POV SintaAku bahagia sehari penuh menghabiskan waktu bersama Mas Rendra, merengkuh kebahagiaan bersamanya. Terasa waktu cepat sekali berlalu. Aku melayaninya sepenuh hati agar Mas Rendra merasa bahagia bersamaku. Aku bersiap memakai pakaian terbaikku, aku memakai dress berwarna pink muda di padu dengan pashmina yang senada, aku rias wajahku secantik mungkin, karena Mas Rendra berencana untuk mengajakku kesuatu tempat dan memberiku kejutan, entah apa yang akan dia berikan kepadaku, aku sungguh penasaran.Mobil yang Mas Rendra bawa memasuki pelataran Masjid kota, Masjid megah dengan warna putih dan taman yang indah di pelataran."Mas, kenapa kita ke sini?" Tanyaku pada lelaki di sampingku ini."Nanti juga kamu tahu, bersabarlah." Aku menganggukkan kepala pertanda aku bisa diam dan bersabar untuk kejutannya. Mas Rendra segera turun dan membukakan pintu mobil untukku, menggenggam tanganku dan mengajakku masuk ke dalam. Begitu sampai di depan pintu aku terkejut, sudah siap tempat untuk
Sudah 3 bulan ini Aku lihat Mas Rendra selalu sibuk, entah pulang malam atau sampai menginap di luar kota beberapa hari. Hubungan kami terasa semakin jauh, bahkan Mas Rendra sudah jarang menyentuhku, dalam 1 bulan hanya 1 atau 2 kali kami melakukan hubungan suami istri. Anak-anak pun mulai sering menanyakan Ayahnya yang jarang berada di rumah sekarang.Sebagai istri aku mencoba untuk selalu tetap berfikir positif, mengerti kesibukannya dan selalu mendukungnya. Toh tidak mungkin jika Mas Rendra sampai menduakanku? Aku sama sekali tidak akan berburuk sangka kepada suamiku. Seperti pagi ini, aku lihat suamiku tengah sibuk dengan laptopnya, entah apa yang dia kerjakan di benda itu. Tetapi sesekali aku melihatnya tersenyum."Mas, 3 hari lagi kan Anniversary kita yang 10 tahun, apakah kita akan merayakan seperti tahun-tahun sebelumnya?" Tanyaku kepadanya, Mas Rendra langsung terdiam sejenak, menutup laptopnya dan menatapku."Kita akan merayakan Anniversary kita seperti biasa, Sayang. Hot
Setalah penghianatannya terbongkar, Aku terpaksa menerima pernikahan kedua Mas Rendra dengan Sinta. Soal hati sudah pasti sangat sakit karena suamiku telah tega menikahi sahabatku sendiri dengan diam-diam.Aku mengambil keputusan berat ini demi kedua anakku, agar kedua anakku tidak menjadi anak korban perceraian.Pesta anniversary kami gagal begitu saja, aku sama sekali tidak bersemangat untuk merayakan apapun. Semua yang sudah direncanakan batal begitu saja. Aku menceritakan semua kepada sahabatku Seva lewat telepon karena Seva sedang ada di luar kota. Dari ketiga sahabatku Seva lah yang paling bisa menjaga rahasia dan paling pengertian. "Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Tar?" Tanya Seva setelah aku ceritakan semuanya dan memutuskan untuk berbagi suami."Demi anak-anakku, Va. Aku akan mencoba menerima pernikahan Mas Redra dan Sinta." "Tari, seumur hidup itu terlalu lama, melihat suamimu bermesraan dengan wanita lain itu sangat tidak mudah, pikirkan juga tentang dirimu, kebahagi
Di kamar mandi kafe aku tergugu dengan berusaha keras menahan suara tangisku agar tidak seorangpun mendengar suara tangisanku. Aku terngiang-ngiang oleh ucapan Indri, memang benar Mas Rendra sekarang seperti tidak peduli kepadaku, saat mengetahui Aku hamilpun Mas Rendra hanya meneleponku, entah sedang kemana dia saat ini? Setelah puas aku meluapkan beban di dadau, Aku segera menghapus jejak tangisanku dan membubuhkan sedikit bedak ke wajahku, setelah di rasa cukup aku kembali ke meja di mana teman-temanku berada. Aku berusaha bersikap baik-baik saja dengan senyuman yang menghiasi wajahku, Aku kembali duduk di antara teman-temanku. "Kamu yakin, Tar. Jika Redra sedang sibuk bekerja ke luar kota?" Tanya Indri mendadak dengan ekspresi kesal. "Iya, memang Mas Redra sedang ke luar kota, kenapa Ndri?" Jawabku mencoba meyakinkan Indri. "Jika Redra benar di luar kota, lalu lelaki yang ada di sana siapa? Apa itu kembarannya Renda?" Ujar Vina sambil menunjuk ke arah belakangku. Aku yang mas
Aku setengah berlari menuju mobilku, Indri dan Vina mengejarku, aku tidak memperdulikan mereka, mereka sudah sangat membuat kesal hari ini."Tunggu Tari, jangan marah kepada kami, Kami hanya membelamu." Ucap Indri kepadaku sambil menahan ku untuk pergi."Membelaku bagaimana, Indri? Malah aku jadi melihat kemesraan suamiku dengan wanita itu, suamiku malah melindunginya dari seranganmu. Itu membuatku sakit!""Wanita itu pantas mendapatkannya, Tari. Kami bertiga tahu kamu hanya akan diam saja jika ada yang menyakitimu, kami yang akan melakukan hal yang seharusnya dilakukan.""Tidak.. Sinta tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu oleh kalian!" Tiba-tiba suara bariton itu menyela ucapan Indri, Mas Rendra sudah berdiri tepat di belakang Indri dan Vina."Disini yang salah adalah Aku, Aku mencintai Sinta, Aku yang mengejarnya, jadi kalian berdua jangan coba-coba untuk menyakitinya lagi!"Indri dan Vina tampak sangat kesal, mereka mengepalkan kedua tangannya mendengarkan ucapan Mas Red
Mas Rendra menghampiriku dengan wajah yang gelisah, Aku mengerti pasti Mas Rendra pun telah mengetahui vidionya bersama Sinta yang sedang Viral itu."Apa kamu sudah tahu mengenai vidio itu?" Tanyanya kepadaku tanpa basa basi."Sudah." "Siapa temanmu yang menyebarkan itu? Pasti Indri?""Bukan teman-temanku, Mas. Aku sudah memastikannya.""Mereka pasti berbohong, siapa lagi jika bukan mereka? Kamu jangan menutupi kesalahan mereka, Tari." Aku tercenung mendengarkan perkataan Mas Rendra, dia menuduhku dan teman-temanku."Mas, aku sudah kasih tahu kamu, jika kamu tidak percaya ya terserah kamu, silahkan cari tahu sendiri siapa yang menyebarkan vidio itu, tidak ada keuntungan yang aku dapat dari mempermalukan kalian berdua! Sekali lagi jangan menuduhku ataupun teman-temanku, Mas, kami bukan pembohong sepertimu!" Ucapku kesal.Mas Rendra mencebikkan bibirnya dan berlalu pergi meninggalkanku dengan emosi. Mungkin dia tersinggung dengan apa yang baru aku ucapkan tadi. Memang benar jika ada l
Tiba-tiba aku merasakan dingin yang luar biasa, kepalaku pusing, dan pandanganku menjadi gelap. Sayup aku dengar ibu menganggil-manggilku, namun semua menjadi gelap. Aku sudah tidak sadarkan diri.Khas bau rumah sakit tercium olehku, pandanganku yang kabur perlahan menjadi jelas. Perutku sudah tidak merasakan sakit lagi, Aku teringat terakhir darah segar keluar membasahi kakiku. "Bayiku." Sontak aku memegang perutku, rasa sedih menghinggapi diriku.Ibu yang menyadari aku sudah tersadar langsung menghampiriku. "Tari, kamu sudah merasa baikan?" "Bu, apa yang terjadi dengan kandunganku? Apakah bayiku baik-baik saja?" Bukannya menjawab ibu malah memelukku erat dan mengelus rambutku."Bu jawab, kenapa dengan kandunganku?" Tanyaku lagi dengan air mata yang mulai membasahi kedua mataku."Kamu keguguran,Nak." Ucapan ibu seperti tamparan keras untukku, walau bukan kehamilan pertama tetap aku merasakan kesedihan, terlebih sudah ku dengar suara detak jantungnya. Aku menangis di pelukan ibu.
Aku bahagia akan pergi berlibur dengan Sinta untuk merayakan ulang tahun Sinta yang tinggal 2 hari lagi, setelah Tari tahu aku telah menikahi Sinta, Tari menerima pernikahan kedua ku, Tari memang wanita yang luar biasa, Aku bangga memilikinya. Saat Aku dan Sinta bersiap untuk pergi ke bandara, Gilang menghubungiku bahwa Tari hamil. Tidak bisa ku pungkiri kebahagiaanku seperti berlipat-lipat. Aku memiliki dua istri yang Aku cintai juga aku akan memiliki anak lagi. Sinta juga nampak bahagia mendengar Tari hamil, namun Aku lihat matanya berkaca-kaca di balik senyumnya."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?" Tanyaku kepada Sinta yang mencoba untuk terus tersenyum."Aku tidak bersedih, Mas. Ini air mata kebahagiaan, Tari bergitu beruntung, dia sudah memiliki 2 anak yang lucu-lucu dan kini dia tengah hamil. Andaikan aku bisa semudah itu bisa hamil." Jawab Sinta dengan nada suara penuh harap."Kamupun akan segera hamil dan melahirkan anak-anakku yang lucu dan sehat," ucapku sembari mencium k
Setelah puas menikmati malam yang panas, Rindu dan Yash saling menatap langit-langit hotel."Yash, apakah yang kita lakukan ini benar?" "Tentu saja benar, sayang. Aku mencintaimu." "Seharusnya kamu menghabiskan malam pertama dengan Azura. Hiks." Rindu menangis meratapi kenyataan bahwa Yash sudah beristri tapi malah menghabiskan malam bersamanya. "Hai.. hai dengarkan Aku. Aku punya tujuan lain menikahi Azura. Aku sama sekali tidak mencintainya." "Kenapa kamu seperti ini Mas?""Itu karena ornagtua Azura yang sudah mengahancurlan masa kecilku, Rin." "Apa? Tante Tari dan Om Mozhaf memang mereka melakukan apa." Akhirnya Mozhaf menceritakan semuanya kepada Rindu. Rindu sangat terkejut ternyata meraka masih memiliki hubungan di masa lalu. "Yash.. apa kamu sudah gila?" Rindu mendorong Yash setelah mendengar ceritanya."Biarlah aku melakukan urusan balas dendamku, Rin. Cintaku tetaplah kamu, tolong jangan campuri rencanaku dan tetap bahagia bersamaku." "Tapi.. Azura tidak bersalah."
Satu jam sebelum ijab qobul Yash dan Azura.Setelah semalam berkabar dengan penuh penyesalan kepada Azura bahwa Rindu tidak bisa datang di acara pernikahannya, Rindu sudah berada di bandara untuk menunggu pesawat yang akan dia naiki menuju Bali."Kenapa begitu mendadak acara bedah buku ini ya? Pas sekali di acara pernikahan Adikku." Cicit Rindu ketika sudah menunggu jadwal keberangkatannya. Tapi karena sedang ada masalah di pesawat yang akan Rindu naiki, maka penerbangan akan delay selama enam jam untuk proses perbaikan. Rindu begitu senang, dengan delaynya pesawat, jadi dirinya bisa menghadiri pernikahan Azura dan ikut berbahagia bersama adiknya itu."Zura, Kaka datang, Kaka ingin ikut hadir dalam acara bahagiamu." Rindu segera mengendarai mobilnya ke rumah Tari dan Mozhaf dimana acara pernikahan Azura berlangsung. Sekitar dua puluh menit Rindu mengendarai akhirnya Rindu sampai di rumah Tari dan Mozhaf.Tari yang melihat Rindu datang begitu bahagia, menyambut Rindu dengan hangat b
Azura dan keluarganya sibuk mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan besok, hanya beberapa tamu undangan yang akan menghadiri acara pernikahan Azura dan Yash.Sesuai permintaan Yash, acara di laksanakan di rumah Azura dan tidak mengadakan acara besar-besaran. Tari dan Mozhaf mengikuti semua permintaan Yash asal nanti Azura bisa berbahagia.Namun tampak Azura tidak bersemangat, wajahnya terlihat sedih dan murung. Tari yang menyadari itu langsung mengajak Azura untuk berbicara di kamarnya."Nak, ada apa denganmu? Harusnya kamu bahagia besok hari pernikahanmu." Tanya Tari saat sudah berada di kamar pengantin Azura."Ma, apakah Mas Yash sesibuk itu? Sampai selama seminggu ini kami tidak bertemu? Bahkan Mas Yash meminta temannya yang menyerahkan sesesahan itu. Bahkan pas fitting baju Mas Yash tidak hadir, sepertinya pernikahan ini tidak membuatnya senang." Azura tertunduk sedih, bulir bening menetes dari pipinya. Azura yang memiliki hari lembut, sangat kecewa dengan sikap dari Yash
"Tuan, apakah kita akan memberitahu ornagtua Tuan dan kakek bahwa Tuan akan segera menikah?" Tanya Baim sembari menyetir.Yash mendekati Baim dan memukul kepala Baim dengan cukup keras walau tidak terlalu sakit."Apa kau sudah gila, Im? Ini pernikahan jebakan, orangtua dan kakek ku tidak harus tahu!" "Baik Tuan, maafkan saya." "Kamu juga harus merahasiakan ini, mengerti Im?" "Baik Tuan." Baim kembali serius menyetir, agar bisa membawa mobil mewah Tuannya dengan nyaman.Yash kembali menatap kearah luar mobil, kecupan yang Azura berikan tadi masih terbayang di pikirannya. Tiba-tiba ponsel Yash berdering. Tertera naman Cintaku di sana. Bayang-bayang Azura seketika hilang saat Yash melihat panggilan telepon itu dan segera menerima telepon itu."Halo , sayang. Maaf Aku terlalu sibuk jika tidak bisa menghubungimu." Wanita di sebrang sana yang sedang bertelepon dengan Yash pun dengan lembut menjawab. (Tidak apa-apa sayang. Kamu pasti sibuk setelah pelantikan CEO dan kebebasan ibumu."
"Mama, papa. Mas Yash sudah datang."Deg.. Yash sangat terkejut, Azura ternyata menyiapkan makan malam bersama kedua orangtuanya yaitu Tari dan Mozhaf. Yash masih belum siap untuk bertemu dengan mereka berdua yang begitu Yash benci.Yash terdiam, sejujurnya Yash belum siap untuk bertemu kedua orangtua Azura. Tetapi gadis berjilbab di depannya itu justru sudah membawa kedua orangtuanya."Mas, kenalkan ini Papa dan Mama ku," Azura memberikan kode dengan mengedipkan sebelah matanya kepada orangtuanya. "Nak Yash, senang bertemu denganmu Nak. Kami orangtua Azura." Mozhaf sembari menyodorkan tangannya.Yash seolah muak dengan makan malam ini, tapi demi rencananya berhasil Yash harus bisa bertahan. "Saya Yash. Kekasih Azura, putri kalian." Mozhaf dan Tari saling pandang dan tersenyum, tampannya mereka bergitu bahagia saat Yash menyebut dirinya kekasih Azura. Begitupun Azura terlihat malu-malu."Azura beruntung bisa mendapatkan kekasih yang tampan sepertimu, nak." Cicit Tari setelah semua
Yash bersiap untuk menyambut kedatangan Mamanya, setelah dua puluh tahun berlalu, kini mamanya akan menginjakkan kakinya di rumah masa kecilnya lagi. Rasa rindu begitu menyeruak di hati Yash. Rumah telah di hias dengan begitu cantik atas ide dari Yash. Berbagai makanan kesukaan Nia juga sudah di siapkan. Yash sudah mulai memahami kondisi mamanya sejak berusia sepuluh tahun. Yash muda yang sudah begitu dewasa, dengan tegar sering mengunjungi mamanya di penjara, walau hanya sekedar berbagi cerita ataupun membawakan makanan kesukaan Nia.Setelah Yash lulus SMA, Nia sudah mulai melarang Yash menjenguknya ketika. Nia tidak ingin membuat citra Yash yang saat itu sudah masuk Universitas terbaik menjadi buruk hanya karena sering menemuinya.Yash menolak permintaan mamanya, sebab bagi Yash tidak bertemu dengan Mamanya adalah suatu siksaan. Tapi tekad Nia sudah bulat, Nia sama sekali tidak akan menemui Yash ketika Yash berkunjung. Rasa sedih mulai menghinggapi hatinya, sampai akhirnya Yash ha
Yash kecil menangis, tidak semua perkataan Ayah dan kakeknya Dia mengerti, tapi Yash cukup tahu bahwa ibunya tidak pergi bekerja melainkan di dalam penjara. "Mama.." Gumam Yash dan perlahan menutup pintu ruang kerja kakeknya.Yash kecil berjalan perlahan dengan airmata dan ingus yang keluar, walau sudah berulang kali Yash hapus dengan ujung bajunya. Yash kembali ke dalam kamarnya. Duduk diam di ranjang berbentuk perahu itu. "Siapa om Mozhaf itu? Hingga Mama rela berbuat apapun untuknya dan meninggalkan Yash sendiri?" "Mama salah apa hingga harus dipenjara? Bukankah di penjara itu untuk orang yang jahat? Tapi mama Yash bahkan orang jahat. Hiks." Yash menangis, anak sekecil itu masih banyak bingung dan tidak mengerti perkataan orang dewasa. Melihat Ayahnya menangis membuat Yash ketakutan. Yash takut di tinggal pergi Ayahnya juga setelah mamanya meninggalkannya begitu saja. Lelah menangis akhirnya Yash tertidur begitu saja. Masa depan Yash akan saling terhubung dengan kehidupan oran
"Sekarang jangan lagi coba untuk bertemu denganku lagi, Ayah!" Nia berucap dengan kedua netra yang membahas, hatinya begitu lara merasa Ayah yang selama ini membela dan melindunginya kini malah membiarkannya masuk penjara. "Ayah tahu, keadaan ini sangat berat dan sulit untuk kita tapi percayalah, apapun yang Ayah lakukan adalah yang terbaik untukmu, Nak." Pak Wijaya berdiri lalu berjalan ke arah putrinya yang sedari tadi tidak ingin duduk bersamanya lalu mencoba meraih tangan putrinya untuk membujuknya. Mendengar ucapan Ayahnya, Nia malah tertawa meledek, "Terbaik apanya Yah? Sekarang aku berada di penjara." Dalam benak Nia."Kini Aku berada di penjara , apakah ini yang Ayah harapkan?" Ucap Nia sembari mengibaskan tangan Ayahnya."Tentu bukan itu yang Ayah mau, Nak. A.. Ayah hanya ingin kamu tahu kesalahanmu. Bahwa perbuatan apapun semuanya ada konsekuensinya," "Cukup! Nia tidak ingin mendengar apapun yang Ayah ucapkan. Nia tidak bersalah, mas Mozhaf lah yang bersalah karena tela
Dalam ruangan sidang, Nia sudah memakai baju Oren dengan tangan di borgol dan berdiri di bagian podium terdakwa. Pengacara Nia sudah bersiap dengan segala pembelaannya nanti. Pak Wijaya juga sudah datang untuk melihat jalannya persidangan.Lukas juga sudah berada di kursi terdakwa. Walau bagaimanapun Lukas tetap terlibat dalam kejahatan yang Nia lakukan. Bahkan bisa di sebut Lukas sebagai kaki tangan dari Nia yang bertugas menjalankan tugas yang Nia berikan dengan imbalan sejumlah uang."Persidangan untuk terdakwa Nia Wijaya Kusuma dan Lukas Andrian akan segera di mulai. Silahkan untuk jaksa penuntut umum untuk menyebutkan tuntutannya." Ujar pak Hakim membuka persidangan dengan mengetuk palu."Baik pak hakim, saya jaksa Hendri mewakili tuntutan dari bapak Mozhaf untuk kejahatan yang sudah Ibu Nia lakukan dengan kaki tangannya Bapak Lukas dengan imbalan memberikan sejumlah uang atas perbuatan yang bapak Lukas lakukan. Semua bukti dan saksi sudah sangat jelas, kami harap ibu Nia dan Bap