Aku setengah berlari menuju mobilku, Indri dan Vina mengejarku, aku tidak memperdulikan mereka, mereka sudah sangat membuat kesal hari ini."Tunggu Tari, jangan marah kepada kami, Kami hanya membelamu." Ucap Indri kepadaku sambil menahan ku untuk pergi."Membelaku bagaimana, Indri? Malah aku jadi melihat kemesraan suamiku dengan wanita itu, suamiku malah melindunginya dari seranganmu. Itu membuatku sakit!""Wanita itu pantas mendapatkannya, Tari. Kami bertiga tahu kamu hanya akan diam saja jika ada yang menyakitimu, kami yang akan melakukan hal yang seharusnya dilakukan.""Tidak.. Sinta tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu oleh kalian!" Tiba-tiba suara bariton itu menyela ucapan Indri, Mas Rendra sudah berdiri tepat di belakang Indri dan Vina."Disini yang salah adalah Aku, Aku mencintai Sinta, Aku yang mengejarnya, jadi kalian berdua jangan coba-coba untuk menyakitinya lagi!"Indri dan Vina tampak sangat kesal, mereka mengepalkan kedua tangannya mendengarkan ucapan Mas Red
Mas Rendra menghampiriku dengan wajah yang gelisah, Aku mengerti pasti Mas Rendra pun telah mengetahui vidionya bersama Sinta yang sedang Viral itu."Apa kamu sudah tahu mengenai vidio itu?" Tanyanya kepadaku tanpa basa basi."Sudah." "Siapa temanmu yang menyebarkan itu? Pasti Indri?""Bukan teman-temanku, Mas. Aku sudah memastikannya.""Mereka pasti berbohong, siapa lagi jika bukan mereka? Kamu jangan menutupi kesalahan mereka, Tari." Aku tercenung mendengarkan perkataan Mas Rendra, dia menuduhku dan teman-temanku."Mas, aku sudah kasih tahu kamu, jika kamu tidak percaya ya terserah kamu, silahkan cari tahu sendiri siapa yang menyebarkan vidio itu, tidak ada keuntungan yang aku dapat dari mempermalukan kalian berdua! Sekali lagi jangan menuduhku ataupun teman-temanku, Mas, kami bukan pembohong sepertimu!" Ucapku kesal.Mas Rendra mencebikkan bibirnya dan berlalu pergi meninggalkanku dengan emosi. Mungkin dia tersinggung dengan apa yang baru aku ucapkan tadi. Memang benar jika ada l
Tiba-tiba aku merasakan dingin yang luar biasa, kepalaku pusing, dan pandanganku menjadi gelap. Sayup aku dengar ibu menganggil-manggilku, namun semua menjadi gelap. Aku sudah tidak sadarkan diri.Khas bau rumah sakit tercium olehku, pandanganku yang kabur perlahan menjadi jelas. Perutku sudah tidak merasakan sakit lagi, Aku teringat terakhir darah segar keluar membasahi kakiku. "Bayiku." Sontak aku memegang perutku, rasa sedih menghinggapi diriku.Ibu yang menyadari aku sudah tersadar langsung menghampiriku. "Tari, kamu sudah merasa baikan?" "Bu, apa yang terjadi dengan kandunganku? Apakah bayiku baik-baik saja?" Bukannya menjawab ibu malah memelukku erat dan mengelus rambutku."Bu jawab, kenapa dengan kandunganku?" Tanyaku lagi dengan air mata yang mulai membasahi kedua mataku."Kamu keguguran,Nak." Ucapan ibu seperti tamparan keras untukku, walau bukan kehamilan pertama tetap aku merasakan kesedihan, terlebih sudah ku dengar suara detak jantungnya. Aku menangis di pelukan ibu.
Aku bahagia akan pergi berlibur dengan Sinta untuk merayakan ulang tahun Sinta yang tinggal 2 hari lagi, setelah Tari tahu aku telah menikahi Sinta, Tari menerima pernikahan kedua ku, Tari memang wanita yang luar biasa, Aku bangga memilikinya. Saat Aku dan Sinta bersiap untuk pergi ke bandara, Gilang menghubungiku bahwa Tari hamil. Tidak bisa ku pungkiri kebahagiaanku seperti berlipat-lipat. Aku memiliki dua istri yang Aku cintai juga aku akan memiliki anak lagi. Sinta juga nampak bahagia mendengar Tari hamil, namun Aku lihat matanya berkaca-kaca di balik senyumnya."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?" Tanyaku kepada Sinta yang mencoba untuk terus tersenyum."Aku tidak bersedih, Mas. Ini air mata kebahagiaan, Tari bergitu beruntung, dia sudah memiliki 2 anak yang lucu-lucu dan kini dia tengah hamil. Andaikan aku bisa semudah itu bisa hamil." Jawab Sinta dengan nada suara penuh harap."Kamupun akan segera hamil dan melahirkan anak-anakku yang lucu dan sehat," ucapku sembari mencium k
Aku segera melajukan mobilku, mencari mobil Tari. Aku mengkhawatirkan dirinya mengendarai mobil dengan kondisinya yang tengah hamil saat ini terlebih dengan suasana hati yang kacau.Ku lihat mobil berwarna merah yang ku cari tengah terparkir di taman kota. Aku segera memarkirkan kendaraanku dan bergegas mencari Tari.Wanita yang ku cari sedang duduk di kursi taman, sembari tersenyum memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain dan mengelus-elus perutnya. Sepertinya Tari tidak menyadari keberadaanku disini. "Bayi Kita akan tumbuh sehat dan lucu seperti Nada dan Rangga, Dek." Ucapku kepada Tari dan mengelus perutnya."Kenapa kamu kesini Mas?" Tari masih sangat ketus menjawabku."Karena aku mengkhawatirkanmu dan anak kita ini." "Apa benar kamu mengkhawatirkanku?""Kenapa kamu bertanya seperti itu, Dek?" "Baru beberapa saat yang lalu kamu membela Sinta, lalu kamu sekarang mengkhawatirkanku? Kemana kamu Mas saat ibu menyuruhmu pulang tetapi kamu tidak datang?" "Aku bersama Sinta,
POV Rendra 3"Apa? Tari keguguran?" Jawabku dan Sinta berbarengan saat mendengar ucapan dari Ibu."Kemarin sore Tari tiba-tiba pendarahan, ibu segera membawanya ke rumah sakit, namun sayang cucu ketiga ibu tidak bisa di selamatkan, dan semua ini salah wanita ini!" Ibu menunjuk Sinta dengan penuh kebencian.Sinta tampak kebingungan apa yang dia lakukan hingga ibu menuduhnya menjadi sebab Tari keguguran. "Kenapa Sinta Bu? Aku tidak pernah mengganggu Tari, aku bahkan selalu mendoakan Tari dan bayinya agar sehat selalu." Jawab Sinta."Kamu sudah merusak kebahagiaan Tari, kamu mengambil suaminya, Tari terpaksa harus berbagi suami denganmu. Kamu ini sok polos atau memang benar-benar b*doh!" Sinta menundukkan kepalanya dan memegang dadanya, mungkin dia merasakan sakit karena kata-kata ibu kepadanya terlalu kasar."Sudah Bu, jangan salahkan Sinta atas semua yang terjadi kepada Tari. Ini semua sudah Takdir." Ujarku menenangkan ibu agar tidak terus menerus menyalahkan Sinta."Matamu sudah d
POV SintaKejadian di kafe pesona membuatku merasakan takut yang luar biasa, namun aku sadari bahwa apa yang di lakukan oleh Indri dan Vina sudah umum dilakukan terhadap wanita yang di cap sebagai pelakor.Perbuatanku kepada Tari memang tidak bisa di benarkan, aku menikah dengan suaminya dan tidak bisa hidup tanpa Mas Redra sekarang. Namun Aku tetap merasa tidak merebut sesuatu dari siapapun, kami berdua saling mencintai sudah selayaknya kami bersama bukan?Setelah vidio di kafe itu viral aku semakin merasa takut, bahkan untuk ke luar dari apartemenku aku tidak berani. Hingga telepon panggilan dari orang yang tak ku kenal meneleponku dan memberikan kabar bahwa Mas Rendra kecelakaan, tanpa fikir panjang atau menghubungi Mas Rendra dulu aku bergegas keluar dari apartemenku. Saat Aku sedang menuju halte bus tiba-tiba ada segerombolan ibu-ibu dengan wajah penuh amarah menarikku ke tempat yang sepi. Sepertinya mereka memang dengan sengaja menungguku.Hinaan dan cacian untukku keluar dari
"Tari.." ucap Mas Rendra tertahan.Sejenak Mas Rendra terdiam ,terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu. Aku menggertaknya, selama pernikahan kami baru kali ini Aku meninggikan suara di hadapannya."Kenapa, Mas? Apa kamu pikir Aku bisa terus diam dan menurut apa yang kamu katakan dan perbuat?" "Maafkan Aku. Aku mungkin sudah terlalu menyakiti dirimu sehingga membuatmu berubah seperti ini." "Aku juga ingin tahu, Mas. Salahku apa? Hingga kamu bisa setega ini kepadaku? Apakah selama pernikahan kita ada ucapanku yang menyinggungmu? Apakah ada perbuatanku yang tidak menyenangkanmu? Ataukah pelayananku kepadamu yang kurang Mas?" Ucapku dengan bibir bergetar semua isi hatiku aku curahkan kepadanya."Tidak, Tari. Sepanjang kamu menjadi istriku, kamu dengan baik dan sempurna menjalankan peranmu sebagai istri. Kamu sama sekali tidak memiliki kesalahan apapun." "Lalu kenapa kamu menduakan cinta kita, Mas? Kenapa kamu membawa Sinta ke dalam bahtera rumah tangga kita? Hah, jawab!" Mas Rendra