Dada ini terasa sangat sakit saat lagi-lagi aku menerima penolakan dari Sinta. Sinta memintaku untuk menyadari bahwa perasaan ini adalah salah? Cinta tidak pernah salah akan bermuara dimana, jika kini aku mencintainya apa itu termasuk bentuk dosa? Kenapa kamu begitu berkeras hati Sinta?Aku sengaja menjauhinya untuk melihat apakah benar dia memang tidak memiliki rasa untukku? Jika memang benar begitu aku berusaha untuk mundur dan melupakannya.Walau aku menjauhinya aku tetap memantau dirinya setiap hari lewat orang kepercayaanku yang selalu membuntuti dirinya kemanapun. Bahkan saat Sinta melamar di hotel milik temanku, tanpa persyaratan apapun Sinta di terima di hotel bintang 5 tempat dia bekerja saat ini.Hingga suatu hari aku tahu jika Sinta akan pergi ke Bank untuk membuka blokiran ATMnya, aku tahu dari orang kepercayaanku yang telah menaruh alat penyadap di tasnya. Entah pikiran darimana aku berniat merencanakan sesuatu untuk mendapatkan jawaban atas perasaannya kepadaku. Aku
POV SintaAku bahagia sehari penuh menghabiskan waktu bersama Mas Rendra, merengkuh kebahagiaan bersamanya. Terasa waktu cepat sekali berlalu. Aku melayaninya sepenuh hati agar Mas Rendra merasa bahagia bersamaku. Aku bersiap memakai pakaian terbaikku, aku memakai dress berwarna pink muda di padu dengan pashmina yang senada, aku rias wajahku secantik mungkin, karena Mas Rendra berencana untuk mengajakku kesuatu tempat dan memberiku kejutan, entah apa yang akan dia berikan kepadaku, aku sungguh penasaran.Mobil yang Mas Rendra bawa memasuki pelataran Masjid kota, Masjid megah dengan warna putih dan taman yang indah di pelataran."Mas, kenapa kita ke sini?" Tanyaku pada lelaki di sampingku ini."Nanti juga kamu tahu, bersabarlah." Aku menganggukkan kepala pertanda aku bisa diam dan bersabar untuk kejutannya. Mas Rendra segera turun dan membukakan pintu mobil untukku, menggenggam tanganku dan mengajakku masuk ke dalam. Begitu sampai di depan pintu aku terkejut, sudah siap tempat untuk
Sudah 3 bulan ini Aku lihat Mas Rendra selalu sibuk, entah pulang malam atau sampai menginap di luar kota beberapa hari. Hubungan kami terasa semakin jauh, bahkan Mas Rendra sudah jarang menyentuhku, dalam 1 bulan hanya 1 atau 2 kali kami melakukan hubungan suami istri. Anak-anak pun mulai sering menanyakan Ayahnya yang jarang berada di rumah sekarang.Sebagai istri aku mencoba untuk selalu tetap berfikir positif, mengerti kesibukannya dan selalu mendukungnya. Toh tidak mungkin jika Mas Rendra sampai menduakanku? Aku sama sekali tidak akan berburuk sangka kepada suamiku. Seperti pagi ini, aku lihat suamiku tengah sibuk dengan laptopnya, entah apa yang dia kerjakan di benda itu. Tetapi sesekali aku melihatnya tersenyum."Mas, 3 hari lagi kan Anniversary kita yang 10 tahun, apakah kita akan merayakan seperti tahun-tahun sebelumnya?" Tanyaku kepadanya, Mas Rendra langsung terdiam sejenak, menutup laptopnya dan menatapku."Kita akan merayakan Anniversary kita seperti biasa, Sayang. Hot
Setalah penghianatannya terbongkar, Aku terpaksa menerima pernikahan kedua Mas Rendra dengan Sinta. Soal hati sudah pasti sangat sakit karena suamiku telah tega menikahi sahabatku sendiri dengan diam-diam.Aku mengambil keputusan berat ini demi kedua anakku, agar kedua anakku tidak menjadi anak korban perceraian.Pesta anniversary kami gagal begitu saja, aku sama sekali tidak bersemangat untuk merayakan apapun. Semua yang sudah direncanakan batal begitu saja. Aku menceritakan semua kepada sahabatku Seva lewat telepon karena Seva sedang ada di luar kota. Dari ketiga sahabatku Seva lah yang paling bisa menjaga rahasia dan paling pengertian. "Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Tar?" Tanya Seva setelah aku ceritakan semuanya dan memutuskan untuk berbagi suami."Demi anak-anakku, Va. Aku akan mencoba menerima pernikahan Mas Redra dan Sinta." "Tari, seumur hidup itu terlalu lama, melihat suamimu bermesraan dengan wanita lain itu sangat tidak mudah, pikirkan juga tentang dirimu, kebahagi
Di kamar mandi kafe aku tergugu dengan berusaha keras menahan suara tangisku agar tidak seorangpun mendengar suara tangisanku. Aku terngiang-ngiang oleh ucapan Indri, memang benar Mas Rendra sekarang seperti tidak peduli kepadaku, saat mengetahui Aku hamilpun Mas Rendra hanya meneleponku, entah sedang kemana dia saat ini? Setelah puas aku meluapkan beban di dadau, Aku segera menghapus jejak tangisanku dan membubuhkan sedikit bedak ke wajahku, setelah di rasa cukup aku kembali ke meja di mana teman-temanku berada. Aku berusaha bersikap baik-baik saja dengan senyuman yang menghiasi wajahku, Aku kembali duduk di antara teman-temanku. "Kamu yakin, Tar. Jika Redra sedang sibuk bekerja ke luar kota?" Tanya Indri mendadak dengan ekspresi kesal. "Iya, memang Mas Redra sedang ke luar kota, kenapa Ndri?" Jawabku mencoba meyakinkan Indri. "Jika Redra benar di luar kota, lalu lelaki yang ada di sana siapa? Apa itu kembarannya Renda?" Ujar Vina sambil menunjuk ke arah belakangku. Aku yang mas
Aku setengah berlari menuju mobilku, Indri dan Vina mengejarku, aku tidak memperdulikan mereka, mereka sudah sangat membuat kesal hari ini."Tunggu Tari, jangan marah kepada kami, Kami hanya membelamu." Ucap Indri kepadaku sambil menahan ku untuk pergi."Membelaku bagaimana, Indri? Malah aku jadi melihat kemesraan suamiku dengan wanita itu, suamiku malah melindunginya dari seranganmu. Itu membuatku sakit!""Wanita itu pantas mendapatkannya, Tari. Kami bertiga tahu kamu hanya akan diam saja jika ada yang menyakitimu, kami yang akan melakukan hal yang seharusnya dilakukan.""Tidak.. Sinta tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu oleh kalian!" Tiba-tiba suara bariton itu menyela ucapan Indri, Mas Rendra sudah berdiri tepat di belakang Indri dan Vina."Disini yang salah adalah Aku, Aku mencintai Sinta, Aku yang mengejarnya, jadi kalian berdua jangan coba-coba untuk menyakitinya lagi!"Indri dan Vina tampak sangat kesal, mereka mengepalkan kedua tangannya mendengarkan ucapan Mas Red
Mas Rendra menghampiriku dengan wajah yang gelisah, Aku mengerti pasti Mas Rendra pun telah mengetahui vidionya bersama Sinta yang sedang Viral itu."Apa kamu sudah tahu mengenai vidio itu?" Tanyanya kepadaku tanpa basa basi."Sudah." "Siapa temanmu yang menyebarkan itu? Pasti Indri?""Bukan teman-temanku, Mas. Aku sudah memastikannya.""Mereka pasti berbohong, siapa lagi jika bukan mereka? Kamu jangan menutupi kesalahan mereka, Tari." Aku tercenung mendengarkan perkataan Mas Rendra, dia menuduhku dan teman-temanku."Mas, aku sudah kasih tahu kamu, jika kamu tidak percaya ya terserah kamu, silahkan cari tahu sendiri siapa yang menyebarkan vidio itu, tidak ada keuntungan yang aku dapat dari mempermalukan kalian berdua! Sekali lagi jangan menuduhku ataupun teman-temanku, Mas, kami bukan pembohong sepertimu!" Ucapku kesal.Mas Rendra mencebikkan bibirnya dan berlalu pergi meninggalkanku dengan emosi. Mungkin dia tersinggung dengan apa yang baru aku ucapkan tadi. Memang benar jika ada l
Tiba-tiba aku merasakan dingin yang luar biasa, kepalaku pusing, dan pandanganku menjadi gelap. Sayup aku dengar ibu menganggil-manggilku, namun semua menjadi gelap. Aku sudah tidak sadarkan diri.Khas bau rumah sakit tercium olehku, pandanganku yang kabur perlahan menjadi jelas. Perutku sudah tidak merasakan sakit lagi, Aku teringat terakhir darah segar keluar membasahi kakiku. "Bayiku." Sontak aku memegang perutku, rasa sedih menghinggapi diriku.Ibu yang menyadari aku sudah tersadar langsung menghampiriku. "Tari, kamu sudah merasa baikan?" "Bu, apa yang terjadi dengan kandunganku? Apakah bayiku baik-baik saja?" Bukannya menjawab ibu malah memelukku erat dan mengelus rambutku."Bu jawab, kenapa dengan kandunganku?" Tanyaku lagi dengan air mata yang mulai membasahi kedua mataku."Kamu keguguran,Nak." Ucapan ibu seperti tamparan keras untukku, walau bukan kehamilan pertama tetap aku merasakan kesedihan, terlebih sudah ku dengar suara detak jantungnya. Aku menangis di pelukan ibu.