Share

26. TIKET UNTUK PERGI

Terkejutkah diriku yang masuk ke dapur mendapati mas Rendra ada di sana? Duduk di salah satu kursi dengan memegang gelas yang air putihnya tinggal separoh.

Kurasa tidak, meski rasanya aku yang berhenti melangkah jadi diam beberapa saat ketika pandangan kami bertemu.

"Belum ngantuk, Mas?"

Mas Rendra mengangguk untuk tanyaku dan kembali meneguk air putihnya.

"Aku mau bikin teh, kamu mau?"

Aku yang langsung menuang air dalam ketel, menambah takaran. Sementara dari kaca yang bisa membuatku melihat senyaman apa Ares dan Riris bergelung di bawah selimut, pantulan mas Rendra yang tatapannya mengikuti langkahku terlihat.

"Manis?" Dengan kaleng gula di tangan, aku menoleh pada mas Rendra, lalu menyendok satu untuk tiap gelas yang akhirnya tersaji di meja dapur.

"Terimakasih."

"Hanya teh, Mas."

Suasana rumah sepi. Bapak dan ibu sudah lelap sejak lama. Begitupun eyang.

Di paviliun tempat keluarga mbok Darmi tinggal, tak ada tawa Fida ataupun Burhan. Kurasa mereka pun sudah lelap menyambut mimpi.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status