku kesakitan."Mas lepas, ini menyakitiku." "Ini sakit? Lebih sakit hatiku saat ini, Tari!" Mas Mozhaf melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar dan berkata dengan netra berkaca-kaca."Tidak ada jalan lain Mas, ini yang bisa membuat ibumu bahagia.""Bullshit semua tentang bahagia yang kamu katakan! Nyatanya semua ini membuatku dan dirimu terluka." Bentak mas Mozhaf kepadaku, selama menikah hampir 2 tahun baru kali ini dia membentakku.Aku berusaha tegar walau hati memang tersayat, sekuat tenaga menahan bulir bening yang
"Sial, kenapa makanan yang aku racuni tidak membuat Tari ma ti!" Orang suruhanku terduduk di hadapanku dengan wajah ketakutan. Sebab dirinya yang telah Aku suruh untuk menaruh racun di makanan pesanan Tari saat di hotel."Maafkan saya, Nyonya. Saya telah memasukkan racun itu ke dalam makanan yang Ibu Tari pesan dan pula saya perhatikan piring bekas makanan itu telah bersih dari isinya.""Lalu kenapa dia masih hidup sampai sekarang, hah? Siapa yang memakannya?" "Saya tidak tahu nyonya."Plaakk... Aku menampar orang suruhanku itu dengan sangat keras hingga orang tersebut tersungkur. "Cari tahu siapa yang memakannya, apa harus Aku juga yang bekerja?""Ti.. Tidak Nyonya, Saya akan segera cari tahu siapa yang memakan makanan beracun itu." Orang suruhanku itu segera pergi untuk mencari tahu, Aku bisa nekat begini karena rasa cintaku kepada Mas Mozhaf yang begitu besar. Aku mencintainya saat masih kuliah dulu, kami satu fakultas walau berbeda angkatan, Mas Mozhaf Kaka angkatanku dan Aku
"Lebih baik Aku ma ti saja!" Pekik Nia sembari memegang pisau dan menodongkan ke lehernya. "Nia! Jangan melakukan hal konyol seperti ini, letakkan pisaunya." Pinta Mozhaf dengan wajah panik."Untuk apa Aku masih terus hidup, sudah 5 hari kita menikah namun Mas sama sekali tidak berniat untuk menyentuhku!" "Aku butuh waktu untuk melakukan itu denganmu Nia, tolong beri Aku waktu sedikit lagi." "Kamu telah dzolim kepadaku, Mas. Kamu tidak memberikan nafkah batin yang telah menjadi hakku, Hiks." Tangis Nia pecah.Nia menangis dan tersungkur ke lantai, pisau yang sedari tadi dia pegang pun ikut terjatuh. Mozhaf mendekati Nia dan memeluknya agar menjadi tenang."Maafkan Aku Nia, beri aku waktu, saat ini aku masih berusaha untuk menyesuaikan kehidupan baru kita, kini dalam hidupku ada Tari dan kamu." "Kamu jahat Mas.. kamu jahat." Ucap Nia sembari memukuli dada Mozhaf."Pernikahan ini orangtuaku yang menginginkan, kamu terpaksa harus menjadi korban atas keegoisan orangtuaku yang sangat m
Di sebuah restoran mewah Nia menuju ke ruangan private untuk menemui seseorang. Rendra sudah menunggu kedatangan Nia. Tidak ingin orang lain tahu tentang hubungan mereka, jadi mereka harus bersembunyi saat bertemu.Restoran khas jepang itu terlihat nyaman , hidangan sudah tersusun rapih di atas meja. Makanan di letakkan di piring kecil terpisah, menambah estetik ruangan tersebut."Duduklah," titah Rendra pada Nia saat baru pertama datang."Jangan tanyakan Aku baik atau tidak hari ini!" Nia tampak kesal menjawab pertanyaan Rendra."Ku lihat kamu begitu emosi, apa yang terjadi?" "Mas Mozhaf memisahkan tempat tinggal kami, suamiku itu sama sekali tidak mau mendengarkan keluhanku."Rendra tampak kesal mendengar keluhan Nia. Tadinya dia sudah senang jika Nia akan tinggal satu atap dengan Tari karena itu bisa membuat Tari makin tersiksa."Bujuk terus agar kalian bisa tinggal satu atap!" "Bagaimana ya, sebenarnya akupun ingin tinggal bersama dengan Tari dan membuatnya tersiksa, tapi Aku ju
Setelah puas menikmati malam yang panas, Rindu dan Yash saling menatap langit-langit hotel."Yash, apakah yang kita lakukan ini benar?" "Tentu saja benar, sayang. Aku mencintaimu." "Seharusnya kamu menghabiskan malam pertama dengan Azura. Hiks." Rindu menangis meratapi kenyataan bahwa Yash sudah beristri tapi malah menghabiskan malam bersamanya. "Hai.. hai dengarkan Aku. Aku punya tujuan lain menikahi Azura. Aku sama sekali tidak mencintainya." "Kenapa kamu seperti ini Mas?""Itu karena ornagtua Azura yang sudah mengahancurlan masa kecilku, Rin." "Apa? Tante Tari dan Om Mozhaf memang mereka melakukan apa." Akhirnya Mozhaf menceritakan semuanya kepada Rindu. Rindu sangat terkejut ternyata meraka masih memiliki hubungan di masa lalu. "Yash.. apa kamu sudah gila?" Rindu mendorong Yash setelah mendengar ceritanya."Biarlah aku melakukan urusan balas dendamku, Rin. Cintaku tetaplah kamu, tolong jangan campuri rencanaku dan tetap bahagia bersamaku." "Tapi.. Azura tidak bersalah."
Satu jam sebelum ijab qobul Yash dan Azura.Setelah semalam berkabar dengan penuh penyesalan kepada Azura bahwa Rindu tidak bisa datang di acara pernikahannya, Rindu sudah berada di bandara untuk menunggu pesawat yang akan dia naiki menuju Bali."Kenapa begitu mendadak acara bedah buku ini ya? Pas sekali di acara pernikahan Adikku." Cicit Rindu ketika sudah menunggu jadwal keberangkatannya. Tapi karena sedang ada masalah di pesawat yang akan Rindu naiki, maka penerbangan akan delay selama enam jam untuk proses perbaikan. Rindu begitu senang, dengan delaynya pesawat, jadi dirinya bisa menghadiri pernikahan Azura dan ikut berbahagia bersama adiknya itu."Zura, Kaka datang, Kaka ingin ikut hadir dalam acara bahagiamu." Rindu segera mengendarai mobilnya ke rumah Tari dan Mozhaf dimana acara pernikahan Azura berlangsung. Sekitar dua puluh menit Rindu mengendarai akhirnya Rindu sampai di rumah Tari dan Mozhaf.Tari yang melihat Rindu datang begitu bahagia, menyambut Rindu dengan hangat b
Azura dan keluarganya sibuk mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan besok, hanya beberapa tamu undangan yang akan menghadiri acara pernikahan Azura dan Yash.Sesuai permintaan Yash, acara di laksanakan di rumah Azura dan tidak mengadakan acara besar-besaran. Tari dan Mozhaf mengikuti semua permintaan Yash asal nanti Azura bisa berbahagia.Namun tampak Azura tidak bersemangat, wajahnya terlihat sedih dan murung. Tari yang menyadari itu langsung mengajak Azura untuk berbicara di kamarnya."Nak, ada apa denganmu? Harusnya kamu bahagia besok hari pernikahanmu." Tanya Tari saat sudah berada di kamar pengantin Azura."Ma, apakah Mas Yash sesibuk itu? Sampai selama seminggu ini kami tidak bertemu? Bahkan Mas Yash meminta temannya yang menyerahkan sesesahan itu. Bahkan pas fitting baju Mas Yash tidak hadir, sepertinya pernikahan ini tidak membuatnya senang." Azura tertunduk sedih, bulir bening menetes dari pipinya. Azura yang memiliki hari lembut, sangat kecewa dengan sikap dari Yash
"Tuan, apakah kita akan memberitahu ornagtua Tuan dan kakek bahwa Tuan akan segera menikah?" Tanya Baim sembari menyetir.Yash mendekati Baim dan memukul kepala Baim dengan cukup keras walau tidak terlalu sakit."Apa kau sudah gila, Im? Ini pernikahan jebakan, orangtua dan kakek ku tidak harus tahu!" "Baik Tuan, maafkan saya." "Kamu juga harus merahasiakan ini, mengerti Im?" "Baik Tuan." Baim kembali serius menyetir, agar bisa membawa mobil mewah Tuannya dengan nyaman.Yash kembali menatap kearah luar mobil, kecupan yang Azura berikan tadi masih terbayang di pikirannya. Tiba-tiba ponsel Yash berdering. Tertera naman Cintaku di sana. Bayang-bayang Azura seketika hilang saat Yash melihat panggilan telepon itu dan segera menerima telepon itu."Halo , sayang. Maaf Aku terlalu sibuk jika tidak bisa menghubungimu." Wanita di sebrang sana yang sedang bertelepon dengan Yash pun dengan lembut menjawab. (Tidak apa-apa sayang. Kamu pasti sibuk setelah pelantikan CEO dan kebebasan ibumu."
"Mama, papa. Mas Yash sudah datang."Deg.. Yash sangat terkejut, Azura ternyata menyiapkan makan malam bersama kedua orangtuanya yaitu Tari dan Mozhaf. Yash masih belum siap untuk bertemu dengan mereka berdua yang begitu Yash benci.Yash terdiam, sejujurnya Yash belum siap untuk bertemu kedua orangtua Azura. Tetapi gadis berjilbab di depannya itu justru sudah membawa kedua orangtuanya."Mas, kenalkan ini Papa dan Mama ku," Azura memberikan kode dengan mengedipkan sebelah matanya kepada orangtuanya. "Nak Yash, senang bertemu denganmu Nak. Kami orangtua Azura." Mozhaf sembari menyodorkan tangannya.Yash seolah muak dengan makan malam ini, tapi demi rencananya berhasil Yash harus bisa bertahan. "Saya Yash. Kekasih Azura, putri kalian." Mozhaf dan Tari saling pandang dan tersenyum, tampannya mereka bergitu bahagia saat Yash menyebut dirinya kekasih Azura. Begitupun Azura terlihat malu-malu."Azura beruntung bisa mendapatkan kekasih yang tampan sepertimu, nak." Cicit Tari setelah semua
Yash bersiap untuk menyambut kedatangan Mamanya, setelah dua puluh tahun berlalu, kini mamanya akan menginjakkan kakinya di rumah masa kecilnya lagi. Rasa rindu begitu menyeruak di hati Yash. Rumah telah di hias dengan begitu cantik atas ide dari Yash. Berbagai makanan kesukaan Nia juga sudah di siapkan. Yash sudah mulai memahami kondisi mamanya sejak berusia sepuluh tahun. Yash muda yang sudah begitu dewasa, dengan tegar sering mengunjungi mamanya di penjara, walau hanya sekedar berbagi cerita ataupun membawakan makanan kesukaan Nia.Setelah Yash lulus SMA, Nia sudah mulai melarang Yash menjenguknya ketika. Nia tidak ingin membuat citra Yash yang saat itu sudah masuk Universitas terbaik menjadi buruk hanya karena sering menemuinya.Yash menolak permintaan mamanya, sebab bagi Yash tidak bertemu dengan Mamanya adalah suatu siksaan. Tapi tekad Nia sudah bulat, Nia sama sekali tidak akan menemui Yash ketika Yash berkunjung. Rasa sedih mulai menghinggapi hatinya, sampai akhirnya Yash ha
Yash kecil menangis, tidak semua perkataan Ayah dan kakeknya Dia mengerti, tapi Yash cukup tahu bahwa ibunya tidak pergi bekerja melainkan di dalam penjara. "Mama.." Gumam Yash dan perlahan menutup pintu ruang kerja kakeknya.Yash kecil berjalan perlahan dengan airmata dan ingus yang keluar, walau sudah berulang kali Yash hapus dengan ujung bajunya. Yash kembali ke dalam kamarnya. Duduk diam di ranjang berbentuk perahu itu. "Siapa om Mozhaf itu? Hingga Mama rela berbuat apapun untuknya dan meninggalkan Yash sendiri?" "Mama salah apa hingga harus dipenjara? Bukankah di penjara itu untuk orang yang jahat? Tapi mama Yash bahkan orang jahat. Hiks." Yash menangis, anak sekecil itu masih banyak bingung dan tidak mengerti perkataan orang dewasa. Melihat Ayahnya menangis membuat Yash ketakutan. Yash takut di tinggal pergi Ayahnya juga setelah mamanya meninggalkannya begitu saja. Lelah menangis akhirnya Yash tertidur begitu saja. Masa depan Yash akan saling terhubung dengan kehidupan oran
"Sekarang jangan lagi coba untuk bertemu denganku lagi, Ayah!" Nia berucap dengan kedua netra yang membahas, hatinya begitu lara merasa Ayah yang selama ini membela dan melindunginya kini malah membiarkannya masuk penjara. "Ayah tahu, keadaan ini sangat berat dan sulit untuk kita tapi percayalah, apapun yang Ayah lakukan adalah yang terbaik untukmu, Nak." Pak Wijaya berdiri lalu berjalan ke arah putrinya yang sedari tadi tidak ingin duduk bersamanya lalu mencoba meraih tangan putrinya untuk membujuknya. Mendengar ucapan Ayahnya, Nia malah tertawa meledek, "Terbaik apanya Yah? Sekarang aku berada di penjara." Dalam benak Nia."Kini Aku berada di penjara , apakah ini yang Ayah harapkan?" Ucap Nia sembari mengibaskan tangan Ayahnya."Tentu bukan itu yang Ayah mau, Nak. A.. Ayah hanya ingin kamu tahu kesalahanmu. Bahwa perbuatan apapun semuanya ada konsekuensinya," "Cukup! Nia tidak ingin mendengar apapun yang Ayah ucapkan. Nia tidak bersalah, mas Mozhaf lah yang bersalah karena tela
Dalam ruangan sidang, Nia sudah memakai baju Oren dengan tangan di borgol dan berdiri di bagian podium terdakwa. Pengacara Nia sudah bersiap dengan segala pembelaannya nanti. Pak Wijaya juga sudah datang untuk melihat jalannya persidangan.Lukas juga sudah berada di kursi terdakwa. Walau bagaimanapun Lukas tetap terlibat dalam kejahatan yang Nia lakukan. Bahkan bisa di sebut Lukas sebagai kaki tangan dari Nia yang bertugas menjalankan tugas yang Nia berikan dengan imbalan sejumlah uang."Persidangan untuk terdakwa Nia Wijaya Kusuma dan Lukas Andrian akan segera di mulai. Silahkan untuk jaksa penuntut umum untuk menyebutkan tuntutannya." Ujar pak Hakim membuka persidangan dengan mengetuk palu."Baik pak hakim, saya jaksa Hendri mewakili tuntutan dari bapak Mozhaf untuk kejahatan yang sudah Ibu Nia lakukan dengan kaki tangannya Bapak Lukas dengan imbalan memberikan sejumlah uang atas perbuatan yang bapak Lukas lakukan. Semua bukti dan saksi sudah sangat jelas, kami harap ibu Nia dan Bap