Setelah selesei makan, Aku segera mandi dan menidurkan Rangga kembali. Setelah Rangga tidur Aku langsung menelepon suamiku untuk menanyakan kabar Sinta.
"Assalamualaikum, Mas. Gimana Sinta, sudah sadar belum ,Mas?"
"Waalaikumsalam, belum Dek. Ini tadi dokter sudah kunjungan, katanya masih pengaruh obat bius, jadi belum sadar."
"Aku kesana lagi ya Mas, pasti Mas belum makan, soalnya Mas Rendra tidak pernah selera untuk makan masakan luar."
"Mas sudah makan tadi beli di kantin, kamu nanti sore saja Dek kesininya, kamu istirahat dulu saja di rumah, jangan kecapekan nanti kamu malah yang sakit."
"Oh ya sudah, Mas, kalau begitu. Aku tutup dulu telponnya."
"Oke sayang," panggilanpun berakhir.
Ibu yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dan Mas Rendra, kemudian menghampiriku.
"Nak, Sinta itu teman kecilmu yang pernah kamu ceritakan itu?" Tanya Ibu mengingat tentang Sinta yang pernah Aku ceritakan dahulu.
"Iya Bu, loh ibu masih inget? Aku kan ceritanya sudah lama sekali."
"Ibu masih inget semua detailnya, saran ibu kamu jangan terlalu sering untuk membantunya, menurut ceritamu, dia sama sekali tidak mau mendengarkanmu, saat kamu mencoba menghalanginya menikahi suaminya."
"Iya betul Bu, tapi manusia bisa berubah kan Bu? Mungkin waktu itu Sinta salah paham dengan maksudku mengahalanginya menikah."
"Tari, kalau dia sahabatmu yang baik dia pasti akan mencaritahu dulu maksudmu melarangnya menikahi pria itu, bukan malah menuduhmu ingin merebut calon suaminya."
"Bu, sudahlah, mungkin Sinta saat itu tidak dapat berpikir jernih, karena baru ditinggal meninggal ibunya, dan dia sendirian, jadi dia pikir suaminya yang akan menjadi keluarganya nanti."
"Tetap saja Nak, wataknya itu sudah buruk, ibu mau kamu jangan terlalu dekat dengannya, cukup kamu membantunya sampai ia keluar dari rumah sakit."
"Buu.." Aku memeluk mertuaku agar bisa tenang.
"Tari tahu maksud ibu, ibu sangat menyayangi Tari hingga ibu tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada hidup Tari dan Mas Rendra. Tapi Tari bisa menjaga rumah tangga Tari dengan baik, tentunya dengan doa dari ibu juga," ucapku kepada ibu mertuaku dengan lembut.
"Baiklah nak, kamu memang berhati baik, ibu beruntung memiliki menantu sepertimu."
"Justru aku yang sangat beruntung Bu, memiliki ibu mertua yang super baik dan penyayang seperti ibu," ucapku sambil bergelayut manja pada ibu mertuaku itu.
Aku dan Bu Retno memang tidak terlihat seperti menantu dan mertua tapi seperti anak dan ibu kandung, Bu Retno sama sekali tidak pernah menggosipkan menantunya, Bu Retno hanya selalu memuji menantunya ini di depan para tetangga.
-------------------------------------------------------------
Di rumah sakit Mas Rendra menunggu Sinta siuman, sambil mengecek pekerjaannya lewat laptop yang telah Gilang bawa tadi setelah mengantarkanku pulang. Mas Rendrapun telah menganggap Sinta sebagai saudaranya Tari.
Jika Sinta sudah siuman, Kami berencana untuk melaporkan kasus ini ke polisi agar Ferdi mendapatkan hukuman atas semua perbuatannya kepada Sinta, Aku seperti garda terdepan untuk Sinta, karena Sinta sudah tidak memiliki siapapun kecuali Aku temannya.
Sinta dengan lemah menggerakkan jarinya, dia mengaduh sakit, tampak masih begitu lemah.
Saat siuman nama Tari yang di sebut pertama kali oleh Sinta."Tari.." ucap Sinta lemah.
"Sinta, kamu mencari Tari?"
Rendra segera menyadari bahwa Sinta telah siuman dan bergegas menghampirinya.
"Tari sudah pulang, sebentar lagi dia kesini, kamu butuh apa, Sinta?" tanya Rendra.
Bukannya menjawab pertanyaan Rendra, Sinta malah memangis, badannya terasa sakit semua, dia memegang perutnya mendadak tangisnya berhenti, Sinta mengingat tentang kandungannya.
"Gi.. gimana kandunganku, Mas?" tanya Sinta dengan wajah penuh harap jika kandungannya selamat.
"Hmm.. itu nanti dokter saja yang akan menjelaskannya, kamu tenang dulu biar aku panggil dokter,"Rendra bergegas ke ruangan dokter setelah menenangkan Sinta.
Beberapa menit kemudian Rendra datang bersama dokter, Rendra tidak tega memberitahukan semua kepada Sinta.
"Dokter.. bagaimana kandunganku? Apa baik -baik saja?" tanya Sinta penuh harap.
"Begini bu, kondisi ibu saat ke rumah sakit sangat memprihatinkan sekali, mungkin suami ibu melakukan pemukulan yang cukup keras di area perut, hingga janin meninggal, dan harus segera di kuretase untuk menyelamatkan nyawa ibu."
Seperti di sambar petir mendengar penjelasan dokter, Sinta hanya mematung dan menangis tanpa suara. Anak yang selama ini dia harapkan nyatanya telah meninggalkan dirinya bahkan sebelum anaknya terlahir di dunia.
"Dengan berat hati juga saya sampaikan kepada ibu, karena penganiayaan ini ibu kedepannya akan sulit untuk hamil lagi, kondisi rahim ibu menjadi sangat lemah, jika nanti ibu memaksa untuk hamil lagi maka nyawa ibu yang menjadi taruhannya." jelas dokter kembali.
Aku yang sudah beberapa waktu berada di ruangan itu, merasa prihatin dengan kondisi sahabatnya, Aku segera memeluk Sinta, Aku memahami sekali betapa terpuruknya sahabatku kini.
Di pelukanku, Sinta mencurahkan semua sedih hatinya, Sinta menangis sejadi-jadinya."Yang kuat Sinta, aku ada disini untuk kamu, kamu tidak sendirian," ucapku sembari menenangkan Sinta.
Sinta hanya menangis, dia tak sanggup berkata apa-apa lagi, dirinya merasa begitu hancur tahu bahwa kini dia akan sulit untuk mengandung.
Setelah beberapa waktu menangis kini Sinta terlihat cukup tenang walau belum mau berbicara apapun.
Mas Rendra dan Aku hanya saling pandang, mereka pun bingung bagaimana menghibur Sinta, Kami pun tahu betapa hancurnya hati Sinta saat ini.
"Sinta, ayo makan dulu, aku bawakan makanan dari rumah, ini masakan ibuku, masakannya enak sekali," ujarku sembari menyodorkan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut Sinta.
"Aku tidak ingin makan ,Tar."
"Tidak boleh begitu, ayo makan dulu, nanti kita beli eskrim stroberi kesukaanmu," celotehku membujuk Sinta.
"Kamu ini, memangnya aku anak kecil pakai di suap eskrim segala," jawab Sinta sembari menggelitik pinggangku.
"Memang kamu masih seperti anak kecil, ini buktinya disuruh makan saja tidak mau, ayo kalau mau makan aku belikan Eskrim, kalau gak mau makan eskrimnya untuk aku dan Mas Rendra saja."
Kini senyum merekah di bibir Sinta, Sinta sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik Tari, walau di masalalu dirinya pernah membuat Tari kecewa, tetapi kini Tari malah merawatnya.
"Baiklah, aku makan sedikit, tetapi janji yah , eskrimnya jangan kalian habiskan" jawab Sinta dengan senyum meledek.
"Oke, nanti aku belikan Eskrim yang banyak buat kita bertiga, ayo buka mulut aaaa," sembari menyuapkan nasi pada Sinta.
Kami bertiga menjadi tertawa bersama, Mas Redra yang melihat istrinya ini pintar sekali membujuk Sinta dengan cara uniknya pun ikut tertawa.
Betapa beruntungnya dia memiliki istri yang baik hati.Setelah selesei makan, Mas Rendra benar membelikan eskrim untuk Kami bertiga, tentunya dengan diam-diam tanpa sepengetahuan dari dokter.
Sambil santai, Mas Rendra dan Aku berusaha untuk membicarakan tentang Ferdi, karena perbuatannya Ferdi pantas untuk di jebloskan ke penjara.
"Hmm.. Sinta, kami berniat untuk melaporkan Ferdi ke polisi, kamu keberatan tidak?"
Sinta yang sedang menikmati eskrimnya lalu berhenti, dan menghela nafas panjang. Aku yang melihat ekspresi Sinta pun khawatir jika Sinta menolak saranku lagi seperti dulu
"Aku setuju jika kalian akan melaporkan Ferdi ke polisi, dia telah membunuh anakku, aku tidak bisa memaafkan itu, hiks." Sinta kembali menangis mengingat anaknya yang telah gugur.
Aku egera memeluk Sinta, dan mencoba untuk menenangkannya kembali. Ada rasa lega di hatiku, kini Sinta tidak menolak sarannya.
"Ferdi pasti akan mendapat balasan untuk semua perbuatannya kepadamu dan anakmu, Sin."
Setelah Sinta tertidur, Aku dan Mas Rendra membuat rencana untuk kehidupan Sinta ke depannya. Kami telah membuat laporan kepada polisi dengan bantuan Gilang. Gilang yang mengurus semuanya, polisi tinggal mencari keberadaan Ferdi dan menjebloskannya ke penjara.
"Mas, setelah ini Sinta tidak ada tempat untuk pulang, bagaimana jika Sinta tinggal di rumah kita dulu," ucapku memberi pendapat kepada Mas Rendra.
"Jika memang itu yang terbaik silahkan ,Dek. Dia juga akan merasa nyaman jika dekat dengan sahabatnya sendiri."
"Terima kasih ya, Mas. Selalu mendukungku, kamu memang support systemku yang terbaik," ucapku dengan begitu bahagia dan memeluk Rendra.
------------------------------------------
Tari yang begitu baik hati dan polos, tanpa sengaja membawa petaka yang akan merusak rumah tangganya sendiri, tanpa dia sadari.
Setelah Sinta membaik dan sudah bisa keluar rumah sakit, Aku dan Mas Rendra membawa Sinta kerumah Kami, Ibu Retno yang masih kurang setuju atas kehadiran Sinta di rumah tangga anak dan menantunya, tetap harus menerima walau berat di hati.Aku dan Mas Rendra bergegas membuat laporan kepada polisi, untuk semua hasil visum dan bukti dari rumah sakit dengan kasus KDRT kepada Sinta. Tak butuh waktu lama ,polisi berhasil menangkap Ferdi, dengan semua barang bukti Ferdi akhirnya bisa di jebloskan ke dalam penjara.Sinta yang mulai membaik, berusaha untuk berbaur dengan keluargaku dan Mas Rendra, mulai membantu memasak, menjaga anak-anak bahkan sampai membantu untuk bersih-bersih rumah."Sin.. kamu tidak usah repot untuk mengelap meja begitu, nanti si mbok yang akan membersihkannya," ucapku pada Sinta yang tengah membersihkan meja makan."Ini hanya pekerjaan kecil saja kok, Tar. Biar aku bisa gerak juga." Aku tak bisa menolaknya, sudah 1 Minggu Sinta di rumah ini, dia tidak bisa diam, ada s
Aku sangat bersyukur memiliki istri yang cantik , penuh perhatian , dan sangat baik. Kepeduliannya sangat besar, kepadaku, anak-anak dan ke Ibu mertuanya.Hatinya begitu lembut dan luas, Tari Setia Pertiwi wanita dengan spesifikasi Bidadari itu adalah istriku. Aku beruntung memilikinya.Suatu malam Tari menerima telepon dari sahabat lamanya, Sinta. Sinta mengabarkan bahwa dirinya sedang tidak berdaya karena mengalami KDRT dari suaminya, Tari yang memiliki hati lembut itu segera memintaku untuk mengantarkannya ke rumah Sinta. Benar saja, begitu kami tiba rumah mewah bergaya italy itu Sinta sudah terkapar lemah dengan luka cukup serius di sekujur tubuhnya. "Sinta.. Sinta.. apa yang terjadi kepadamu, hiks."Gurat sedih dan khawatir jelas terlihat dari wajah manis istriku.Aku dan Tari segera membawa Sinta ke rumah sakit. Aku segera mengurus lain-lain, dan bergegas menuju istriku yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu ICU. Ku lihat kelelahan di wajahnya. Aku menyuruhnya pulang ber
Sinta bergegas meninggalkan kafe dan segera masuk ke taksi. Dalam benaknya ingin segera membereskan semua barang miliknya dan meninggalkan rumah Tari, memang seharusnya Sinta pergi meninggalkan rumah sahabatnya itu sejak lama, tetapi karena merasakan hangatnya sebuah keluarga Sinta menjadi merasakan kenyamanan dan belum ingin pergi walau kondisi tubuhnya sudah pulih dan mantan suaminya Ferdi pun telah di penjara.Tapi kini Sinta harus segera meninggalkan rasa nyaman bersama keluarga Tari , demi untuk menghindari Rendra yang Sinta lihat tingkahnya makin aneh dan menggila. Sinta tidak habis fikir kenapa bisa seorang Rendra yang tadinya begitu setia dan mencintai istrinya kini malah terang-terangan mengatakan cinta kepadanya."Aku harus segera mencari tempat tinggal, untuk menjauhi Rendra." Gumamnya sembari melihat ke benda pipih yang dia pegang.Sinta mulai mencari-cari apartemen yang masih terjangkau untuk dia sewa. Walau selama ini Sinta tidak bekerja tetapi Sinta mempunyai tabungan y
POV Sinta Sudah 1 bulan sejak Mas Rendra mengantarkan Aku ke apartemen ini, dirinya seolah menghilang dariku. Sewaktu Tari dan Ibu Retno berkunjung kesini, Mas Rendra tidak turut serta."Maaf ya Sinta, Mas Rendra tidak bisa ikut kesini karena pekerjaannya banyak, dia sibuk bolak balik ke luar kota." Aku hanya mengangguk saat Tari memberitaku bahwa kamu sedang sibuk. Harusnya aku malah senang karena dengan begitu kamu tidak akan bersikap aneh lagi kepadaku.Mengenai Apartemen ini yang kau beli untukku, aku tidak memberitahukan kepada Tari. Aku tidak ingin menyakiti hatinya, aku katakan jika aku sedang mencicil untuk membeli apartemen ini.Tetapi entah kenapa hati ini malah merasakan kerinduan saat kita sama sekali tidak bertemu.Aku kini telah bekerja di salah satu hotel bintang 5 terbaik di kota ini sebagai seorang chef, baru 1 Minggu yang lalu tepatnya aku bekerja.Aku pun heran, kenapa hotel terbaik itu langsung menerimaku padahal pengalamanku boleh di bilang kurang, karena waktu
Aku dan ibu segera bergegas ke rumah sakit begitu mendapat telepon dari Sinta. Sinta berusaha menjelaskan semuanya agar kami merasa tenang dan tidak perlu khawatir. Nada dan Rangga mencari Ayah mereka, namun aku tidak tega jika harus berkata yang sebenarnya kepada anak-anak yang masih sangat kecil itu.Jadi kami titipkan mereka dirumah bersama mba Susi.Walau bagaimanapun, sebagai istri aku sangat mengkhawatirkan kondisi suamiku yang telah tertembak. Mobil kami segera tiba di rumah sakit. Aku dan ibu langsung menuju resepsionis dan menanyakan dimana suamiku di rawat. Setelah mendapat petunjuk dari resepsionis kami menuju kamar Mas Rendra di rawat, ku buka pintu kamar tersebut, suamiku sedang terbaring lemah dengan Sinta berada di sampingnya yang sedang sibuk mengupas buah.Mengetahui kami datang, Sinta langsung beranjak menjauh dari ranjang Mas Rendra dan meninggalkan buah yang sedang dia kupas di atas nakas. "Mas, apa kamu sudah baikan? Aku begitu mengkhawatirkan dirimu, handphonemu
Dada ini terasa sangat sakit saat lagi-lagi aku menerima penolakan dari Sinta. Sinta memintaku untuk menyadari bahwa perasaan ini adalah salah? Cinta tidak pernah salah akan bermuara dimana, jika kini aku mencintainya apa itu termasuk bentuk dosa? Kenapa kamu begitu berkeras hati Sinta?Aku sengaja menjauhinya untuk melihat apakah benar dia memang tidak memiliki rasa untukku? Jika memang benar begitu aku berusaha untuk mundur dan melupakannya.Walau aku menjauhinya aku tetap memantau dirinya setiap hari lewat orang kepercayaanku yang selalu membuntuti dirinya kemanapun. Bahkan saat Sinta melamar di hotel milik temanku, tanpa persyaratan apapun Sinta di terima di hotel bintang 5 tempat dia bekerja saat ini.Hingga suatu hari aku tahu jika Sinta akan pergi ke Bank untuk membuka blokiran ATMnya, aku tahu dari orang kepercayaanku yang telah menaruh alat penyadap di tasnya. Entah pikiran darimana aku berniat merencanakan sesuatu untuk mendapatkan jawaban atas perasaannya kepadaku. Aku
POV SintaAku bahagia sehari penuh menghabiskan waktu bersama Mas Rendra, merengkuh kebahagiaan bersamanya. Terasa waktu cepat sekali berlalu. Aku melayaninya sepenuh hati agar Mas Rendra merasa bahagia bersamaku. Aku bersiap memakai pakaian terbaikku, aku memakai dress berwarna pink muda di padu dengan pashmina yang senada, aku rias wajahku secantik mungkin, karena Mas Rendra berencana untuk mengajakku kesuatu tempat dan memberiku kejutan, entah apa yang akan dia berikan kepadaku, aku sungguh penasaran.Mobil yang Mas Rendra bawa memasuki pelataran Masjid kota, Masjid megah dengan warna putih dan taman yang indah di pelataran."Mas, kenapa kita ke sini?" Tanyaku pada lelaki di sampingku ini."Nanti juga kamu tahu, bersabarlah." Aku menganggukkan kepala pertanda aku bisa diam dan bersabar untuk kejutannya. Mas Rendra segera turun dan membukakan pintu mobil untukku, menggenggam tanganku dan mengajakku masuk ke dalam. Begitu sampai di depan pintu aku terkejut, sudah siap tempat untuk
Sudah 3 bulan ini Aku lihat Mas Rendra selalu sibuk, entah pulang malam atau sampai menginap di luar kota beberapa hari. Hubungan kami terasa semakin jauh, bahkan Mas Rendra sudah jarang menyentuhku, dalam 1 bulan hanya 1 atau 2 kali kami melakukan hubungan suami istri. Anak-anak pun mulai sering menanyakan Ayahnya yang jarang berada di rumah sekarang.Sebagai istri aku mencoba untuk selalu tetap berfikir positif, mengerti kesibukannya dan selalu mendukungnya. Toh tidak mungkin jika Mas Rendra sampai menduakanku? Aku sama sekali tidak akan berburuk sangka kepada suamiku. Seperti pagi ini, aku lihat suamiku tengah sibuk dengan laptopnya, entah apa yang dia kerjakan di benda itu. Tetapi sesekali aku melihatnya tersenyum."Mas, 3 hari lagi kan Anniversary kita yang 10 tahun, apakah kita akan merayakan seperti tahun-tahun sebelumnya?" Tanyaku kepadanya, Mas Rendra langsung terdiam sejenak, menutup laptopnya dan menatapku."Kita akan merayakan Anniversary kita seperti biasa, Sayang. Hot