Gemetar seluruh tubuhku saat mengetahui kebenaran suami dan sahabatku yang menikah diam-diam. Aku marah, kecewa dan sangat hancur, dua orang yang selama ini ku percaya kenapa tega mengkhianatiku.
Aku mencoba bangkit dari lantai dan duduk di pinggir tempat tidur untuk menunggu Mas Rendra selesei mandi, kemarahan di hatiku begitu mendidih, Aku ingin tahu kenapa mereka tega melakukan itu kepadaku.
Aku mencoba untuk mengatur nafas agar bisa setenang mungkin untuk bisa menginterogasi Mas Rendra, suara shower air di kamar mandipun berhenti, tak lama Mas Rendra keluar dengan mengenakan handuk piyama berwarna putih.
"Sayang, kenapa kamu memegangi ponselku? Apa ada yang telepon?" Tanya Mas Rendra panik setelah melihat gawainya ada di tanganku.
"Kenapa? Takut aku tahu semua, Hah!" Jawabku menahan emosi.
"Bu.. bukan begitu, takutnya ada hal penting tentang pekerjaan yang butuh bantuanku," ucap Mas Rendra berusaha setenang mungkin.
Mas Rendra berusaha untuk mengambil gawainya dengan cara yang halus, ketika Rendra membungkukkan badannya tepat telinganya di hadapanku, Aku membisikkan sesuatu.
"Kenapa kamu tega, Mas. Mengkhianati aku begini?"
Mas Rendra tetap bersikap tenang, dia masih tetap berusaha berbohong. Menutupi semuanya.
"Maksudmu apa, Sayang? Aku gak ngerti? Kamu sedang sakit baiknya kamu istirahat saja."
"Apa benar kamu sudah menikahi Sinta, Mas?"
"Pertanyaan macam apa ini, Dek?"
"Jangan mengelak lagi , Mas. Kata sandi handphonemu pun tanggal dan bulan lahir Sinta, wallpaper utamamu pun , fotomu dengan Sinta!"
"Kamu sudah berani untuk mengecek handphoneku? Kamu sudah tidak mempercayaiku lagi?"
"Oh, karena kita sudah saling berkomitmen untuk tidak saling mengecek ponsel masing-masing kamu bisa berbuat seenaknya? Kamu menginjak-injak kepercayaan yang aku beri, Mas!"
"Ferdi, Seva, melihat kamu bersama Sinta , dan mereka tahu hubunganmu dengan Sinta, Mas!" Lanjut Tari sembari berusaha mengatur nafas untuk menahan emosi.
"Ferdi? Kenapa kamu memercayai lelaki brengsek itu, Dek? Kamu tahu kan Ferdi mantan suami Sinta yang suka melakukan KDRT, biar aku hajar dia karena berusaha mempengaruhi kamu!"
"Tidak usah bahas macam-macam ,Mas. Ini aku sedang bertanya, kenapa Mas menikahi Sinta? Apakah Mas sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Maafkan , Mas, Dek! Setelah kita sering membantu Sinta untuk terlepas dari Ferdi yang suka memukulinya, rasa cinta itu muncul. Awalnya, Mas hanya merasa kasihan kepadanya, tetapi rasa kasihan itu perlahan berubah menjadi rasa suka dan ingin melindunginya!"
Jawaban Mas Rendra seperti petir di siang bolong, tanpa ada rasa penyesalan di matanya seolah menikahi Sinta adalah bukan suatu Kesalahan.
"Tega kamu, Mas. Kenapa harus Sinta? Dan kenapa Sinta juga bisa menyakitiku seperti ini? Padahal dia adalah sahabatku."
"Maafkan, aku Dek. Kami sudah menikah 3 bulan yang lalu. Kami menikah siri, Aku dan Sinta ingin memberitahu kepadamu tentang perasaan kami, tetapi kami sedang menunggu waktu yang tepat tapi..." Belum selesai Mas Rendra melanjutkan ceritanya Aku memotong pembicaraan.
"Kalian benar-benar gila, aku sudah tidak tahan 1 ruangan denganmu!" Tari melempar ponsel Rendra ke kasur dan dia bergegas untuk keluar kamar hotel.
Mas Rendra hanya mematung melihat istri pertamanya bergegas keluar dari kamar hotel, entah apa yang dia pikirkan hingga hanya mampu terdiam seperti patung, tetapi yang jelas Mas Rendra sudah tidak berjak untuk melarangku memarahinya. Aku membuka pintu dan menutupnya dengan kasar.
**********************************
Rendra lemas, dan duduk di atas kasur. Dia sudah pasrah jika nanti ibu dan keluarga besarnya tahu, namun tetap Rendra tidak akan meninggalkan Sinta.
Awalnya Rendra dan Sinta sedang menunggu untuk memberitahu kepada Tari tentang pernikahan Meraka, tetapi Ferdi dan Seva malah sudah mengetahui lebih dulu dan melaporkan semua kepada Tari. Mau tak mau Rendra harus berkata jujur.
Rendra membuka gawainya dan menelepon nomor Sinta, yang telah dia namai 'Istri Keduaku' , berdering namun agak lama di jawab.
"Halo Mas... Gimana? Sudah sampai di hotel, aku sedang siapin kado untukmu dan..."
Rendra memotong pembicaraa. "Tari sudah tahu, Sin!"
"Mak.. maksudnya , Mas?"
"Tari sudah tahu pernikahan kita, Sin. Ferdi dan Seva ternyata telah mengetahuinya, dan mereka yang memberitahukan Tari,"
Prak.. terdengar suara yang terjatuh di sebrang sana, kue tart coklat kesukaan Tari yang Sinta buat spesial untuk kejutan anniversary Rendra dan Tari jatuh berantakan di lantai.
"Halo.. halo.. Sinta Sayang, kamu baik-baik saja? Apa itu tadi yang jatuh?"
"Lalu Tari gimana , Mas? Harusnya kita yang memberitahukan Tari tentang ini!" Suara Sinta terdengar panik.
"Akupun tidak tahu, Ferdi dan Seva entah tahu darimana, tetapi ini sudah di luar dari rencana kita, Sin."
"A.. Aku akan berusaha berbicara kepada Tari, Mas!"
"Jangan Sin.. tunggu.." tiba-tiba Sinta menutup telponnya.
"Pasti Sinta langsung bergegas untuk menemui Tari, aku harus segera pulang, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan." Rendra bergegas memakai baju dan bersiap pulang ke rumah.
Rendra melewati area taman yang akan di adakan pesta anniversarynya bersama Tari, semua orang bingung melihat Tari yang tadi pergi terburu-buru dan sekarang Rendra yang terburu-buru juga.
Sepanjang jalan Rendra merasa gelisah, dia takut Tari kehilangan kontrol karena marah saat nanti bertemu Sinta. Hingga dia menginjak gas untuk melajukan mobilnya dengan cepat. Dia pun berusaha menelpon Sinta tetapi tidak diangkat.
Jarak dari hotel ke rumah sekitar 30 menit, tetapi jarak dari apartemen dan rumah hanya 10 menit, begitu dekat, pikiran-pikiran negatif Rendra memenuhi kepalanya.
Mobil hitam itu segera di pacu dengan cepat, namun harus segera berhenti ketika di jalan raya ada kemacetan karena ada kecelakaan.
"Sial!" Umpatnya.
"Aku harus mencari jalan lain, agar segera sampai di rumah sebelum Sinta!"
------------------------------------------------------r
Aku masih menangis di dalam mobil ketika mobilku memasuki pekarangan rumah, segera ku memarkirkan mobil dan masih enggan untuk keluar dari mobil, Aku bingung harus mengatakan apa kepada ibu mertuaku, tentang anaknya yang juga suamiku jika telah menikah lagi.
Aku memperhatikan rumah yang megah berlantai 2 dan bercat warna putih itu dengan air mancur di depannya, tiba-tiba tangisku pecah.
Aku yang menangis di atas stir, tiba-tiba dikagetkan oleh ketukan jendela mobilnya. Aku mencoba melihat siapa yang mengetuk jendela mobilku.
"Sinta!"
Aku segera membuka pintu mobilku dan segera berdiri berhadapan dengan Sinta, banyak sekali pertanyaan yang ingin ku tanyakan kepada sahabatku ini.
"Tari, bisakah kita bicara sebentar, bisa kita duduk di kursi taman?" Ajak Sinta sembari berusaha memegang lenganku.
"Apalagi yang harus kita bicarakan, Sin? Kamu sahabat macam apa? Tega merebut suami sahabatnya sendiri!"
"Maafkan aku dan Mas Rendra, Tar. Kami sudah berusaha melawan rasa ini, tetapi kami justru kalah, kami saling mencintai, Tar."
"Bullshit.. cinta macam apa yang kalian rasakan? Dengan menginjak-injak aku begini? Hah?" Cerca Tari.
"Maafkan aku, Tar. Aku sudah berusaha untuk melupakan Mas Rendra, tetapi hatiku tidak bisa melepaskannya sekarang, Tar."
"Kami sebenarnya akan memberitahukan semua ini sendiri, tetapi entah darimana Ferdi dan Seva mengetahui ini lebih dulu," Sinta berusaha menjelaskan.
"CUKUP.. aku tidak ingin mendengar omongkosongmu, yang jelas kamu sekarang bukan sahabatku lagi!" Ucapku dengan mata yang berair ku coba untuk menahan agar bulir bening itu tak sampai terjatuh.
"Tari.. aku sayang padamu seperti aku menyayangi saudaraku sendiri, mohon maafkan Aku."
"Pembohong, saudara tidak akan melukai saudaranya yang lain!"
"Maafkan Aku, Tar." Ucap Sinta sembari berusaha memegang tanganku lagi.
Aku menepis tangan Sinta, ibu Retno merutaku yang mendengar suara berisikpun keluar, di lihatnya Aku dan Sinta sedang bersitegang , Aku langsung terdiam saat melihat mertuaku itu menghampiriku dan Sinta.
"Tari, ada apa ini? Kenapa kamu dengan Sinta bertengkar seperti ini?"
Sinta terkejut, mengetahui ibu Retno sudah berada di dekat mereka, Aku dan Sinta saling pandang, aku bingung untuk menjelaskan masalah ini bagaimana.
"Nak Sinta, kenapa kamu tiba-tiba kesini? Ada keperluan apa?" Tanya Bu Retno kembali tapi Aku dan Sinta hanya terdiam.
------------------------------------------------------------
Tak lama, mobil Rendra memasuki pekarangan rumah, Rendra makin panik karena dia melihat Tari, Sinta dan ibunya sedang berdiri di dekat mobil Tari.
Rendra bergegas keluar mobil dan segera menghampiri mereka bertiga, Rendra berusaha untuk membuat ibunya masuk ke dalam rumah agar tidak mengetahui masalah ini dulu.
"Assalamualaikum, Bu. Ibu sedang apa disini?" Tanya Rendra.
"Waalaikumsalam, kamu pulang nak? Bukankah seharusnya kamu dan Tari ada di hotel? Untuk acara anniversary kalian yang ke 10 tahun?" Tanya Bu Retno heran, melihat Rendra dan Tari malah pulang, dan ada Sinta pula
"Ehh .. itu... Itu.." Rendra gagap seketika tak bisa menjawab pertanyaan Ibunya.
"Mas Rendra dan Sinta sudah menikah, Bu. Meraka menikah siri." Jawab Tari tiba-tiba dan mengejutkan Bu Retno.
"Aa.. apa yang kamu bicarakan nak?" Tanya ibu mertuaku memastikan, namun aku hanya menunduk."Rendra! Jelaskan pada ibu apa benar yang Tari katakan?" Bentak ibu dari suamiku itu."Benar Bu, aku sudah menikahi Sinta 3 bulan yang lalu," Aku dan Sinta hanya menangis dan memejamkan mata , mertuaku itu sangat terkejut , ibu sangat syok atas apa yang dikatakan anaknya. Hingga pandangannya tiba-tiba gelap, dan ibu akhirnya pingsan."Ibuuu.." Kami bertiga berhambur memeluk ibu."Ini semua salahmu, Mas.""Baiknya kita bawa ibu ke dalam dulu, Dek." "Tidak, Mas jangan sentuh ibu." "Dek, ibu harus segera di beri pertolongan pertama, biar aku segera memanggil dokter keluarga kita." Mas Rendra segera menggendong ibunya dan bergegas masuk ke rumah di ikuti Aku di belakangnya. Sinta hanya terdiam melihat kami masuk ke rumah membawa Ibu, baguslah jika dia masih punya rasanya malu untuk tidak ikut masuk. Tak lama dokter keluargapun tiba, ibu mertuaku segera mendapatkan pertolongan, kondisinya m
Beberapa bulan yang lalu, Sinta menghubungiku tengah malah, jam menunjukkan pukul 12 malam lebih 30 menit, Aku yang sedang tertidur bersama suamiku terbangun mendengar suara dering gawai yang berbunyi terus menerus.Beberapa kali berbunyi akhirnya Aku meraih gawaiku itu, ku lihat Sinta yang menelpon , 'sepertinya Sinta dengan dalam masalah, tengah malam begini meneleponku' ucapku dalam hati."Halo, Sinta, ada apa?""Halo, Tar. Tolong aku, aku butuh bantuanmu, hiks," ucap Sinta sembari menangis."Kamu kenapa Sinta? Ferdi kemana?" "Mas Ferdi pergi entah kemana, setelah dia menganiaya aku, Tar," Terdengar suaranya meringis kesakitan, aku panik, entah apa yang terjadi kepadanya."Astaghfirullah, apa yang kamu katakan, Sinta? Kamu di pukuli oleh Ferdi?" "Iya, Tar, dan sekarang aku sedang merasakan sakit perut yang luar biasa, tolong aku Tar, tolong selamatkan aku dan bayiku," jawab Sinta, lalu telepon terputus."Halo.. halo.. Sinta.. Sinta.." "Ada apa Dek? Kenapa dengan Sinta?" Tanya
Setelah selesei makan, Aku segera mandi dan menidurkan Rangga kembali. Setelah Rangga tidur Aku langsung menelepon suamiku untuk menanyakan kabar Sinta."Assalamualaikum, Mas. Gimana Sinta, sudah sadar belum ,Mas?""Waalaikumsalam, belum Dek. Ini tadi dokter sudah kunjungan, katanya masih pengaruh obat bius, jadi belum sadar." "Aku kesana lagi ya Mas, pasti Mas belum makan, soalnya Mas Rendra tidak pernah selera untuk makan masakan luar.""Mas sudah makan tadi beli di kantin, kamu nanti sore saja Dek kesininya, kamu istirahat dulu saja di rumah, jangan kecapekan nanti kamu malah yang sakit.""Oh ya sudah, Mas, kalau begitu. Aku tutup dulu telponnya.""Oke sayang," panggilanpun berakhir.Ibu yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dan Mas Rendra, kemudian menghampiriku."Nak, Sinta itu teman kecilmu yang pernah kamu ceritakan itu?" Tanya Ibu mengingat tentang Sinta yang pernah Aku ceritakan dahulu."Iya Bu, loh ibu masih inget? Aku kan ceritanya sudah lama sekali.""Ibu masih inget
Setelah Sinta membaik dan sudah bisa keluar rumah sakit, Aku dan Mas Rendra membawa Sinta kerumah Kami, Ibu Retno yang masih kurang setuju atas kehadiran Sinta di rumah tangga anak dan menantunya, tetap harus menerima walau berat di hati.Aku dan Mas Rendra bergegas membuat laporan kepada polisi, untuk semua hasil visum dan bukti dari rumah sakit dengan kasus KDRT kepada Sinta. Tak butuh waktu lama ,polisi berhasil menangkap Ferdi, dengan semua barang bukti Ferdi akhirnya bisa di jebloskan ke dalam penjara.Sinta yang mulai membaik, berusaha untuk berbaur dengan keluargaku dan Mas Rendra, mulai membantu memasak, menjaga anak-anak bahkan sampai membantu untuk bersih-bersih rumah."Sin.. kamu tidak usah repot untuk mengelap meja begitu, nanti si mbok yang akan membersihkannya," ucapku pada Sinta yang tengah membersihkan meja makan."Ini hanya pekerjaan kecil saja kok, Tar. Biar aku bisa gerak juga." Aku tak bisa menolaknya, sudah 1 Minggu Sinta di rumah ini, dia tidak bisa diam, ada s
Aku sangat bersyukur memiliki istri yang cantik , penuh perhatian , dan sangat baik. Kepeduliannya sangat besar, kepadaku, anak-anak dan ke Ibu mertuanya.Hatinya begitu lembut dan luas, Tari Setia Pertiwi wanita dengan spesifikasi Bidadari itu adalah istriku. Aku beruntung memilikinya.Suatu malam Tari menerima telepon dari sahabat lamanya, Sinta. Sinta mengabarkan bahwa dirinya sedang tidak berdaya karena mengalami KDRT dari suaminya, Tari yang memiliki hati lembut itu segera memintaku untuk mengantarkannya ke rumah Sinta. Benar saja, begitu kami tiba rumah mewah bergaya italy itu Sinta sudah terkapar lemah dengan luka cukup serius di sekujur tubuhnya. "Sinta.. Sinta.. apa yang terjadi kepadamu, hiks."Gurat sedih dan khawatir jelas terlihat dari wajah manis istriku.Aku dan Tari segera membawa Sinta ke rumah sakit. Aku segera mengurus lain-lain, dan bergegas menuju istriku yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu ICU. Ku lihat kelelahan di wajahnya. Aku menyuruhnya pulang ber
Sinta bergegas meninggalkan kafe dan segera masuk ke taksi. Dalam benaknya ingin segera membereskan semua barang miliknya dan meninggalkan rumah Tari, memang seharusnya Sinta pergi meninggalkan rumah sahabatnya itu sejak lama, tetapi karena merasakan hangatnya sebuah keluarga Sinta menjadi merasakan kenyamanan dan belum ingin pergi walau kondisi tubuhnya sudah pulih dan mantan suaminya Ferdi pun telah di penjara.Tapi kini Sinta harus segera meninggalkan rasa nyaman bersama keluarga Tari , demi untuk menghindari Rendra yang Sinta lihat tingkahnya makin aneh dan menggila. Sinta tidak habis fikir kenapa bisa seorang Rendra yang tadinya begitu setia dan mencintai istrinya kini malah terang-terangan mengatakan cinta kepadanya."Aku harus segera mencari tempat tinggal, untuk menjauhi Rendra." Gumamnya sembari melihat ke benda pipih yang dia pegang.Sinta mulai mencari-cari apartemen yang masih terjangkau untuk dia sewa. Walau selama ini Sinta tidak bekerja tetapi Sinta mempunyai tabungan y
POV Sinta Sudah 1 bulan sejak Mas Rendra mengantarkan Aku ke apartemen ini, dirinya seolah menghilang dariku. Sewaktu Tari dan Ibu Retno berkunjung kesini, Mas Rendra tidak turut serta."Maaf ya Sinta, Mas Rendra tidak bisa ikut kesini karena pekerjaannya banyak, dia sibuk bolak balik ke luar kota." Aku hanya mengangguk saat Tari memberitaku bahwa kamu sedang sibuk. Harusnya aku malah senang karena dengan begitu kamu tidak akan bersikap aneh lagi kepadaku.Mengenai Apartemen ini yang kau beli untukku, aku tidak memberitahukan kepada Tari. Aku tidak ingin menyakiti hatinya, aku katakan jika aku sedang mencicil untuk membeli apartemen ini.Tetapi entah kenapa hati ini malah merasakan kerinduan saat kita sama sekali tidak bertemu.Aku kini telah bekerja di salah satu hotel bintang 5 terbaik di kota ini sebagai seorang chef, baru 1 Minggu yang lalu tepatnya aku bekerja.Aku pun heran, kenapa hotel terbaik itu langsung menerimaku padahal pengalamanku boleh di bilang kurang, karena waktu
Aku dan ibu segera bergegas ke rumah sakit begitu mendapat telepon dari Sinta. Sinta berusaha menjelaskan semuanya agar kami merasa tenang dan tidak perlu khawatir. Nada dan Rangga mencari Ayah mereka, namun aku tidak tega jika harus berkata yang sebenarnya kepada anak-anak yang masih sangat kecil itu.Jadi kami titipkan mereka dirumah bersama mba Susi.Walau bagaimanapun, sebagai istri aku sangat mengkhawatirkan kondisi suamiku yang telah tertembak. Mobil kami segera tiba di rumah sakit. Aku dan ibu langsung menuju resepsionis dan menanyakan dimana suamiku di rawat. Setelah mendapat petunjuk dari resepsionis kami menuju kamar Mas Rendra di rawat, ku buka pintu kamar tersebut, suamiku sedang terbaring lemah dengan Sinta berada di sampingnya yang sedang sibuk mengupas buah.Mengetahui kami datang, Sinta langsung beranjak menjauh dari ranjang Mas Rendra dan meninggalkan buah yang sedang dia kupas di atas nakas. "Mas, apa kamu sudah baikan? Aku begitu mengkhawatirkan dirimu, handphonemu