Seorang wanita sedang sibuk mempersiapkan sebuah pesta, dia sibuk menjelaskan kepada panitia seperti apa pesta anniversarynya nanti. Wanita berkulit putih, berambut Curly dengan senyum di wajahnya yang selalu merekah. Tertulis besar wedding anniversary 10th untuk Rendra dan Tari. "Baik, Bu. Kami akan memenuhi semua keinginan ibu di hari spesial ibu dan pak Rendra," ucap seorang pegawai WO."Oke, aku harap begitu, dan semoga Mas Rendra menyukai kejutan kecilku ini," jawab Tari sembari tersenyum bahagia. Aku sengaja memesan hotel bintang lima untuk acara peringatan pernikahan kami yang ke 10 tahun. Walau sudah memesan WO untuk acaranya, tetapi Aku tetap ikut sibuk untuk ikut menyiapkan pestanya, karena Aku begitu mencintai suamiku.Ketika sedang sibuk membantu persiapan pesta, Aku di kejutkan dengan kehadiran seorang lelaki yang tiba-tiba berada di depan Tari. Lelaki kekar dan dan berkumis itu memegang tanganku dengan kasar."Ikut denganku, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu," ta
Gemetar seluruh tubuhku saat mengetahui kebenaran suami dan sahabatku yang menikah diam-diam. Aku marah, kecewa dan sangat hancur, dua orang yang selama ini ku percaya kenapa tega mengkhianatiku.Aku mencoba bangkit dari lantai dan duduk di pinggir tempat tidur untuk menunggu Mas Rendra selesei mandi, kemarahan di hatiku begitu mendidih, Aku ingin tahu kenapa mereka tega melakukan itu kepadaku.Aku mencoba untuk mengatur nafas agar bisa setenang mungkin untuk bisa menginterogasi Mas Rendra, suara shower air di kamar mandipun berhenti, tak lama Mas Rendra keluar dengan mengenakan handuk piyama berwarna putih."Sayang, kenapa kamu memegangi ponselku? Apa ada yang telepon?" Tanya Mas Rendra panik setelah melihat gawainya ada di tanganku. "Kenapa? Takut aku tahu semua, Hah!" Jawabku menahan emosi."Bu.. bukan begitu, takutnya ada hal penting tentang pekerjaan yang butuh bantuanku," ucap Mas Rendra berusaha setenang mungkin.Mas Rendra berusaha untuk mengambil gawainya dengan cara yang ha
"Aa.. apa yang kamu bicarakan nak?" Tanya ibu mertuaku memastikan, namun aku hanya menunduk."Rendra! Jelaskan pada ibu apa benar yang Tari katakan?" Bentak ibu dari suamiku itu."Benar Bu, aku sudah menikahi Sinta 3 bulan yang lalu," Aku dan Sinta hanya menangis dan memejamkan mata , mertuaku itu sangat terkejut , ibu sangat syok atas apa yang dikatakan anaknya. Hingga pandangannya tiba-tiba gelap, dan ibu akhirnya pingsan."Ibuuu.." Kami bertiga berhambur memeluk ibu."Ini semua salahmu, Mas.""Baiknya kita bawa ibu ke dalam dulu, Dek." "Tidak, Mas jangan sentuh ibu." "Dek, ibu harus segera di beri pertolongan pertama, biar aku segera memanggil dokter keluarga kita." Mas Rendra segera menggendong ibunya dan bergegas masuk ke rumah di ikuti Aku di belakangnya. Sinta hanya terdiam melihat kami masuk ke rumah membawa Ibu, baguslah jika dia masih punya rasanya malu untuk tidak ikut masuk. Tak lama dokter keluargapun tiba, ibu mertuaku segera mendapatkan pertolongan, kondisinya m
Beberapa bulan yang lalu, Sinta menghubungiku tengah malah, jam menunjukkan pukul 12 malam lebih 30 menit, Aku yang sedang tertidur bersama suamiku terbangun mendengar suara dering gawai yang berbunyi terus menerus.Beberapa kali berbunyi akhirnya Aku meraih gawaiku itu, ku lihat Sinta yang menelpon , 'sepertinya Sinta dengan dalam masalah, tengah malam begini meneleponku' ucapku dalam hati."Halo, Sinta, ada apa?""Halo, Tar. Tolong aku, aku butuh bantuanmu, hiks," ucap Sinta sembari menangis."Kamu kenapa Sinta? Ferdi kemana?" "Mas Ferdi pergi entah kemana, setelah dia menganiaya aku, Tar," Terdengar suaranya meringis kesakitan, aku panik, entah apa yang terjadi kepadanya."Astaghfirullah, apa yang kamu katakan, Sinta? Kamu di pukuli oleh Ferdi?" "Iya, Tar, dan sekarang aku sedang merasakan sakit perut yang luar biasa, tolong aku Tar, tolong selamatkan aku dan bayiku," jawab Sinta, lalu telepon terputus."Halo.. halo.. Sinta.. Sinta.." "Ada apa Dek? Kenapa dengan Sinta?" Tanya
Setelah selesei makan, Aku segera mandi dan menidurkan Rangga kembali. Setelah Rangga tidur Aku langsung menelepon suamiku untuk menanyakan kabar Sinta."Assalamualaikum, Mas. Gimana Sinta, sudah sadar belum ,Mas?""Waalaikumsalam, belum Dek. Ini tadi dokter sudah kunjungan, katanya masih pengaruh obat bius, jadi belum sadar." "Aku kesana lagi ya Mas, pasti Mas belum makan, soalnya Mas Rendra tidak pernah selera untuk makan masakan luar.""Mas sudah makan tadi beli di kantin, kamu nanti sore saja Dek kesininya, kamu istirahat dulu saja di rumah, jangan kecapekan nanti kamu malah yang sakit.""Oh ya sudah, Mas, kalau begitu. Aku tutup dulu telponnya.""Oke sayang," panggilanpun berakhir.Ibu yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dan Mas Rendra, kemudian menghampiriku."Nak, Sinta itu teman kecilmu yang pernah kamu ceritakan itu?" Tanya Ibu mengingat tentang Sinta yang pernah Aku ceritakan dahulu."Iya Bu, loh ibu masih inget? Aku kan ceritanya sudah lama sekali.""Ibu masih inget
Setelah Sinta membaik dan sudah bisa keluar rumah sakit, Aku dan Mas Rendra membawa Sinta kerumah Kami, Ibu Retno yang masih kurang setuju atas kehadiran Sinta di rumah tangga anak dan menantunya, tetap harus menerima walau berat di hati.Aku dan Mas Rendra bergegas membuat laporan kepada polisi, untuk semua hasil visum dan bukti dari rumah sakit dengan kasus KDRT kepada Sinta. Tak butuh waktu lama ,polisi berhasil menangkap Ferdi, dengan semua barang bukti Ferdi akhirnya bisa di jebloskan ke dalam penjara.Sinta yang mulai membaik, berusaha untuk berbaur dengan keluargaku dan Mas Rendra, mulai membantu memasak, menjaga anak-anak bahkan sampai membantu untuk bersih-bersih rumah."Sin.. kamu tidak usah repot untuk mengelap meja begitu, nanti si mbok yang akan membersihkannya," ucapku pada Sinta yang tengah membersihkan meja makan."Ini hanya pekerjaan kecil saja kok, Tar. Biar aku bisa gerak juga." Aku tak bisa menolaknya, sudah 1 Minggu Sinta di rumah ini, dia tidak bisa diam, ada s
Aku sangat bersyukur memiliki istri yang cantik , penuh perhatian , dan sangat baik. Kepeduliannya sangat besar, kepadaku, anak-anak dan ke Ibu mertuanya.Hatinya begitu lembut dan luas, Tari Setia Pertiwi wanita dengan spesifikasi Bidadari itu adalah istriku. Aku beruntung memilikinya.Suatu malam Tari menerima telepon dari sahabat lamanya, Sinta. Sinta mengabarkan bahwa dirinya sedang tidak berdaya karena mengalami KDRT dari suaminya, Tari yang memiliki hati lembut itu segera memintaku untuk mengantarkannya ke rumah Sinta. Benar saja, begitu kami tiba rumah mewah bergaya italy itu Sinta sudah terkapar lemah dengan luka cukup serius di sekujur tubuhnya. "Sinta.. Sinta.. apa yang terjadi kepadamu, hiks."Gurat sedih dan khawatir jelas terlihat dari wajah manis istriku.Aku dan Tari segera membawa Sinta ke rumah sakit. Aku segera mengurus lain-lain, dan bergegas menuju istriku yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu ICU. Ku lihat kelelahan di wajahnya. Aku menyuruhnya pulang ber
Sinta bergegas meninggalkan kafe dan segera masuk ke taksi. Dalam benaknya ingin segera membereskan semua barang miliknya dan meninggalkan rumah Tari, memang seharusnya Sinta pergi meninggalkan rumah sahabatnya itu sejak lama, tetapi karena merasakan hangatnya sebuah keluarga Sinta menjadi merasakan kenyamanan dan belum ingin pergi walau kondisi tubuhnya sudah pulih dan mantan suaminya Ferdi pun telah di penjara.Tapi kini Sinta harus segera meninggalkan rasa nyaman bersama keluarga Tari , demi untuk menghindari Rendra yang Sinta lihat tingkahnya makin aneh dan menggila. Sinta tidak habis fikir kenapa bisa seorang Rendra yang tadinya begitu setia dan mencintai istrinya kini malah terang-terangan mengatakan cinta kepadanya."Aku harus segera mencari tempat tinggal, untuk menjauhi Rendra." Gumamnya sembari melihat ke benda pipih yang dia pegang.Sinta mulai mencari-cari apartemen yang masih terjangkau untuk dia sewa. Walau selama ini Sinta tidak bekerja tetapi Sinta mempunyai tabungan y