“Selamat sayang, kau berhasil mendapatkan gelar spesialis bedah umum mu di usia dua puluh empat tahun. Ini hadiah dari kakak.” Ucap Ethan dengan penuh kasih pada adiknya yang baru menerima gelarnya yang baru.
Claire tersenyum, lalu mencium pipi kakaknya dengan singkat. “Terima kasih kakak, tapi aku lebih suka mobil baru, hehe.”
Ethan yang mendengar itu mencubit hidung adiknya dengan gemas, semenjak mereka hidup berdua di Jerman dan jauh dari ayah ibu, mereka tampak lebih akrab dan saling bergantung satu sama lain.
Bahkan demi sang adik bisa aman, Ethan rela memindahkan kantor perusahaannya ke Jerman meskipun menghabiskan dana yang cukup besar. Tapi demi keselamatan dan keamanan putri tunggal Filbert, Ethan rela menghabiskan segalanya.
“Ayah ibu tidak bisa datang?” Tanya Claire sambil melihat ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada orang tuanya disana.
“Ayah ibu baru bisa terbang besok, ada badai yang membuat penerbangan harus diundur.” Jawab Ethan dengan lembut.
Claire mengangguk, tak merasa sedih dengan hal itu. “Jika begitu ayo kita makan enak!! Aku ingin makan makanan yang pedas!” Ucap Claire dengan penuh semangat.
Sore itu, Claire dan Ethan memilih restoran kecil di sudut kota yang terkenal dengan masakan pedasnya. Mereka tertawa dan bercanda sepanjang malam, menikmati kebersamaan yang jarang mereka dapatkan.
Setelah makan malam, mereka berjalan pulang sambil berbicara tentang rencana masa depan Claire. "Jadi, setelah ini apa rencanamu, Claire? Akan terus bekerja di rumah sakit atau punya rencana lain?" tanya Ethan.
"Aku ingin terus bekerja di rumah sakit untuk beberapa tahun ke depan. Tapi aku juga ingin membuka klinik sendiri suatu hari nanti, klinik yang fokus pada pengobatan herbal dan tradisional," jawab Claire dengan mata berbinar.
Ethan tersenyum. "Itu rencana yang bagus. Aku yakin kamu bisa mencapainya. Kamu selalu bisa mencapai apa yang kamu inginkan."
Claire tersenyum lebar, gadis kecil dan cantik itu sekarang tumbuh menjadi gadis dewasa yang akan melanjutkan karirnya.
Ethan menatap adiknya dengan lembut, adik yang dulu sering dia gendong dengan penuh cinta kini harus hidup mandiri dan menyelamatkan kehidupan banyak orang dari tangannya yang kecil.
“Lalu kapan kakak akan menikah? Kakak sudah tidak muda lagi, kakek buyut dan kakek Kai sudah mendesak untuk menjodohkanmu kan? Hahaha.”
Ethan tersenyum mendengar itu, meskipun benar tapi dia juga tak terlalu memikirkan ucapan kedua pria tua itu. “Aku akan menikah jika kamu sudah menikah, kakak tidak ingin meninggalkanmu sebelum kamu mendapatkan pasangan yang baik.” Jawab Ethan dengan senyumnya yang hangat.
Claire menaikkan alisnya, “Kak, aku masih lama untuk menjalani kehidupan pernikahan. Kau bisa menikah dengan wanita yang kakak cintai, kau tak perlu khawatir denganku, masih ada ayah dan ibu yang bisa menjagaku.”
Mendengar itu Ethan hanya tersenyum kecil, sebenarnya bukan alasan itu saja yang membuatnya belum ingin menemukan pasangan tapi ada hal lain yang dipertimbangkan.
Mereka tiba di apartemen mereka, Claire dengan semangat membuka pintu apartemen dengan kartu akses miliknya. Tapi begitu dia masuk.
DOR!
Sebuah kejutan membuatnya terkejut, "Selamat atas gelar barunya, putri Filbert!"
Claire yang terkejut langsung tersenyum lebar saat melihat ayah, ibu, kakek buyut, dan kakek Kaizer berada di sana sambil membawa terompet dan balon-balon yang menghiasi apartemen itu.
"Ini bukan pesta anak kecil umur lima tahun," ucap Claire sambil berpura-pura cemberut.
Kakek Kaizer tertawa. "Oh, Claire sayang, kau selalu menjadi putri kecil kami, tidak peduli berapa pun usiamu."
Lucia, ibu Claire, mendekat dan memeluknya erat. "Kami sangat bangga padamu, Claire. Kau telah mencapai begitu banyak di usia yang begitu muda."
Ayahnya, Dariel, mengangguk setuju. "Kami tahu ini bukan jalan yang mudah, tapi kau telah melaluinya dengan baik."
Claire merasakan hangatnya cinta keluarganya. Mereka semua duduk bersama di ruang tamu, berbagi cerita dan tawa. Malam itu terasa sempurna, dipenuhi dengan kebahagiaan dan kebersamaan.
Setelah beberapa saat, kakek buyut dengan kursi rodanya mendekati cucu kesayangannya.
“Sayangku, kesini mendekatlah pada kakek buyut.” Ucap tuan Albert pada Claire.
Claire tersenyum dan mendekat, “Ada apa kek?”
Tuan Albert merogoh saku di kemejanya, lalu mengeluarkan sebuah kunci disana.
“K-kakek ini?” Claire sangat terkejut melihat kunci itu.
“Iya, ini mobil yang selama ini kamu inginkan kan?” Ucap tuan Albert dengan lembut.
Claire terharu mendengarnya dan langsung memeluk kakeknya, menumpahkan tangis bahagianya. "Hei, kenapa malah menangis?" tanya kakek buyutnya dengan nada bercanda.
Claire menghapus air matanya dan tersenyum. "Aku sangat bahagia, Kek. Terima kasih banyak. Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku terima."
Semua orang di ruangan itu tersenyum melihat kehangatan dan kebahagiaan Claire. Malam itu mereka merayakan kesuksesan dan cinta keluarga yang tak tergantikan.
********
Keesokan harinya, Claire dengan jas putihnya dan rambut yang dia cepol ke atas tampak cantik dan segar. Ini hari pertamanya masuk kerja di rumah sakit terbesar di Jerman sebagai dokter spesialis bedah.
“Kamu cantik sayang, ibu rasa putri kecil yang nakal sekarang sudah jadi wanita yang cantik dan mandiri.” Ucap Lucia dengan tersenyum hangat saat memasuki kamar putrinya.
Claire berbalik dan menatap ibunya, “Ibu jangan bahas masa lalu, aku malu.”
Lucia terkekeh, “Ibu masih mengingat jelas bagaimana kamu saat kecil suka memanjat pohon jambu seperti anak laki-laki. Dan menangis saat jatuh.”
Claire ikut tertawa, “Iya, bekas lukanya masih ada di kaki.”
Lucia tersenyum mendengar itu lalu memegang tangan putrinya, “Tapi entah mengapa ibu rasa ibu tak rela kamu bekerja hari ini, seolah itu hari terakhir kamu bersama dengan ibu.”
Claire tersenyum mendengarnya, “Apa sih yang ibu pikirkan, ya sudah aku berangkat dulu.” Ucap Claire sambil mencium ibunya singkat.
“Kamu tak sarapan pagi?”
“Tidak, aku ada shift pagi!” Ucap Claire sambil berlalu meninggalkan apartemen tersebut.
Dengan mobil barunya dia berangkat ke rumah sakit, jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Claire merasa harus cepat atau dia akan terlambat di hari pertamanya masuk.
Dengan kecepatan yang cepat dia menarik pedal gas lebih dalam, “Sial, lampu merah.” Gumam Claire saat melihat diujung sana lampu merah harus menghentikannya tapi dia tak bisa berhenti sekarang.
Dengan nekat dia menerobos lampu merah begitu saja tanpa mengetahui di seberang arah ada mobil hitam yang melaju kencang ke arahnya dan kecelakaan tak bisa di hindarkan.
Claire memejamkan matanya menunggu rasa sakit dari hantaman yang akan tiba, tapi lama tak merasakan apapun dia langsung membuka matanya dan melihat banyak orang yang berlari ke arah sebelah kanannya.
Dia kemudian melihat ke arah orang-orang itu berlari. Begitu terkejutnya dia saat melihat mobil hitam itu memilih menghantam tiang besi di sana. Claire merasa jantungnya berhenti sejenak.
Claire keluar dari mobilnya dengan cepat, berlari ke arah mobil hitam itu. Di dalam, seorang pria tergeletak tak bergerak di kursi pengemudi, darah mengalir dari kepalanya. Claire segera memeriksa denyut nadinya dan merasa lega menemukan bahwa dia masih hidup, meski dalam kondisi kritis.
“Panggil ambulans! Cepat!” teriak Claire kepada orang-orang di sekitarnya. Dia melakukan pertolongan pertama dengan apa yang dia bisa di tempat itu, mencoba menghentikan pendarahan dan memastikan pria itu tetap sadar.
“Maafkan aku, aku akan menyelamatkanmu.” Ucap Claire diakhir kesadaran pria itu.
“Cepat bawa dia langsung menuju ke ruang operasi setelah sampai di rumah sakit. Aku lihat ada pendarahan hebat di kepalanya.” Ucap Claire dengan serius pada perawat yang datang dengan ambulans yang kebetulan mereka bekerja di rumah sakit yang sama.“Baik dokter Claire, apa anda juga langsung ke rumah sakit bersama kami?”Claire melihat ke arah polisi yang sedang memeriksa kejadian, dia sepertinya harus mengurus urusan ini lebih dulu.“Aku akan menyusul, minta dokter Flo untuk menanganinya dahulu. Aku akan menghubunginya sekarang.” Ucap Claire.Mereka mengangguk dan segera membawa pria itu ke rumah sakit, sedangkan Claire mendekati polisi.“Apa anda pemilik mobil BMW ini, nona?”Claire mengangguk, “Maafkan saya, saya terlah membuat kekacauan besar. Tapi saya akan mengikuti proses hukum, tapi tolong jangan cegah aku untuk pergi saat ini.” Ucap Claire sambil menunjukkan kartu identitasnya.“Saya seorang dokter bedah di Hamburg. Saat ini korban membutuhkan saya untuk melakukan operasi kar
"Sweety, kenapa kamu melamun, hm?" tanya Dariel dengan lembut, melihat putrinya yang tampak melamun saat mereka tengah makan malam bersama. Makanan di piring Claire masih utuh dan sudah mulai dingin.Claire terkejut dari lamunannya dan memaksakan senyum. "Oh, tidak ada, Ayah. Aku hanya lelah," jawabnya sambil mencoba menyuapkan makanan ke mulutnya. Tapi, rasa makanannya seolah tidak ada di lidahnya. Pikirannya terus berputar memikirkan pernikahan dadakannya dengan pria yang dia tabrak pagi ini.Lucia, yang duduk di seberang meja, melihat putrinya dengan penuh perhatian. "Sayang, kau terlihat sangat khawatir. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan kepada kami?"Claire menggigit bibirnya, merasa beban rahasia ini terlalu berat untuk dipikul sendiri. Tapi menceritakan sekarang bukanlah waktu yang tepat."Benar-benar tidak ada apa-apa, Ibu," kata Claire dengan suara pelan. "Aku hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua perubahan ini."Ethan, yang duduk di sebelah Claire
"Pisau bedah," titah Claire sambil mengulurkan tangannya. Perawat segera menyerahkan instrumen itu kepadanya.Dengan pakaian serba tertutup dan tangan yang mantap, Claire memulai operasi pada kakek buyutnya. Tekanan sangat besar, tapi dia tahu bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan hati-hati dan presisi. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuat sayatan pertama"Berikan aku suction," pintanya lagi, perawat dengan sigap memberikannya alat tersebut.Claire bekerja dengan teliti, membuka jalan menuju area pendarahan yang perlu diperbaiki. Suasana di ruang operasi sangat tenang, hanya terdengar suara instruksi Claire dan respons cepat dari tim medisnya. Waktu terasa melambat saat Claire melakukan setiap langkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi."Clamp," ucapnya, dan instrumen berikutnya diserahkan kepadanya.Dia berhasil menemukan sumber pendarahan—sebuah pembuluh darah yang pecah. Dengan tangan yang stabil, Claire memperb
Semua orang membeku, menahan nafasnya saat mendengar apa yang diucapkan Claire disana.“Apa kamu gila?!” Ethan yang paling terlihat murka disana.Lucia hanya menghela nafasnya sedangkan Dariel menatap putrinya dengan pandangan yang serius.Tuan Kaizer langsung turun tangan, dia mengejar tuan Edmond dan memberinya pelajaran karena membuat keluarganya menjadi seperti ini.Dia berlari dan saat melihat punggung tuan Edmond, tanpa aba-aba dia langsung membalikkan tubuh pria itu dan membogemnya di lorong rumah sakit tersebut.“Bajingan, kau membuat cucu kesayanganku sengsara?!!”Edmond terhuyung ke belakang, terkejut oleh serangan tiba-tiba dari Tuan Kaizer. Dia mengusap pipinya yang memerah dan berdiri dengan tatapan marah. "Apa yang kau lakukan, orang tua?! Kau gila?!"Tuan Kaizer, dengan wajah merah padam dan napas berat, mendekati Edmond dengan tatapan penuh amarah. "Kau tak punya hak untuk memaksa cucuku menikah! Kau hanya memanfaatkan situasi ini untuk keuntunganmu sendiri!"Beberapa
Claire tiba di mansion mewah yang sangat luas, ini lebih luas dari mansion keluarganya namun sepertinya sama luasnya dengan mansion kakek buyutnya yang ada di Itali.Semua interior di dekorasi berwarna hitam dan putih, yang membuat tampak suram namun masih menunjukkan nilai kemewahan yang luar biasa.“Masuk.” instruksi tuan Edmond membuat Claire tersadar dari lamunannya dan mengikuti pria paruh baya itu.Dia kemudian diantar pelayan menuju ke kamar yang akan dia gunakan untuk beristirahat.“Ini adalah kamar anda, nyonya muda.” Ucap pelayan itu dengan sopan.Claire langsung melihat kesekeliling tempat itu. Dibanding dengan kamar, ini seperti gudang yang tak terpakai, bahkan parahnya tempat ini belum dib
“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar.
Kesan pertama saat Claire masuk ke dalam ruang kerja itu adalah muak. “Tuan memanggilku?” Ucapnya dengan tenang, tak ada rasa tertekan disana, hanya sikap ramah palsu yang dia tampilkan.Tuan Edmond menatap Claire dengan pandangan rumit, dia tak percaya jika gadis yang terlihat lemah itu berani melawannya.“Aku dengar keluhan dari pelayan, kau bersikap kasar padanya.” Ucap tuan Edmond dengan dingin.Claire tersenyum lembut mendengar itu, “Bersikap kasar?” Tanyanya seolah dia tak tahu apapun.Tuan Edmond menatap tajam, “Jangan berpura-pura, Claire. Di mansion ini akulah yang berkuasa dan kau hanya menantuku! Jangan bersikap kurang ajar pada orang ku!” Nada suara tuan Edmond naik satu oktaf menunjukkan jika dia marah saat ini.Claire tak bergeming, lalu menatap mata tuan Edmond dengan berani.“Jangan lupakan jika putramu ada di tanganku, tuan Edmond. Jika aku mau, aku bahkan bisa membuatnya tak sadarkan diri selamanya.” Ucapnya dengan penuh ancaman.Dia memang ingin bertanggung jawab d
“Dia adalah dokter terbaik di Jerman saat ini untuk ahli bedah, tak hanya itu nyonya muda merupakan orang yang memiliki penghargaan tertinggi seorang dokter di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Bahkan dia menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit kronis di usianya yang belia. Nyonya muda juga memiliki aset yang cukup banyak bahkan nilainya hampir sama dengan kekayaan anda sekarang, tuan. Karena kakek buyut dan kakeknya memberikan warisan kepada nyonya muda dibandingkan pada tuan Ethan. Anda benar-benar mendapatkan berlian tanpa sengaja.” Ucap Kendrick menyimpulkan laporan yang telah dia temukan pada Leonidas.Leonidas mendengarkan laporan Kendrick dengan penuh perhatian, matanya menyipit sedikit seolah mempertimbangkan informasi baru ini. “Menarik,” gumamnya. “Jadi, dia bukan hanya sekadar gadis yang ceroboh. Dia memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa.”Kendrick mengangguk. “Benar, tuan. Nyonya Claire adalah seseorang yang sangat berprestasi. Dia bukan hanya ber