Di sebuah restoran mewah Nia menuju ke ruangan private untuk menemui seseorang. Rendra sudah menunggu kedatangan Nia. Tidak ingin orang lain tahu tentang hubungan mereka, jadi mereka harus bersembunyi saat bertemu.Restoran khas jepang itu terlihat nyaman , hidangan sudah tersusun rapih di atas meja. Makanan di letakkan di piring kecil terpisah, menambah estetik ruangan tersebut."Duduklah," titah Rendra pada Nia saat baru pertama datang."Jangan tanyakan Aku baik atau tidak hari ini!" Nia tampak kesal menjawab pertanyaan Rendra."Ku lihat kamu begitu emosi, apa yang terjadi?" "Mas Mozhaf memisahkan tempat tinggal kami, suamiku itu sama sekali tidak mau mendengarkan keluhanku."Rendra tampak kesal mendengar keluhan Nia. Tadinya dia sudah senang jika Nia akan tinggal satu atap dengan Tari karena itu bisa membuat Tari makin tersiksa."Bujuk terus agar kalian bisa tinggal satu atap!" "Bagaimana ya, sebenarnya akupun ingin tinggal bersama dengan Tari dan membuatnya tersiksa, tapi Aku ju
Aku mempersiapkan semua kebutuhan untuk pergi piknik bersama anak-anak. Kami akan pergi ke taman sesuai janji Mas Mozhaf. Waktuku bersama suamiku hanya dua hari, harus kami gunakan dengan sebaik mungkin."Sudah siap semua, Dik?" Tanya Mas Mozhaf dengan memegang pinggangku."Sudah, ini tinggal masukin buah-buahan." "Oke, aku dan anak-anak tunggu di mobil."Aku sengaja membawa makanan home Made agar lebih sehat, lagipula Mas Mozhaf lebih menyukai masakanku ketimbang beli di luar. Mbok Yenni turut kami ajak agar bisa membantu kami menjaga anak-anak.Drrrttt...drrtt... Ponselku bergetar, ku lihat ibu mertuaku menelepon. Segera aku angkat agar tidak membuat ibu mertuaku berpikir yang tidak-tidak karena tidak segera mengangkat teleponnya."Halo Bu..." ("Tari, kamu jangan menahan Mozhaf terus, sampai Nia tidak bisa menghubunginya!")"Bu, bukankah ini jatah hari Mas Mozhaf bersamaku?" ("Aduh kamu ini, gak ada pengertiannya sama sekali sih! Mozhaf dan Nia itu pengantin baru, sudah sepantasn
Kami segera pulang dari taman karena Haris sudah tantrum dan tidak mau lagi di taman, anakku yang terkecil masih merasa takut karena kejadian tadi yang hampir menimpanya.Tidak mau berlama-lama pula bersama Mas Rendra, walau kami ramai-ramai tetap saja Aku merasa risih jika harus duduk berlama-lama dengannya. Walau bagaimanapun Mas Rendra tetaplah seorang mantan suami."Ma, Adik Haris masih ketakutan?" Tanya gadis kecilku yang kini sudah berusia 10 tahun."Iya nih Ka. Adik Haris masih takut," Aku menatap Haris yang tengah duduk di kursi sampingku."Papaa.. huaaa.. Haris mau sama papa." Rengeknya."Sebentar Nak, kita berhenti dulu untuk menelepon papa." Segera aku menghentikan mobilku di tempat yang aman, lalu menggapai ponselku dan menekan nomor suamiku. Panggilan tersambung untuk beberapa saat lalu di angkat."Halo, Mas ini Haris sepertinya ingin bertemu denganmu, bisakah kamu ke rumah sebentar untuk menenangkannya?" ("Tari! Bukankah kamu sudah tahu jika Mas Mozhaf sedang bersamaku
"Sa..sa.. saya masih mencampurkan pil KB ke minuman Ibu kok, ti.. tidak pernah telat." Ucapnya terbata.Degh.. hatiku bagai disambar petir mendengar apa yang mbok Yenni ucapkan, ternyata selama ini Aku mengkonsumsi pil KB tanpa sepengetahuan diriku sendiri.Ternyata bukan karena Tuhan belum mempercayakan Aku lagi untuk mengandung melainkan ada orang yang dengan sengaja ingin agar aku tidak bisa mengandung anak Mas Mozhaf.Aku membuka lebar pintu kamar mbok Yenni, mbok Yenni sontak sangat terkejut melihatku menatapnya dingin, wajahnya penuh ketakutan saat melihatku."Apa yang aku dengar tadi itu benar, mbok?" Tanyaku dengan suara bergetar menahan amarah.Mbok Yenni segera mematikan teleponnya dan menyembunyikan ponselnya dariku."Apa benar mbok memberiku pil KB diam-diam? JAWAB!" Bentakku padanya yang sukses membuatnya makin ketakutan.Bukan malah menjawab mbok Yenni justru segera memeluk kakiku dengan tangis berderai. "Maafkan Mbok, Bu. Mbok terpaksa melakukan itu karena di ancam ba
Sengaja Aku mematikan ponselku agar ibu dan Nia tidak menggangu waktuku dengan Tari. Pernikahan poligami yang tidak aku harapkan terpaksa harus Aku jalani karena permintaan Tari, istriku. Tari tertekan karena selalu mendapatkan tekanan dari ibuku, Aku sangat tahu jika Tari pasti sangat tersakiti dengan pernikahan keduaku. "Mas, ini ibu menelpon. Bicaralah." Tari tergopoh dari dalam menghampiriku karena ibu menelepon.Benar dugaanku, ibu atau Nia pasti akan menghubungi Tari jika tidak bisa menghubungiku. Aku berusaha menolak telpon itu namun Tari memaksa karena dia tidak ingin memperpanjang masalah dengan membuat ibu emosi.Istriku yang sangat baik, dia mau membantuku untuk tetap berbakti kepada orangtuaku meski harus mengorbankan perasaanya, betapa aku telah bersalah karena telah menikahi wanita lain. Tapi aku berjanji akan menjaga hati dan cinta ini hanya untuk Tari seorang. Perhatianku kepada Nia hanyalah sebatas tanggung jawabku sebagai suami.Benar saja, ibu marah-marah kepadak
Nia benar menunggu kedatanganku, namun sungguh Nia nampak begitu cantik dan menggoda dengan gaun malam berwarna ungu muda yang memperlihatkan separuh dadanya dengan jelas, wangi parfum yang manis, dengan rambut terurai dan bergelombang, wajah yang di poles sedikit sungguh itu menggoda naluri laki-lakiku. "Mas, terima kasih sudah menepati janjimu untuk kembali malam ini." Ucapnya dengan wajah ceria dan memelukku."Duduk dulu lah, Mas. Aku akan membawakan minum untukmu." Lanjutnya.Aku masih tertegun dengan wajah cantik Nia dan sikapnya yang hangat dan lembut, tidak seperti tadi siang yang penuh dengan kemarahan."Tidak perlu, kemarilah duduk bersamaku, ada hal yang ingin Mas bicarakan.""Apa itu Mas?" Aku menuntun dirinya untuk duduk di sofa, Nia menatapku serius. Aku tetap berusaha untuk memfokuskan diri dari godaan tubuh Nia."Nia, kamu pasti sudah sangat tahu jika Mas menikah denganmu dengan kondisi Mas sudah memiliki istri. Oleh karena itu Mas harus bisa bersikap adil kepada ka
Hari ini Aku berusaha menenangkan hatiku yang sudah di hancurkan sedemikian rupa oleh orang yang aku sayang karena melihat suamiku sedang berbagi gairah dengan istrinya yang lain, Aku terpaksa harus tetap bersabar dan menerima karena memang Mas Mozhaf dan Nia sudah sah menjadi suami istri. Masalah sebesar apapun aku harus bisa menutupinya agar anak-anak tidak tahu jika ibunya sedang berada di dalam kesedihan dan masalah.Masalah dengan Ayah dari ketiga anakku, sebagai ibu, aku ingin melindungi nama baik Ayah anak-anakku agar tetap terpatri baik di hati mereka. Semua demi tumbuh kembang mereka agar menjadi anak-anak yang baik.Untuk sementara Aku masih tetap memperkerjakan Mbok Yenni untuk merawat ketiga anakku, walau bagaimanapun mbok Yenni sudah mengabdikan diri kepada keluargaku sedari Aku memiliki Nada, mbok Yenni terpaksa melakukan semua itu karena tekanan dari Mas Rendra."Mbok, Bekerjalah seperti biasa," ucapku kepada mbok Yenni yang masih menangis di hadapanku "Tapi si mbok
POV Rendra Aku tercenung mendengar semua yang Tari katakan, memang benar akulah yang paling membuatnya sakit. Tentang keracunan itupun Aku hanya menduga Tari yang melakukannya hingga aku tidak melakukan penyelidikan lebih mendalam."Benarkah bukan Tari orang yang telah meracuni Sinta?" Ucapku dalam hati.Segera Aku susul Tari yang sudah meninggalkan meja menuju tempat parkir, Aku ingin memastikan sekali lagi apakah ibu dari ketiga anakku ini sedang berbohong atau tidak."Bukan Aku Mas, terlepas kamu akan percaya atau tidak kepadaku yang pasti aku telah berkata jujur. Jika Aku ingin meracuni Sinta sudah ku lakukan sejak lama saat aku mengetahui Dia merebut suamiku diam-diam dan hampir merampas anakku juga. Kenapa Aku harus meracuni Sinta saat aku telah bercerai denganmu dan sudah menikah dengan Mas Mozhaf. Kamu yakin Mas sudah menyelidiki kasus ini dengan baik?"Penjelasan Tari bagai tamparan keras untukku, kenapa aku bisa begitu bodoh langsung menuduh Tari yang meracuni Sinta tanpa m
Setelah puas menikmati malam yang panas, Rindu dan Yash saling menatap langit-langit hotel."Yash, apakah yang kita lakukan ini benar?" "Tentu saja benar, sayang. Aku mencintaimu." "Seharusnya kamu menghabiskan malam pertama dengan Azura. Hiks." Rindu menangis meratapi kenyataan bahwa Yash sudah beristri tapi malah menghabiskan malam bersamanya. "Hai.. hai dengarkan Aku. Aku punya tujuan lain menikahi Azura. Aku sama sekali tidak mencintainya." "Kenapa kamu seperti ini Mas?""Itu karena ornagtua Azura yang sudah mengahancurlan masa kecilku, Rin." "Apa? Tante Tari dan Om Mozhaf memang mereka melakukan apa." Akhirnya Mozhaf menceritakan semuanya kepada Rindu. Rindu sangat terkejut ternyata meraka masih memiliki hubungan di masa lalu. "Yash.. apa kamu sudah gila?" Rindu mendorong Yash setelah mendengar ceritanya."Biarlah aku melakukan urusan balas dendamku, Rin. Cintaku tetaplah kamu, tolong jangan campuri rencanaku dan tetap bahagia bersamaku." "Tapi.. Azura tidak bersalah."
Satu jam sebelum ijab qobul Yash dan Azura.Setelah semalam berkabar dengan penuh penyesalan kepada Azura bahwa Rindu tidak bisa datang di acara pernikahannya, Rindu sudah berada di bandara untuk menunggu pesawat yang akan dia naiki menuju Bali."Kenapa begitu mendadak acara bedah buku ini ya? Pas sekali di acara pernikahan Adikku." Cicit Rindu ketika sudah menunggu jadwal keberangkatannya. Tapi karena sedang ada masalah di pesawat yang akan Rindu naiki, maka penerbangan akan delay selama enam jam untuk proses perbaikan. Rindu begitu senang, dengan delaynya pesawat, jadi dirinya bisa menghadiri pernikahan Azura dan ikut berbahagia bersama adiknya itu."Zura, Kaka datang, Kaka ingin ikut hadir dalam acara bahagiamu." Rindu segera mengendarai mobilnya ke rumah Tari dan Mozhaf dimana acara pernikahan Azura berlangsung. Sekitar dua puluh menit Rindu mengendarai akhirnya Rindu sampai di rumah Tari dan Mozhaf.Tari yang melihat Rindu datang begitu bahagia, menyambut Rindu dengan hangat b
Azura dan keluarganya sibuk mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan besok, hanya beberapa tamu undangan yang akan menghadiri acara pernikahan Azura dan Yash.Sesuai permintaan Yash, acara di laksanakan di rumah Azura dan tidak mengadakan acara besar-besaran. Tari dan Mozhaf mengikuti semua permintaan Yash asal nanti Azura bisa berbahagia.Namun tampak Azura tidak bersemangat, wajahnya terlihat sedih dan murung. Tari yang menyadari itu langsung mengajak Azura untuk berbicara di kamarnya."Nak, ada apa denganmu? Harusnya kamu bahagia besok hari pernikahanmu." Tanya Tari saat sudah berada di kamar pengantin Azura."Ma, apakah Mas Yash sesibuk itu? Sampai selama seminggu ini kami tidak bertemu? Bahkan Mas Yash meminta temannya yang menyerahkan sesesahan itu. Bahkan pas fitting baju Mas Yash tidak hadir, sepertinya pernikahan ini tidak membuatnya senang." Azura tertunduk sedih, bulir bening menetes dari pipinya. Azura yang memiliki hari lembut, sangat kecewa dengan sikap dari Yash
"Tuan, apakah kita akan memberitahu ornagtua Tuan dan kakek bahwa Tuan akan segera menikah?" Tanya Baim sembari menyetir.Yash mendekati Baim dan memukul kepala Baim dengan cukup keras walau tidak terlalu sakit."Apa kau sudah gila, Im? Ini pernikahan jebakan, orangtua dan kakek ku tidak harus tahu!" "Baik Tuan, maafkan saya." "Kamu juga harus merahasiakan ini, mengerti Im?" "Baik Tuan." Baim kembali serius menyetir, agar bisa membawa mobil mewah Tuannya dengan nyaman.Yash kembali menatap kearah luar mobil, kecupan yang Azura berikan tadi masih terbayang di pikirannya. Tiba-tiba ponsel Yash berdering. Tertera naman Cintaku di sana. Bayang-bayang Azura seketika hilang saat Yash melihat panggilan telepon itu dan segera menerima telepon itu."Halo , sayang. Maaf Aku terlalu sibuk jika tidak bisa menghubungimu." Wanita di sebrang sana yang sedang bertelepon dengan Yash pun dengan lembut menjawab. (Tidak apa-apa sayang. Kamu pasti sibuk setelah pelantikan CEO dan kebebasan ibumu."
"Mama, papa. Mas Yash sudah datang."Deg.. Yash sangat terkejut, Azura ternyata menyiapkan makan malam bersama kedua orangtuanya yaitu Tari dan Mozhaf. Yash masih belum siap untuk bertemu dengan mereka berdua yang begitu Yash benci.Yash terdiam, sejujurnya Yash belum siap untuk bertemu kedua orangtua Azura. Tetapi gadis berjilbab di depannya itu justru sudah membawa kedua orangtuanya."Mas, kenalkan ini Papa dan Mama ku," Azura memberikan kode dengan mengedipkan sebelah matanya kepada orangtuanya. "Nak Yash, senang bertemu denganmu Nak. Kami orangtua Azura." Mozhaf sembari menyodorkan tangannya.Yash seolah muak dengan makan malam ini, tapi demi rencananya berhasil Yash harus bisa bertahan. "Saya Yash. Kekasih Azura, putri kalian." Mozhaf dan Tari saling pandang dan tersenyum, tampannya mereka bergitu bahagia saat Yash menyebut dirinya kekasih Azura. Begitupun Azura terlihat malu-malu."Azura beruntung bisa mendapatkan kekasih yang tampan sepertimu, nak." Cicit Tari setelah semua
Yash bersiap untuk menyambut kedatangan Mamanya, setelah dua puluh tahun berlalu, kini mamanya akan menginjakkan kakinya di rumah masa kecilnya lagi. Rasa rindu begitu menyeruak di hati Yash. Rumah telah di hias dengan begitu cantik atas ide dari Yash. Berbagai makanan kesukaan Nia juga sudah di siapkan. Yash sudah mulai memahami kondisi mamanya sejak berusia sepuluh tahun. Yash muda yang sudah begitu dewasa, dengan tegar sering mengunjungi mamanya di penjara, walau hanya sekedar berbagi cerita ataupun membawakan makanan kesukaan Nia.Setelah Yash lulus SMA, Nia sudah mulai melarang Yash menjenguknya ketika. Nia tidak ingin membuat citra Yash yang saat itu sudah masuk Universitas terbaik menjadi buruk hanya karena sering menemuinya.Yash menolak permintaan mamanya, sebab bagi Yash tidak bertemu dengan Mamanya adalah suatu siksaan. Tapi tekad Nia sudah bulat, Nia sama sekali tidak akan menemui Yash ketika Yash berkunjung. Rasa sedih mulai menghinggapi hatinya, sampai akhirnya Yash ha
Yash kecil menangis, tidak semua perkataan Ayah dan kakeknya Dia mengerti, tapi Yash cukup tahu bahwa ibunya tidak pergi bekerja melainkan di dalam penjara. "Mama.." Gumam Yash dan perlahan menutup pintu ruang kerja kakeknya.Yash kecil berjalan perlahan dengan airmata dan ingus yang keluar, walau sudah berulang kali Yash hapus dengan ujung bajunya. Yash kembali ke dalam kamarnya. Duduk diam di ranjang berbentuk perahu itu. "Siapa om Mozhaf itu? Hingga Mama rela berbuat apapun untuknya dan meninggalkan Yash sendiri?" "Mama salah apa hingga harus dipenjara? Bukankah di penjara itu untuk orang yang jahat? Tapi mama Yash bahkan orang jahat. Hiks." Yash menangis, anak sekecil itu masih banyak bingung dan tidak mengerti perkataan orang dewasa. Melihat Ayahnya menangis membuat Yash ketakutan. Yash takut di tinggal pergi Ayahnya juga setelah mamanya meninggalkannya begitu saja. Lelah menangis akhirnya Yash tertidur begitu saja. Masa depan Yash akan saling terhubung dengan kehidupan oran
"Sekarang jangan lagi coba untuk bertemu denganku lagi, Ayah!" Nia berucap dengan kedua netra yang membahas, hatinya begitu lara merasa Ayah yang selama ini membela dan melindunginya kini malah membiarkannya masuk penjara. "Ayah tahu, keadaan ini sangat berat dan sulit untuk kita tapi percayalah, apapun yang Ayah lakukan adalah yang terbaik untukmu, Nak." Pak Wijaya berdiri lalu berjalan ke arah putrinya yang sedari tadi tidak ingin duduk bersamanya lalu mencoba meraih tangan putrinya untuk membujuknya. Mendengar ucapan Ayahnya, Nia malah tertawa meledek, "Terbaik apanya Yah? Sekarang aku berada di penjara." Dalam benak Nia."Kini Aku berada di penjara , apakah ini yang Ayah harapkan?" Ucap Nia sembari mengibaskan tangan Ayahnya."Tentu bukan itu yang Ayah mau, Nak. A.. Ayah hanya ingin kamu tahu kesalahanmu. Bahwa perbuatan apapun semuanya ada konsekuensinya," "Cukup! Nia tidak ingin mendengar apapun yang Ayah ucapkan. Nia tidak bersalah, mas Mozhaf lah yang bersalah karena tela
Dalam ruangan sidang, Nia sudah memakai baju Oren dengan tangan di borgol dan berdiri di bagian podium terdakwa. Pengacara Nia sudah bersiap dengan segala pembelaannya nanti. Pak Wijaya juga sudah datang untuk melihat jalannya persidangan.Lukas juga sudah berada di kursi terdakwa. Walau bagaimanapun Lukas tetap terlibat dalam kejahatan yang Nia lakukan. Bahkan bisa di sebut Lukas sebagai kaki tangan dari Nia yang bertugas menjalankan tugas yang Nia berikan dengan imbalan sejumlah uang."Persidangan untuk terdakwa Nia Wijaya Kusuma dan Lukas Andrian akan segera di mulai. Silahkan untuk jaksa penuntut umum untuk menyebutkan tuntutannya." Ujar pak Hakim membuka persidangan dengan mengetuk palu."Baik pak hakim, saya jaksa Hendri mewakili tuntutan dari bapak Mozhaf untuk kejahatan yang sudah Ibu Nia lakukan dengan kaki tangannya Bapak Lukas dengan imbalan memberikan sejumlah uang atas perbuatan yang bapak Lukas lakukan. Semua bukti dan saksi sudah sangat jelas, kami harap ibu Nia dan Bap