Tiba-tiba aku merasakan dingin yang luar biasa, kepalaku pusing, dan pandanganku menjadi gelap. Sayup aku dengar ibu menganggil-manggilku, namun semua menjadi gelap. Aku sudah tidak sadarkan diri.Khas bau rumah sakit tercium olehku, pandanganku yang kabur perlahan menjadi jelas. Perutku sudah tidak merasakan sakit lagi, Aku teringat terakhir darah segar keluar membasahi kakiku. "Bayiku." Sontak aku memegang perutku, rasa sedih menghinggapi diriku.Ibu yang menyadari aku sudah tersadar langsung menghampiriku. "Tari, kamu sudah merasa baikan?" "Bu, apa yang terjadi dengan kandunganku? Apakah bayiku baik-baik saja?" Bukannya menjawab ibu malah memelukku erat dan mengelus rambutku."Bu jawab, kenapa dengan kandunganku?" Tanyaku lagi dengan air mata yang mulai membasahi kedua mataku."Kamu keguguran,Nak." Ucapan ibu seperti tamparan keras untukku, walau bukan kehamilan pertama tetap aku merasakan kesedihan, terlebih sudah ku dengar suara detak jantungnya. Aku menangis di pelukan ibu.
Aku bahagia akan pergi berlibur dengan Sinta untuk merayakan ulang tahun Sinta yang tinggal 2 hari lagi, setelah Tari tahu aku telah menikahi Sinta, Tari menerima pernikahan kedua ku, Tari memang wanita yang luar biasa, Aku bangga memilikinya. Saat Aku dan Sinta bersiap untuk pergi ke bandara, Gilang menghubungiku bahwa Tari hamil. Tidak bisa ku pungkiri kebahagiaanku seperti berlipat-lipat. Aku memiliki dua istri yang Aku cintai juga aku akan memiliki anak lagi. Sinta juga nampak bahagia mendengar Tari hamil, namun Aku lihat matanya berkaca-kaca di balik senyumnya."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?" Tanyaku kepada Sinta yang mencoba untuk terus tersenyum."Aku tidak bersedih, Mas. Ini air mata kebahagiaan, Tari bergitu beruntung, dia sudah memiliki 2 anak yang lucu-lucu dan kini dia tengah hamil. Andaikan aku bisa semudah itu bisa hamil." Jawab Sinta dengan nada suara penuh harap."Kamupun akan segera hamil dan melahirkan anak-anakku yang lucu dan sehat," ucapku sembari mencium k
Aku segera melajukan mobilku, mencari mobil Tari. Aku mengkhawatirkan dirinya mengendarai mobil dengan kondisinya yang tengah hamil saat ini terlebih dengan suasana hati yang kacau.Ku lihat mobil berwarna merah yang ku cari tengah terparkir di taman kota. Aku segera memarkirkan kendaraanku dan bergegas mencari Tari.Wanita yang ku cari sedang duduk di kursi taman, sembari tersenyum memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain dan mengelus-elus perutnya. Sepertinya Tari tidak menyadari keberadaanku disini. "Bayi Kita akan tumbuh sehat dan lucu seperti Nada dan Rangga, Dek." Ucapku kepada Tari dan mengelus perutnya."Kenapa kamu kesini Mas?" Tari masih sangat ketus menjawabku."Karena aku mengkhawatirkanmu dan anak kita ini." "Apa benar kamu mengkhawatirkanku?""Kenapa kamu bertanya seperti itu, Dek?" "Baru beberapa saat yang lalu kamu membela Sinta, lalu kamu sekarang mengkhawatirkanku? Kemana kamu Mas saat ibu menyuruhmu pulang tetapi kamu tidak datang?" "Aku bersama Sinta,
POV Rendra 3"Apa? Tari keguguran?" Jawabku dan Sinta berbarengan saat mendengar ucapan dari Ibu."Kemarin sore Tari tiba-tiba pendarahan, ibu segera membawanya ke rumah sakit, namun sayang cucu ketiga ibu tidak bisa di selamatkan, dan semua ini salah wanita ini!" Ibu menunjuk Sinta dengan penuh kebencian.Sinta tampak kebingungan apa yang dia lakukan hingga ibu menuduhnya menjadi sebab Tari keguguran. "Kenapa Sinta Bu? Aku tidak pernah mengganggu Tari, aku bahkan selalu mendoakan Tari dan bayinya agar sehat selalu." Jawab Sinta."Kamu sudah merusak kebahagiaan Tari, kamu mengambil suaminya, Tari terpaksa harus berbagi suami denganmu. Kamu ini sok polos atau memang benar-benar b*doh!" Sinta menundukkan kepalanya dan memegang dadanya, mungkin dia merasakan sakit karena kata-kata ibu kepadanya terlalu kasar."Sudah Bu, jangan salahkan Sinta atas semua yang terjadi kepada Tari. Ini semua sudah Takdir." Ujarku menenangkan ibu agar tidak terus menerus menyalahkan Sinta."Matamu sudah d
POV SintaKejadian di kafe pesona membuatku merasakan takut yang luar biasa, namun aku sadari bahwa apa yang di lakukan oleh Indri dan Vina sudah umum dilakukan terhadap wanita yang di cap sebagai pelakor.Perbuatanku kepada Tari memang tidak bisa di benarkan, aku menikah dengan suaminya dan tidak bisa hidup tanpa Mas Redra sekarang. Namun Aku tetap merasa tidak merebut sesuatu dari siapapun, kami berdua saling mencintai sudah selayaknya kami bersama bukan?Setelah vidio di kafe itu viral aku semakin merasa takut, bahkan untuk ke luar dari apartemenku aku tidak berani. Hingga telepon panggilan dari orang yang tak ku kenal meneleponku dan memberikan kabar bahwa Mas Rendra kecelakaan, tanpa fikir panjang atau menghubungi Mas Rendra dulu aku bergegas keluar dari apartemenku. Saat Aku sedang menuju halte bus tiba-tiba ada segerombolan ibu-ibu dengan wajah penuh amarah menarikku ke tempat yang sepi. Sepertinya mereka memang dengan sengaja menungguku.Hinaan dan cacian untukku keluar dari
"Tari.." ucap Mas Rendra tertahan.Sejenak Mas Rendra terdiam ,terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu. Aku menggertaknya, selama pernikahan kami baru kali ini Aku meninggikan suara di hadapannya."Kenapa, Mas? Apa kamu pikir Aku bisa terus diam dan menurut apa yang kamu katakan dan perbuat?" "Maafkan Aku. Aku mungkin sudah terlalu menyakiti dirimu sehingga membuatmu berubah seperti ini." "Aku juga ingin tahu, Mas. Salahku apa? Hingga kamu bisa setega ini kepadaku? Apakah selama pernikahan kita ada ucapanku yang menyinggungmu? Apakah ada perbuatanku yang tidak menyenangkanmu? Ataukah pelayananku kepadamu yang kurang Mas?" Ucapku dengan bibir bergetar semua isi hatiku aku curahkan kepadanya."Tidak, Tari. Sepanjang kamu menjadi istriku, kamu dengan baik dan sempurna menjalankan peranmu sebagai istri. Kamu sama sekali tidak memiliki kesalahan apapun." "Lalu kenapa kamu menduakan cinta kita, Mas? Kenapa kamu membawa Sinta ke dalam bahtera rumah tangga kita? Hah, jawab!" Mas Rendra
Sudah 25 hari Mas Renda dan aku bersama, namun tetap tak ku lihat sinar cinta untukku di matanya itu. Entah aku harus melakukan apa agar bisa mengembalikan lagi cinta suamiku untukku. Semenjak kami bersama hanya 1 kali kami melakukan hubungan suami istri, di hotel malam itu.Kami memutuskan pulang setelah menghabiskan waktu berdua di vila keluarga kami, vila keluarga kami yang ada di daerah Bogor, dengan udara yang masih sejuk dan banyak pohon rindang sangat bisa menyegarkan pikiran."Mas, kita mampir dulu beli oleh-oleh untuk ibu dan anak-anak.""Hmmm.." Mas Rendra hanya menjawab dengan gumaman sambil terus menyetir mobil.Setelah selesei membeli oleh-oleh kami bergegas untuk segera ke kota, kami berdua merindukan Nada dan Rangga. Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan di antara kami, Mas Rendra hanya fokus menyetir.Rumah 2 lantai bercat putih itu akhirnya terlihat, kami sudah sampai di rumah. Ibu sedang sibuk bermain dengan si kecil Rangga. Melihat mobil kami yang memasuki pekara
"Jauhi Anakku!"Sinta menatapku ketika aku mengatakan agar dia menjauhi Nada. Nada sudah tenang duduk di ruang tamu sambil menonton tv dan memakan coklat. Aku berusaha setenang mungkin berbicara kepada maduku ini yang sudah terlihat tabiat aslinya."Bukankah anak-anak Mas Redra bearti menjadi anak-anakku juga?" "Jangan seenaknya bicara, kamu tidak ada hak untuk mereka berdua!" "Aku juga istrinya Mas Rendra, Tari. Aku juga ibu dari kedua anak Mas Redra.""Heh.. kamu hanya istri siri, jangan banyak bertingkah, Aku masih sabar. Aku bisa menuntutmu dan Mas Redra kapan saja jika kamu masih mendekati anakku!" Sinta terdiam mendengar jawabanku, dia tidak menjawab lagi seperti sebelumnya, wajahnya terlihat kalah. Wajah polosnya itu kembali dia tampakkan, sungguh sangat memuakkan."Tari... Aku mohon, biarkan Nada bersama denganku dan Mas Rendra, kamu masih memiliki Rangga dan kamu masih bisa hamil lagi. Sedangkan Aku, untuk memiliki anak saja sangat sulit."Aku mendecak dan tersenyum sinis