Home / Thriller / MISTERI RUMAH ASHWABIMA / 1. Radi Sang Menantu

Share

MISTERI RUMAH ASHWABIMA
MISTERI RUMAH ASHWABIMA
Author: Dee Rahayu

1. Radi Sang Menantu

Author: Dee Rahayu
last update Last Updated: 2024-07-24 15:30:53

Suara itu memang hanya bisa didengar saat tengah malam begini. Radi berdiri tegak di tangga batu yang menurun ke arah kamar mandi. Di hadapannya tidak terlihat apapun selain pekatnya malam. Lampu bohlam lima belas Watt di depan bangunan kamar mandi hanya mampu menerangi sebatas latar yang lantainya diplistur semen licin saja, selebihnya tertelan dalam kegelapan mutlak. Sebenarnya ada sinar bulan sedikit di langit namun karena halaman belakang itu ditumbuhi aneka ragam pohon buah yang besar dan pohon pisang, cahaya bulan tidak mampu menerobos hingga ke tanah berumput di halaman luas itu.

Radi menajamkan pendengarannya. Ia tidak salah, suara itu memang terdengar. Lirih, berbunyi kemudian hilang bagai terbawa angin. Sepi kembali menyapu suasana. Lelaki tinggi kekar berusia dua puluh lima tahun itu melangkah lagi menuruni lima anak tangga. Ia masuk ke kamar mandi tengah. 

Jam kerja Radi sebagai manager keuangan pabrik pakan ternak milik mertuanya, Nyonya Artiyah Ashwabima, sebenarnya fleksibel. Ia tidak dituntut menyelesaikan segala macam laporan di waktu yang ditentukan. Namun akhirnya keleluasaan itulah yang membuat Radi jadi sering lembur seperti malam ini. Ia sudah menulis sejak sore, namun bukan laporan perusahaan yang dikerjakannya, melainkan menulis di sebuah buku harian. Pukul sepuluh malam ia baru ingat akan tumpukan pekerjaannya. 

Selesai menuntaskan hajat, Radi keluar dari kamar mandi. Di rumah Nyonya Artiyah yang luas itu, kamar mandi terletak di bangunan yang terpisah dari rumah utama. Ruang paling belakang di rumah utama adalah dapur merangkap ruang makan. Ada sebuah pintu di dinding dapur, jika dibuka, terlihat anak tangga menurun menuju bangunan toilet yang berjarak sekitar sepuluh meter dari ujung tangga batu itu. Berjejer tiga buah kamar mandi dan tiga toilet di sana. Kamar mandi yang banyak memang diperlukan di rumah bergaya kuno tahun 1800-an itu, karena ada banyak pekerja yang tinggal di sana saat siang hari.

Radi menaiki tangga hendak kembali ke kamarnya di rumah utama. Di anak tangga ketiga, telinganya kembali mendengar suara itu. Suara yang sudah membuatnya penasaran selama setahun ini. Radi menoleh lagi ke belakang, menatap kegelapan di kebun luas milik sang mertua. Ia mendengar lirih sayup suara memanggil namanya. Ya, memanggil namanya, Radi. Sebenarnya suara apa itu? Darimana asalnya? Apakah dari kebun?

Radi memutuskan ia harus masuk ke halaman belakang sekarang juga. Kakinya tidak jadi menapak naik, ia malah turun lagi. Langkahnya pelan. Sikap tubuhnya waspada.

"Cari apa kau di sana, Rad?"

Radi terkejut sampai tubuhnya terlonjak. Makian tercetus dari mulutnya. Ia menoleh ke arah suara wanita tadi. Sang ibu mertua sedang berdiri di puncak tangga, seperti menunggu Radi naik.

"Ti - tidak, Bu. Saya cuma mau periksa ke sana sebentar karena tadi saya dengar ada suara wanita memanggil nama saya," Radi menunjuk ke arah kebun luas yang gelap. Wanita yang tadi bicara padanya itu menatapnya tajam.

"Jangan mengada-ada kau, Radi. Memangnya ada orang di sana? Cepat kembali kerjakan laporanmu! Aku tadi lihat di meja kerja ruang  tengah, pekerjaanmu masih berantakan! Kau pikir karena kau menantuku lantas kau bisa seenaknya bekerja di pabrik ku?"

"Iya, Bu. Saya minta maaf," Radi mengangguk takzim. Nyonya Artiyah menuruni tangga seperti seorang Maharatu. Tatapnya masih tajam pada Radi. Dengan langkah tergesa, Radi naik ke rumah utama dan langsung tepekur lagi di meja ruang tengah menghadapi puluhan lembar laporan keuangan yang harus diperiksanya.

Nyonya Artiyah keluar dari kamar mandi. Matanya menatap lurus ke kegelapan kebun belakang. Tidak ada apapun yang terlihat. Ia sengaja tidak memasang lampu sedikitpun di keluasan kebun itu. Bunyi desau angin malam diiringi gemerisik dedaunan membawa sebuah suara lain ke telinga wanita anggun berusia akhir lima puluhan itu. Suara wanita bersenandung. Aneh, seharusnya suara itu tidak sampai ke jangkauan telinga orang yang berdiri di depan kamar mandi. Apakah karena sunyinya malam? Nyonya Artiyah mengertakkan gerahamnya dengan geram. Besok ia harus melakukan sesuatu agar suara itu tidak terdengar lagi oleh siapapun. Terutama oleh Radi.

*****

Andari memberikan sebuah kantung kertas warna cokelat pada Radi, suaminya. Radi menerima kantung itu dan tersenyum manis.

"Apa menu hari ini?" Tanya pria berambut ikal lebat itu. Andari membalas senyumnya.

"Tempe penyet level tiga puluh. Pedasnya seperti yang kau suka, Mas. Makan yang banyak, ya."

"Ya. Terima kasih."

Senyum Radi saja sudah cukup membuat Andari jatuh cinta padanya. Andari tidak pernah berhenti mengagumi suaminya itu.  Ketampanan wajahnya, tubuh yang kekar berotot, senyum sempurna, semua membuat Andari tergila-gila pada Radi sejak usianya belasan. Andari tidak pernah jatuh cinta pada lelaki selain Radi.

Mereka tumbuh bersama di rumah keluarga Ashwabima. Radi kecil biasa mendapat tugas mengawasi Andari bermain bersama kakaknya, Kinanti. Sejak belia, Andari terpikat pada Radi walaupun ia tahu Radi adalah anak pelayan ibunya yang bernama Bibi Wikan. Status itu tidak pernah dipedulikan Andari. Hingga masa remajanya, ia semakin yakin akan cintanya pada Radi.

Radi tidak pernah menunjukkan perasaannya pada Andari. Buatnya, gadis manja berambut panjang sepunggung itu adalah tuan putri yang harus ia jaga dengan baik. Itulah tugasnya di rumah Ashwabima, sebagai bodyguard Andari dan Kinanti. Seiring waktu, mereka bertiga tumbuh menjadi remaja, Radi tahu bahwa Andari menyimpan perhatian lebih padanya. Hingga suatu ketika, Nyonya Artiyah memanggilnya ke ruang kerja pribadi sang majikan.

"Bersiaplah kau, Radi. Bulan depan kau akan menikah dengan Andari, putriku."

Bukan main terkejutnya Radi saat itu. Menikahi Andari? Itu mustahil baginya. Bukan masalah cinta. Radi tidak tahu apa itu cinta. Hatinya beku sejak belia. Radi heran kenapa perintah itu ia terima saat keluarga Ashwabima sedang berduka atas hilangnya Kinanti.

Ya, Kinanti hilang saat bermain ke pantai Lohjawi. Saat itu bersamaan dengan Andari minta diantar ke perpustakaan kabupaten untuk mengerjakan tugas sekolah. Radi yang dibuat bingung karena tidak tahu harus pilih menemani siapa, dititahkan oleh Nyonya Artiyah untuk mengawal Andari. Sedangkan Kinanti pergi sendiri naik sepeda ke pantai. Kinanti tidak pernah kembali dari pantai Lohjawi.

Tidak seorangpun yang tahu bahwa setelah itu Radi menangis sendirian di kamarnya setiap malam. Ia sudah kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit keras sewaktu usianya baru sepuluh tahun. Kini ia kembali kehilangan wanita yang dicintainya. Kinanti. Ingin sekali Radi mencari Kinanti tapi sang Nyonya tidak pernah memberinya perintah untuk itu. Sejak awal hidupnya, segala yang dilakukan Radi adalah berdasarkan perintah Tuan dan Nyonya Ashwabima.

"Ri, semalam aku dengar suara aneh lagi," kata Radi sambil memasukkan kotak makanan pemberian Andari ke dalam ransel. Mata Andari membulat.

"Dari halaman belakang lagi? Suaranya kayak gimana sih, Mas?"

"Semalam suara itu memanggil namaku "

Andari merangkul lengan suaminya. Bulu kuduknya meremang.

"Ah, Mas jangan nakut-nakutin aku!"

"Sungguh, Ri. Suara itu manggil namaku. Kamu pernah masuk ke rumah gubuk yang di pojok selatan kebun belakang?"

"Rumah? Rumah apa, Mas?"

Radi menatap istrinya, ragu. Andari memang tidak pernah berkelana jauh ke halaman belakang. Sepertinya Andari memang tidak tahu kalau ada sebuah gubuk reyot di sana.

Radi berniat akan masuk ke gubuk itu secepatnya. Ia harus tahu ada apa di dalam sana. Atau, siapa di sana?

Related chapters

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   2. Rumah Terpencil

    Keluarga Ashwabima memiliki kekayaan berlimpah dari usaha mereka yang merambah berbagai bidang. Perusahaan terbesar mereka adalah CV. Bimasakti yang dikendalikan oleh Nyonya Artiyah dan Radi. Perusahaan itu menaungi lima buah pabrik pakan ternak unggulan. Selain pabrik itu, Grup Bimasakti juga memiliki sawah ratusan hektar yang penggarapannya diserahkan pada petani lokal dengan sistim bagi hasil. Sawah-sawah itu menghasilkan berton-ton jagung dan padi. Usaha lainnya adalah tempat wisata pemancingan yang buka cabang di banyak tempat strategis, salah satunya di Pantai Lohjawi, pantai yang paling menggetarkan hati Radi.Siang ini, di ruang rapat CV. Bimasakti ada tiga orang yang sedang duduk dan bicara serius. Nyonya Artiyah didampingi notarisnya, Hadianto, SH, menatap Radi dengan tajam."Kamu siap, Rad?" Tanya Nyonya Artiyah. Radi menunduk sebentar, seperti berpikir, lalu kembali mendongak menatap dua orang di hadapannya."Saya taat pada anda, Nyonya.""Bagus."Hadianto melirik wanita d

    Last Updated : 2024-07-26
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   3. Nyonya Pergi Lama

    Pukul sebelas malam, demikian jarum jam dinding menunjukkan posisinya. Rumah Ashwabima sepi dan gelap. Radi berbaring di sofa kamar, mencoba tidur. Matanya terpejam tapi telinganya mendengar suara-suara yang lewat. Sesekali ada bus besar melintas di jalan raya depan rumah, meninggalkan suara derum yang berisik. Andari sudah tidak terdengar isak tangisnya lagi. Seperti malam kemarin, Andari merayu Radi lagi. Wanita bertubuh ramping padat itu kembali mendapat kecewa karena sang suami tetap menolaknya.Jam dua belas tepat, Radi memutuskan ia tidak akan bisa lelap tidur. Tubuhnya bangkit lalu berjalan pelan keluar kamar. Lelaki bertubuh setinggi 185 senti itu menuju ruang kerja. Daripada hanya berbaring diam, Radi ingin menyelesaikan pekerjaannya. Sebentar lagi fajar datang menggantikan malam, tidak nyaman untuk tidur.Radi duduk di ruang kerja, menghadapi beberapa map berkas di meja. Ruang berlampu terang itu ia tutup pintunya namun tidak rapat, ada celah sedikit. Tangan Radi membuka seb

    Last Updated : 2024-08-06
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   4. Ada Orang di Rumah Belakang

    Lelaki tua di hadapan Radi itu tampak salah tingkah. Ia menunduk, tidak kuat beradu tatap dengan Radi."Sa - Saya tidak tahu apa-apa, juragan," kata Mang Arman lirih."Andari bilang sendiri bahwa Mang Arman tahu sesuatu tentang gubuk di kebun belakang itu. Tolong, Mang, ceritakan pada saya." Radi meletakkan tangannya di bahu Mang Arman. Penjaga malam rumah Ashwabima itu menggelengkan kepalanya."Tidak, Gan, saya tidak tahu apa-apa. Gubuk di kebun belakang itu tadinya kandang ayam waktu juragan Nendra masih hidup. Cuma itu saja yang saya tahu.""Jadi Mang Arman mau bilang kalau Andari itu bohong?""Bu - bukan begitu maksud saya, Gan.""Lalu?""Rumah gubuk belakang itu kosong gak ada apa-apanya kok, Juragan Radi. Isinya ya bekas alat-alat pelihara ayam. Saya sendiri sudah lupa ada gubuk di sana. Memangnya kenapa Agan Radi tanya soal itu?"Radi menyandarkan punggungnya ke sofa ruang tamu. Mang Arman yang duduk di lantai di depan Radi sedikit mendongak agar bisa melihat wajah sang juragan

    Last Updated : 2024-08-06
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   5. Saling Curiga

    Andari memejamkan matanya. Tubuh wanita cantik itu terasa luar biasa pegal. Seharian ia berkelana di mall-mall Jakarta. Sementara ibunya, Nyonya Artiyah, mengurus bisnis pembelian butik bersama pengacara Hadianto, Andari memuaskan nafsu belanjanya yang jarang ia rasakan. Tinggal di kabupaten kecil tanpa mall ternyata sungguh menyiksa batin Andari. Saat melihat berbagai baju, tas dan sepatu branded terpajang di etalase toko, ia merasa sungguh wanita. Dengan uang yang diberikan ibunya, hari ini Andari belanja segala benda yang ia impikan.Nyonya Artiyah melotot murka saat melihat belanjaan putrinya. Puluhan paper bag merk ternama yang terkenal mahal dibawa masuk Andari ke kamar hotel."Kau pikir Ibu dapat uangnya dari mencetak sendiri?" Bentak Nyonya Artiyah. Andari menatap cuek."Kan gak setiap hari aku bisa belanja begini Ibu! Biasanya kalau ingin baju baru, aku cuma beli ke pasar Sidowarno. Di toko Koh Aseng. Modelnya ndeso! Ini baju-baju dari mall Jakarta lho, Ibu! Kalau aku pakai i

    Last Updated : 2024-08-21
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   6. Waidah di Karangsuci

    Mobil hitam itu dipacu kencang. Pengendaranya seorang lelaki muda berparas elok, Radi. Matahari siang tepat ada di atas kepala, menebar terik menyengat ke setiap benda di planet Bumi yang menghadap ke arahnya. Radi terburu waktu. Baru saja Andari mengirimkan pesan padanya lewat aplikasi hijau bahwa ia dan ibunya sedang packing untuk pulang. Mereka mungkin sampai di terminal kabupaten sekitar jam dua dinihari nanti. Andari meminta Pak Tanu, supir mereka, menjemput ke terminal. Radi menyelesaikan pekerjaannya secepat ia bisa. Meninjau sawah luas di desa Karangsuci bersama Pak Tanu lalu setelah semua rampung, Radi meminta Pak Tanu duduk di kursi sebelah supir, ia sendiri memegang kemudi mobil. Radi tahu Pak Tanu tidak akan mau ngebut bahkan walaupun disuruh, jadi dia memaksa mengendarai mobil itu menuju pusat desa Karangsuci. "Pelan sedikit, Pak Radi!" Pak Tanu berpegangan ke atas jendela, wajahnya pucat. Radi tersenyum kecut. "Saya memburu waktu, Pak. Bapak tahu sendiri nanti mal

    Last Updated : 2024-08-21
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   7. Ada yang Terluka

    Mata Nyonya Artiyah menatap tajam menantunya dari atas ke bawah berkali-kali. Radi berusaha tersenyum semanis mungkin tapi sang Nyonya tetap berwajah kaku padanya. Andari memeluk pinggang Radi dengan mesra."Aku kangen padamu, Mas," kata Andari lembut. Radi menatap wajah istrinya, masih dengan senyum manis. Nyonya Artiyah memperhatikan bahwa Radi tidak menjawab ungkapan kerinduan dari istrinya tadi.Ia bahkan sudah merasa tidak perlu lagi berpura-pura jadi suami yang baik di depanku, gumam Nyonya dalam hati."Ayo masuk, Ibu," kata Radi. Ia berjalan pincang dengan kaki kanan terbalut perban dari jari kaki hingga pergelangan. Andari tetap merangkul pinggang Radi dan menuntunnya sampai ke pintu kamar. Nyonya Artiyah dihampiri seorang pembantu, Neneng."Mau makan malam atau tidak, Nyonya?""Tidak. Kami sudah makan tadi di jalan. Bawakan koper-koper itu ke dalam ruang kerja. Biarkan tumpuk saja di sana. Aku yang akan bereskan besok pagi." Nyonya menatap Neneng, sang pembantu mengangguk sop

    Last Updated : 2024-08-21
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   8.Pak Tanu Hilang

    Mata Radi menatap tajam pemuda usia awal dua puluhan yang berdiri di depannya."Namamu siapa tadi?" Tanya Radi."Danar, Pak," sahut si pemuda. "Saya dari desa Karangasih.""Nyonya menerima lamaran kerjamu jadi supirku? Kapan?""Kemarin malam, Pak. Sekitar jam delapan malam saya dipanggil lewat telepon agar hari ini mulai bekerja sebagai supir Pak Radi."Radi mengernyitkan kening. Apa-apaan ini? Baru saja ia keluar rumah hendak pergi kerja. Di halaman sudah menunggu mobilnya yang biasa ia pakai meninjau persawahan dan pemancingan. Bukan Pak Tanu yang menyambutnya di sebelah mobil, tapi si Danar ini."Saya sudah ada supir. Mungkin Ibu butuh kamu untuk supir beliau pribadi.""Tidak, Pak. Nyonya Artiyah jelas meminta saya bekerja jadi supir Bapak." Danar bersikeras. Radi akhirnya tahu bahwa tak ada gunanya ia mendebat Danar."Kamu tahu kemana Pak Tanu?" Tanya Radi."Pak Tanu mengundurkan diri. Dia mau ikut anaknya yang di Surabaya. Mulai hari ini Danar yang jadi supirmu." Suara Nyonya Art

    Last Updated : 2024-08-21
  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   9. Kabar Mengerikan

    Bu Risanah menatap Radi dengan mata sayu sembab. Istri Pak Tanu itu belum bisa menghentikan isak tangisnya."Suami saya salah apa, Agan Radi? Dimana dia sekarang?" Ratap Bu Risanah. Radi diam menunduk. Ia tahu ini semua salahnya. Pak Tanu hanyalah abdi yang menjalankan perintah. Karena rumahnya cukup jauh dari rumah Ashwabima, Pak Tanu mengontrak sebuah kamar di desa Karangsena, dekat dengan rumah majikannya. Pak Tanu tidak mau tinggal di rumah besar itu, entah karena apa. Seminggu sekali Pak Tanu pulang ke rumah keluarganya di desa Karangsetu, menemui istri dan tiga orang cucunya. Pak Tanu dan Bu Risanah punya satu anak perempuan yang berstatus single parent dan kini merantau ke Saudi, menitipkan tiga anak kecil di rumah sang nenek."Berarti Bapak tidak punya anak atau cucu di Surabaya kan, Bu?" Radi menegaskan lagi. Bu Risanah menggelengkan kepala."Tidak ada, Agan. Anak yang mana lagi? Anak kami cuma Siti Maisaroh saja, dia sudah dua tahun berangkat ke Saudi Arabia. Suaminya sudah

    Last Updated : 2024-08-25

Latest chapter

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   30. Epilog. Kesendirian yang Indah

    Rumah nyaman dan hidup tenang adalah dambaan semua manusia. Radi sudah memilikinya sekarang. Setelah apa yang ia lalui, Radi ini bisa mengatakan bahwa dirinya bahagia.Suasana sore di teras rumah selalu jadi favorit Radi dan Nenek Waidah. Mereka duduk di kursi teras, menghadapi kebun mawar dan jalanan kompleks di depan rumah. Kebun mawar di halaman adalah mahakarya Nenek. Terdiri dari lima kotak area taman, setiap kotak berisi belasan pohon mawar sewarna. Ada merah, kuning, putih, merah muda dan ungu. Ya, mawar ungu. Indahnya jangan diragukan lagi. Di halaman belakang, Nenek juga membuat kebun tanaman herbal. Desain dalam rumah ditangani oleh Radi. Ia mengutamakan fasilitas difabel senyaman mungkin. Kinanti bisa bergerak bebas dan melakukan semua kegiatan dengan mandiri di dalam rumah."Nenek kadang ingin ibumu bangkit lagi dan bersama kita di sini, Rad. Ibu Wikan, tentu, bukan Ibu Artiyah," kata Nenek sambil menyesap teh tawar hangat. Radi tertawa."Ibu sudah bahagia di sana, Nek. Le

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   29. Saatnya Bertindak Tegas

    Radi berdiri tegap di hadapan Andari. Wajah tampannya yang biasanya lembut menatap kini berubah merah padam dan penuh kemarahan. Andari perlahan berdiri lagi, berhadapan dengan Radi."Mas, kamu ... kapan masuk ke sini?""Cukup lama sampai aku dengar semua pengakuanmu dan sempat merekamnya dalam handphone. Pengakuan luar biasa, Ndari. Aku kaget. Sungguh, aku kaget!""Mas, ini ... ini salah paham, begini, maksudku ...." Andari berjalan mendekati suaminya. Radi mundur tiga langkah menjauh."Aku sudah dengar semuanya, Ndari. Bukan dari orang lain tapi dari mulutmu sendiri. Aku tidak menyangka kau sekejam itu.""Aku iri pada Mbak Kinan, Mas!!" Andari mendadak berteriak. Ia maju mendekati Radi dan mencoba memeluknya. Radi mendorong tubuh istrinya."Aku tidak mau punya istri sekejam kau, Ndari. Aku talak kau sekarang, di sini. Aku akan urus surat cerainya secepat yang aku bisa!""Mas! Tidak, Mas! Jangan ceraikan aku! Aku cinta padamu!"Radi memicingkan mata, kepalanya menggeleng."Aku sedang

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   28. Rahasia Andari

    Kinanti belum menunjukkan pertanda baik. Hidupnya masih bergantung pada segala macam kabel dan mesin yang mengelilinginya. Ia dipindah ke ruang rawat kelas satu, tidak lagi di ICU. Keluarga boleh menjenguk dan menunggui di dalam kamar, hanya satu orang saja. Tentu Radi yang mengambil tugas itu.Empat malam sudah Andari sendiri lagi di kamar. Kesunyian menemani tidurnya yang selalu bersimbah air mata. Ia ingin menahan cemburunya tapi tidak bisa. Kenyataan bahwa Radi memilih bermalam di kamar rumah sakit yang dingin daripada menemaninya tidur di ranjang hangat, sudah menyatakan bagaimana perasaan suaminya itu.Andari menghabiskan malamnya dengan berandai-andai dan mengobrol lewat chat online dengan Widia, temannya sejak di SMA.Bu Waidah mengambil tugas mengomando asisten rumah tangga dan pekerja di kebun. Di tangan nenek lembut hati itu, rumah Ashwabima berubah menjadi lebih nyaman. Bu Waidah, atas izin Radi, memerintah beberapa orang pekerja di peternakan sapi untuk membabat semak be

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   27. Api Cemburu Seorang Istri

    Kamar tidur mewah itu sepi walaupun ada dua orang sedang berbaring di atas ranjang. Radi dan Andari sudah dua hari tidak saling bicara. Sebenarnya hanya Andari saja yang diam, Radi tetap seperti biasa, bicara biasa, namun Andari tidak menjawab satu kata pun."Ndari,"Radi menutup buku yang sedang dibacanya lalu menoleh ke wajah Andari. Istrinya itu diam sambil terus menatap layar handphone."Aku tidak mau seperti ini terus, Ndari. Katakan apa maumu. Apa aku berbuat kesalahan?" Radi mengambil handphone di tangan Andari. Wanita berambut panjang itu merebut kembali teleponnya tanpa bicara. "Aku tahu, ini tentang Kinan, kan?"Radi menghela nafas panjang. Ia merasa sulit mengerti dimana letak kesalahannya. Pada akhirnya ia pulang dan menyerahkan penjagaan serta perawatan Kinan pada perawat. Selain menyadari bahwa ucapan Andari benar soal kesehatannya sendiri, Radi juga paham kecemburuan istrinya. Ternyata Andari sudah terlanjur marah."Aku minta maaf, Ndari." Radi mendekati wajah Andari,

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   26. Hanya Ingin Tenang

    Koridor rumah sakit daerah siang ini ramai. Jam besuk dimulai pukul dua siang sampai pukul lima sore. Orang lalu lalang dengan tujuannya masing-masing. Andari mengayun langkahnya dengan cepat. Ia hendak ke ruang ICU.Kinanti tidak sadarkan diri sekitar jam sepuluh pagi tadi. Ia koma. Radi menungguinya di teras ruang ICU karena tidak boleh masuk ke dalam ruang khusus itu. Dokter dan beberapa perawat sibuk keluar masuk ruangan setelah ada kabar bahwa Kinanti Dewi Ashwabima jatuh koma. Dari pemeriksaan lanjutan, ditemukan cedera otak dan memar tempurung kepala. Menurut dokter, kemungkinan karena pemukulan berulangkali di daerah kepala. Pagi tadi Radi sempat masuk sebentar ke ruang tempat Kinanti berbaring karena gadis itu memanggilnya. Kinanti tidak bicara apapun saat Radi berdiri di sisi ranjang, ia hanya menggenggam tangan kakaknya dan menatapnya lama. Bibirnya bergerak seakan ingin bicara tapi tak ada suara apapun yang keluar. Radi balas menggenggam tangan Kinanti sampai seorang peraw

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   25. Kepedihan Seorang Wanita

    Surat terakhir Nyonya bergetar dalam genggaman tangan Radi. Lelaki itu tak bisa menahan embun matanya berubah menjadi tetes air, mengalir di pipinya. Andari pun terisak menangis.Kamar Istanaku, hari ini.Saat kalian membaca tulisanku ini, aku sudah berangkat mendahului kalian menemui Tuhan. Aku tahu Tuhan sudah menyiapkan hukuman berat untukku atas semua perbuatanku. Sebagaimana hukuman dunia yang sudah kalian rencanakan juga. Aku melakukan ini karena aku tidak akan mau mengaku kalah pada kalian. Aku juga tidak mau menyebut diriku Ibu, sebab kalian pun sudah tidak lagi menganggapku Ibu.Radi, Andari, Kinanti, anak-anakku.Sejujurnya aku memang tidak mencintai kalian. Bertahun-tahun aku mendamba hadirnya seorang anak namun setelah kalian datang dalam hidupku, bukan kasih sayang yang aku rasakan melainkan hanya kebencian dan dendam. Radi, kau adalah anak dari wanita yang merebut cinta suamiku. Kinanti, kau lahir dari pernikahan suamiku dan si wanita perebut itu, kelahiranmu membinasaka

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   24. Nyonya Pulang

    Matahari memancarkan sinar dan hawa panas siang ini. Jalan desa Karangsena mengepulkan debu setiap kali ada kendaraan lewat. Rumah-rumah di pinggir jalan menerima kepulan debu itu dengan pasrah di terasnya.Seorang wanita tua berkerudung hitam, memakai masker hidung yang juga berwarna hitam, berjalan tegap menyusuri jalan desa Karangsena. Wajahnya tertutup sempurna oleh sebuah kacamata hitam. Gamis marun yang dipakainya sangat longgar, menyembunyikan bentuk tubuhnya yang ramping. Langkah mantap wanita itu menuju ke rumah paling megah di ujung jalan desa, dekat dengan lapangan bola kampung. Tembok tinggi melingkupi rumah tujuannya. Wanita itu tidak ragu mendorong gerbang besi tinggi di muka halaman luas. Ada pos keamanan di sisi dalam gerbang namun isinya kosong, tak ada seorangpun. Sang tamu hapal, penjaga gerbang itu sudah meringkuk dalam penjara, menunggu sidang dan putusan hukuman berat yang akan diterimanya.Wanita tua itu Nyonya Artiyah. Ia pulang hari ini. Rumah Ashwabima adala

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   23. Dua Wanita Cemburu

    Tiga Minggu berlalu tanpa ada kabar baik. Akhirnya Radi memberanikan diri mengajak Andari, Kinanti dan Bu Waidah kembali ke Karangsena, pulang ke rumah Ashwabima. Rumah di Surabaya sangat nyaman tapi tetap saja terasa asing di sana. Rumah kuno Ashwabima tetap tegar kokoh setelah semua tragedi yang terjadi di dalamnya. Andai bangunan itu bisa bicara, ia adalah saksi utama semua kisah penuh air mata dan duka penghuninya. Police line masih membentang di halaman samping, gang menuju rumah belakang. Rumah kandang ayam itu dilarang dimasuki oleh siapapun."Aku rindu masa bahagia di rumah ini, Mas," kata Andari. Wanita bertubuh indah itu berdiri bersandar ke tembok ruang tamu. Radi mengajaknya duduk di sofa tapi Andari seperti tidak mendengar."Sekarang kau tidak bahagia?" Tanya Radi dengan senyum. Andari menatap suaminya. "Aku bahagia kita bisa berkumpul lagi. Itu saja.""Kau bisa bertemu Kinanti lagi, tidak senang?""Tidak."Kening Radi mengernyit."Kenapa?""Aku cemburu padanya. Kelihat

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   22. Wanita Berhati Dingin

    Kenangan Nyonya Ashwabima terus berkelana. Mengingat semua usahanya menyingkirkan penghalang. Artiyah Sundari sang gadis melarat dari desa Sokajaya, telah bersusah payah memikat bujang Nendra Ashwabima yang terkenal sebagai pewaris pabrik pakan ternak. Nendra muda bukan lelaki yang mudah didekati, jadi Artiyah berusaha memikat hati ibunda Nendra, Nyonya Dewandari. Artiyah melamar pekerjaan di rumah sang nyonya dan diterima sebagai sekretaris pribadi yang mengurusi arsip bisnis Ashwabima. Masa itu bisnis keluarga tersebut masih kecil dan baru dirintis, mereka baru memiliki satu pabrik. Niat Artiyah memasuki keluarga Ashwabima tidak main-main. Ia mencurahkan seluruh ide dan kemampuan mengerjakan tugasnya. Nyonya Dewandari jatuh hati pada gadis manis sederhana yang giat bekerja itu lalu menjodohkannya dengan sang putra mahkota, Nendra.Lamunan Nyonya Artiyah terganggu oleh kumandang adzan Maghrib dari masjid entah dimana. Ia baru sadar bahwa dirinya sudah larut terbawa kenangan masa lalu

DMCA.com Protection Status