Sengaja Aku mematikan ponselku agar ibu dan Nia tidak menggangu waktuku dengan Tari. Pernikahan poligami yang tidak aku harapkan terpaksa harus Aku jalani karena permintaan Tari, istriku. Tari tertekan karena selalu mendapatkan tekanan dari ibuku, Aku sangat tahu jika Tari pasti sangat tersakiti dengan pernikahan keduaku. "Mas, ini ibu menelpon. Bicaralah." Tari tergopoh dari dalam menghampiriku karena ibu menelepon.Benar dugaanku, ibu atau Nia pasti akan menghubungi Tari jika tidak bisa menghubungiku. Aku berusaha menolak telpon itu namun Tari memaksa karena dia tidak ingin memperpanjang masalah dengan membuat ibu emosi.Istriku yang sangat baik, dia mau membantuku untuk tetap berbakti kepada orangtuaku meski harus mengorbankan perasaanya, betapa aku telah bersalah karena telah menikahi wanita lain. Tapi aku berjanji akan menjaga hati dan cinta ini hanya untuk Tari seorang. Perhatianku kepada Nia hanyalah sebatas tanggung jawabku sebagai suami.Benar saja, ibu marah-marah kepadak
Nia benar menunggu kedatanganku, namun sungguh Nia nampak begitu cantik dan menggoda dengan gaun malam berwarna ungu muda yang memperlihatkan separuh dadanya dengan jelas, wangi parfum yang manis, dengan rambut terurai dan bergelombang, wajah yang di poles sedikit sungguh itu menggoda naluri laki-lakiku. "Mas, terima kasih sudah menepati janjimu untuk kembali malam ini." Ucapnya dengan wajah ceria dan memelukku."Duduk dulu lah, Mas. Aku akan membawakan minum untukmu." Lanjutnya.Aku masih tertegun dengan wajah cantik Nia dan sikapnya yang hangat dan lembut, tidak seperti tadi siang yang penuh dengan kemarahan."Tidak perlu, kemarilah duduk bersamaku, ada hal yang ingin Mas bicarakan.""Apa itu Mas?" Aku menuntun dirinya untuk duduk di sofa, Nia menatapku serius. Aku tetap berusaha untuk memfokuskan diri dari godaan tubuh Nia."Nia, kamu pasti sudah sangat tahu jika Mas menikah denganmu dengan kondisi Mas sudah memiliki istri. Oleh karena itu Mas harus bisa bersikap adil kepada ka
Hari ini Aku berusaha menenangkan hatiku yang sudah di hancurkan sedemikian rupa oleh orang yang aku sayang karena melihat suamiku sedang berbagi gairah dengan istrinya yang lain, Aku terpaksa harus tetap bersabar dan menerima karena memang Mas Mozhaf dan Nia sudah sah menjadi suami istri. Masalah sebesar apapun aku harus bisa menutupinya agar anak-anak tidak tahu jika ibunya sedang berada di dalam kesedihan dan masalah.Masalah dengan Ayah dari ketiga anakku, sebagai ibu, aku ingin melindungi nama baik Ayah anak-anakku agar tetap terpatri baik di hati mereka. Semua demi tumbuh kembang mereka agar menjadi anak-anak yang baik.Untuk sementara Aku masih tetap memperkerjakan Mbok Yenni untuk merawat ketiga anakku, walau bagaimanapun mbok Yenni sudah mengabdikan diri kepada keluargaku sedari Aku memiliki Nada, mbok Yenni terpaksa melakukan semua itu karena tekanan dari Mas Rendra."Mbok, Bekerjalah seperti biasa," ucapku kepada mbok Yenni yang masih menangis di hadapanku "Tapi si mbok
POV Rendra Aku tercenung mendengar semua yang Tari katakan, memang benar akulah yang paling membuatnya sakit. Tentang keracunan itupun Aku hanya menduga Tari yang melakukannya hingga aku tidak melakukan penyelidikan lebih mendalam."Benarkah bukan Tari orang yang telah meracuni Sinta?" Ucapku dalam hati.Segera Aku susul Tari yang sudah meninggalkan meja menuju tempat parkir, Aku ingin memastikan sekali lagi apakah ibu dari ketiga anakku ini sedang berbohong atau tidak."Bukan Aku Mas, terlepas kamu akan percaya atau tidak kepadaku yang pasti aku telah berkata jujur. Jika Aku ingin meracuni Sinta sudah ku lakukan sejak lama saat aku mengetahui Dia merebut suamiku diam-diam dan hampir merampas anakku juga. Kenapa Aku harus meracuni Sinta saat aku telah bercerai denganmu dan sudah menikah dengan Mas Mozhaf. Kamu yakin Mas sudah menyelidiki kasus ini dengan baik?"Penjelasan Tari bagai tamparan keras untukku, kenapa aku bisa begitu bodoh langsung menuduh Tari yang meracuni Sinta tanpa m
Deru mobil suamiku memasuki pelataran rumah, Mas Mozhaf baru pulang dari rumah Nia, hari ini sampai 4 hari kedepan adalah jatah waktuku bersamanya. Enam bulan sudah kami menjalani pernikahan poligami ini, Mas Mozhaf memang berusaha untuk bersikap adil kepadaku dan Nia, tapi cintanya kini ku rasakan telah terbagi tidak utuh hanya untukku saja, seperti yang pernah dia janjikan padaku bahwa cintanya hanya untukku.Ku sambut dengan senyuman kedatangan suamiku, ku layani dengan baik kebutuhan perutnya dengan berbagai masakan kesukaannya, Mas Mozhaf selalu makan dengan lahap setiap apapun yang ku masak. "Masakanmu selalu enak dan lezat, Dik. Mas sangat beruntung memiliki istri yang memiliki tangan ajaib yang bisa membuat masakan apapun menjadi lezat." Aku selalu senang mendapat pujian darinya, setidaknya ada hal yang akan selalu membawanya pulang kepadaku. Anak-anakku sudah mulai bisa mandiri sendiri, si kecil Haris pun sudah masuk sekolah paud diantar mbok Yenni, sebagai kesibukan Aku se
syukurlah kamu sudah sadar, sayang." Pria yang menjadi suamiku itupun menggenggam erat tanganku dan terlihat begitu khawatir.Ku pegang kepalaku yang terasa sangat pusing. Aku lupa bagaimana bisa sampai berada di tempat ini. Hingga tak berapa lama aku mengingat kejadian yang telah ku saksikan, Mas Mozhaf dan Nia saling bermesraan."Pergilah , Mas. Aku ingin sendiri." Mas Mozhaf mendesah pelan, dari raut wajahnya nampak rasa cemas kepadaku. "Biar Mas temani, kamu masih belum sehat." Aku hanya terdiam tak menanggapinya, sengaja ku pejamkan kembali mataku rasanya aku masih begitu sakit melihatnya bermesraan di rumah sakit."Dik.."Panggilnya yang mengelus lembut tanganku. "Maafkan , Mas. Jika kamu harus melihat Mas bermesraan tadi bersama Nia." Ucap Mas Mozhaf yang sepertinya tahu sebab aku merajuk.Segera aku membuka mata dan menatapnya lekat. Netra ini tanpa komando langsung membasah, rasanya sakit saat jatah hari dirinya bersamaku malah dia mencuri kesempatan untuk bermesraan deng
Brraakkkk...Berbagai makanan lezat yang telah siap di sajikan di atas meja semua dijatuhkan oleh Nia. Nia begitu marah kepada Nico yang sudah berlalu seenaknya saja kepadanya kini, seperti saat ini Nico memaksa Nia untuk dinner bersamanya di private room sebuah restoran mewah."Sudah cukup sampai disini kamu selalu mengancamku, Nico!"Lelaki yang berwajah tampan dengan sedikit jambangnya berdiri mendekati Nia. Tubuhnya yang tinggi dan kekar seakan bisa menahan Nia dalam dekapannya."Aku akan melakukan apapun yang Aku mau, termasuk untuk memilikimu, Nia.""Arrgghh... Semua ini Gila! Aku sudah menikah dengan Mas Mozhaf, Nico. Aku tidak akan pernah meninggalkannya hanya untuk seorang pria be reng sek sepertimu!" "Anak yang kamu kandung itu adalah Anakku, Nia. Suamimu pasti akan sangat kecewa kepadamu dan akan segera menceraikanmu jika tahu kamu hamil benih laki-laki lain."Plaaakkk... Tamparan keras Nia daratkan di pipi Nico, rahang Nico mengeras karena menahan emosi, dirinya akan teta
Di rumah ibu mertua sedang ramai karena ada acara tujuh bulanan kehamilan Nia. Ibu mertuaku begitu bahagia dan antusias mempersiapkan semua kelengkapan acara syukuran.Mas Mozhaf tetap mengajakku saat ibu mertua melarang agar aku tidak ikut, katanya Aku ini hanya membawa si al saja. Mas Mozhaf tetap mengajakku, baginya anak itu adalah anakku juga. Andai mertua dan suamiku tahu kebenarannya bahwa anak yang di kandung Nia bukanlah anaknya Mas Mozhaf.Aku akan mengungkapkan semua kebusukan Nia selama tujuh bulan ini. Tidak akan ku biarkan Nia memperdaya suami dan mertuaku lagi. Bahkan ibu mertuaku mempersiapkan perhiasan yang dipunya keluarganya yang biasanya akan di wariskan turun temurun saat anak atau menantunya mengandung."Aku tidak akan membiarkan Nia mendapatkan perhiasan yang tidak seharusnya dia miliki!" Ucapku dalam hati saat melihat ibu mertua memamerkan perhiasan itu di hadapanku dan saudara yang lain."Tari, yang sabar ya, ibu Rina hanya sedang sangat antusias menyambut cucu