Share

80. MEMBUKA DIRI

"Sama sepertimu, Pak, aku juga tidak perduli pada apa yang orang katakan. Karena aku adalah putri kalian."

Pandangan bapak melembut untuk genggaman tanganku yang matanya melirik apa yang ada di meja.

Berkas berisi nama-nama tak asing yang wajahnya pun bapak kenali.

"Dan meraka," ucapku kembali menatap bapak, "adalah orang-orang yang mampu dan mencintai perusahaan keluargamu, Pak. Aku yakin mereka bisa membimbing sepupu-sepupuku selama mereka mau belajar."

"Kau pikir anak-anak manja itu mau, Runi?" Pandangan mata bapak berubah, tak lagi mengguratkan amarah saat hembusan nafasnya yang keras keluar.

"Bapak heran, apa yang sepupu-sepupumu pelajari di bangku sekolah." Bapak memandangku, tatapan matanya melembut tapi ada sedikit kesedihan di sana. "Maafkan Bapak, Ndok."

Suara Bapak yang genggaman jarinya menguat, bergetar. Lalu menarikku yang tidak menjawab ucapan maafnya saat wajah Santo memenuhi benakku.

"Sungguh maafkan Bapak."

Aku yang matanya terasa panas, mengangkat tangan. Membalas d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status