"Pisau bedah," titah Claire sambil mengulurkan tangannya. Perawat segera menyerahkan instrumen itu kepadanya.
Dengan pakaian serba tertutup dan tangan yang mantap, Claire memulai operasi pada kakek buyutnya. Tekanan sangat besar, tapi dia tahu bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan hati-hati dan presisi. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuat sayatan pertama
"Berikan aku suction," pintanya lagi, perawat dengan sigap memberikannya alat tersebut.
Claire bekerja dengan teliti, membuka jalan menuju area pendarahan yang perlu diperbaiki. Suasana di ruang operasi sangat tenang, hanya terdengar suara instruksi Claire dan respons cepat dari tim medisnya. Waktu terasa melambat saat Claire melakukan setiap langkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi.
"Clamp," ucapnya, dan instrumen berikutnya diserahkan kepadanya.
Dia berhasil menemukan sumber pendarahan—sebuah pembuluh darah yang pecah. Dengan tangan yang stabil, Claire memperbaiki pembuluh darah tersebut, berfokus penuh pada tugasnya.
"Baik, pendarahan sudah berhenti," katanya dengan nada yang lebih tenang. "Sekarang kita tutup dan pastikan semuanya dalam kondisi stabil."
“Dokter, kondisi pasien menurun.” Ucap seorang perawat yang membuat seisi ruangan operasi menjadi sangat tegang.
Claire merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada mendesak.
"Tekanan darahnya turun drastis dan denyut nadinya melemah," jawab perawat dengan cemas.
Claire segera memeriksa monitor dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Buka kembali luka operasi. Kita harus menemukan penyebabnya sekarang juga."
Dengan cepat, tim medis bekerja sama untuk membuka kembali luka operasi. Claire memeriksa setiap langkah yang telah dia lakukan sebelumnya, mencari tanda-tanda pendarahan atau masalah lainnya yang mungkin terlewat.
"Suction!" titahnya lagi, mencoba mencari sumber masalah.
Ketika Claire memeriksa lebih dalam, dia menemukan sebuah pembuluh darah kecil yang masih bocor. "Di sini, ini penyebabnya. Kita harus menghentikan pendarahan ini segera," ujarnya dengan nada tegas.
Dengan tangan yang stabil, Claire berhasil menutup pembuluh darah yang bocor tersebut. Dia merasa lega ketika melihat pendarahan berhenti dan tekanan darah Tuan Albert mulai stabil kembali.
"Tekanan darahnya kembali naik, dokter," kata perawat dengan nada lega.
Claire mengangguk. "Baik, sekarang kita tutup kembali dan pastikan semuanya dalam kondisi baik."
Setelah beberapa saat lagi bekerja dengan hati-hati, Claire akhirnya menyelesaikan operasi tersebut. "Operasi selesai. Kondisi pasien stabil," katanya sambil menatap timnya dengan senyum tipis.
Tim medis yang lainnya menarik napas lega, merasakan ketegangan di ruangan tersebut mereda. Claire melepas sarung tangannya dan menghela napas panjang, merasa lega dan puas.
Dia keluar dari ruang operasi dan segera disambut oleh keluarganya yang penuh harap. "Bagaimana kondisinya?" tanya Dariel dengan cemas.
Claire tersenyum lelah namun penuh rasa lega. "Operasi berjalan lancar. Ada komplikasi kecil, tapi semuanya sudah diatasi. Kakek buyut dalam kondisi stabil sekarang."
Lucia memeluk putrinya dengan erat, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Terima kasih, sayang. Kau luar biasa."
Dariel, Ethan, dan Tuan Kaizer juga memeluk Claire, merasa bangga dan lega. "Kau benar-benar hebat, Claire. Terima kasih," kata Dariel dengan suara penuh rasa bangga.
Malam itu, mereka tetap berada di rumah sakit untuk memantau kondisi Tuan Albert. Claire, meskipun lelah, merasa puas karena telah berhasil menyelamatkan kakek buyutnya. Namun, dia tahu bahwa masalah pernikahan dadakan dengan pria yang koma masih menunggu untuk dihadapi. Tapi untuk saat ini, dia hanya ingin menikmati momen kebersamaan dengan keluarganya yang penuh cinta.
Ketika tuan Abert di pindahkan dari ruang operasi ke ruang rawat, mereka semua langsung berkumpul disana.
Meskipun mereka tak tahu kapan tuan Abert akan sadar.
“Ayah, lebih baik kau pulang bersama Ethan dan Claire, aku dan Lucia yang akan menunggu kakek.” Ucap Dariel pada ayah mertuanya, tuan Kaizer.
Tuan Kiazer mengangguk, mereka bertiga berdiri dan akan pulang. Tapi sebelum mereka menyentuh knop pintu, seseorang masuk dari sana.
Wajah Claire langsung tegang saat dia melihat tuan Edmond yang datang.
Tuan Edmond memasuki ruangan dengan sikap angkuh, seolah-olah dia mengendalikan situasi. Wajah Claire langsung tegang saat melihatnya, dan dia bisa merasakan ketegangan meningkat di antara keluarganya.
"Selamat malam," sapa Edmond dengan senyum yang tidak tulus. "Saya dengar Anda berada di sini karena masalah keluarga yang serius. Saya harap tidak mengganggu."
Dariel melangkah maju, menatap Edmond dengan tajam. "Apa yang Anda inginkan di sini?" tanyanya dengan nada tegas.
Edmond mengangkat bahu dengan santai. "Saya hanya ingin memastikan kita semua paham tentang tanggung jawab yang harus dipenuhi. Putri Anda telah setuju untuk menikahi putra saya, dan saya ingin memastikan bahwa pernikahan ini akan dilaksanakan secepat mungkin."
Ethan berdiri tegap di samping Claire, tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. "Anda benar-benar berpikir kami akan membiarkan Claire menikah dengan seseorang yang koma? Ini tidak masuk akal."
Edmond menghela napas panjang, seolah-olah dia sedang berbicara kepada anak-anak yang tidak paham. "Ini bukan masalah masuk akal atau tidak. Ini adalah masalah tanggung jawab dan kehormatan. Putri Anda membuat putra saya koma, dan ini adalah cara untuk memperbaiki situasi."
Claire menenangkan keadaan, melihat semua orang mulai terpancing emosinya, dia harus turun tangan untuk meredam ini semua. "Tuan Edmond, saya paham bahwa Anda marah dan kecewa. Saya juga sangat menyesal atas apa yang terjadi. Tapi bisakah Anda memberi saya waktu? Kakek saya sedang kritis saat ini."
Edmond menatap Claire dengan tatapan dingin, lalu mengangguk perlahan. "Baiklah, aku akan memberimu waktu. Tapi ingat, waktu tidak berpihak kepadamu. Aku berharap masalah ini segera diselesaikan."
Setelah itu, Edmond berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan ketegangan yang masih terasa di udara. Claire menghela napas lega, tetapi dia tahu ini hanya sementara. Dia berbalik ke arah keluarganya yang masih tampak tegang.
"Maafkan aku," kata Claire dengan suara pelan. "Aku tidak ingin kalian semua terlibat dalam masalah ini."
Ethan memeluk adiknya dengan erat, “Ini bukan salahmu, kakak akan berusaha untuk membatalkan pernikahan ini.” Janji Ethan dengan serius.
Claire hanya diam tak membalas pelukan kakaknya itu, lalu melepaskan pelukan kakaknya dengan pelan.
Lalu berbalik menatap seluruh mata keluarganya satu persatu.
“Aku akan menikahinya.” Ucapnya dengan serius.
Semua orang membeku, menahan nafasnya saat mendengar apa yang diucapkan Claire disana.“Apa kamu gila?!” Ethan yang paling terlihat murka disana.Lucia hanya menghela nafasnya sedangkan Dariel menatap putrinya dengan pandangan yang serius.Tuan Kaizer langsung turun tangan, dia mengejar tuan Edmond dan memberinya pelajaran karena membuat keluarganya menjadi seperti ini.Dia berlari dan saat melihat punggung tuan Edmond, tanpa aba-aba dia langsung membalikkan tubuh pria itu dan membogemnya di lorong rumah sakit tersebut.“Bajingan, kau membuat cucu kesayanganku sengsara?!!”Edmond terhuyung ke belakang, terkejut oleh serangan tiba-tiba dari Tuan Kaizer. Dia mengusap pipinya yang memerah dan berdiri dengan tatapan marah. "Apa yang kau lakukan, orang tua?! Kau gila?!"Tuan Kaizer, dengan wajah merah padam dan napas berat, mendekati Edmond dengan tatapan penuh amarah. "Kau tak punya hak untuk memaksa cucuku menikah! Kau hanya memanfaatkan situasi ini untuk keuntunganmu sendiri!"Beberapa
Claire tiba di mansion mewah yang sangat luas, ini lebih luas dari mansion keluarganya namun sepertinya sama luasnya dengan mansion kakek buyutnya yang ada di Itali.Semua interior di dekorasi berwarna hitam dan putih, yang membuat tampak suram namun masih menunjukkan nilai kemewahan yang luar biasa.“Masuk.” instruksi tuan Edmond membuat Claire tersadar dari lamunannya dan mengikuti pria paruh baya itu.Dia kemudian diantar pelayan menuju ke kamar yang akan dia gunakan untuk beristirahat.“Ini adalah kamar anda, nyonya muda.” Ucap pelayan itu dengan sopan.Claire langsung melihat kesekeliling tempat itu. Dibanding dengan kamar, ini seperti gudang yang tak terpakai, bahkan parahnya tempat ini belum dib
“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar.
Kesan pertama saat Claire masuk ke dalam ruang kerja itu adalah muak. “Tuan memanggilku?” Ucapnya dengan tenang, tak ada rasa tertekan disana, hanya sikap ramah palsu yang dia tampilkan.Tuan Edmond menatap Claire dengan pandangan rumit, dia tak percaya jika gadis yang terlihat lemah itu berani melawannya.“Aku dengar keluhan dari pelayan, kau bersikap kasar padanya.” Ucap tuan Edmond dengan dingin.Claire tersenyum lembut mendengar itu, “Bersikap kasar?” Tanyanya seolah dia tak tahu apapun.Tuan Edmond menatap tajam, “Jangan berpura-pura, Claire. Di mansion ini akulah yang berkuasa dan kau hanya menantuku! Jangan bersikap kurang ajar pada orang ku!” Nada suara tuan Edmond naik satu oktaf menunjukkan jika dia marah saat ini.Claire tak bergeming, lalu menatap mata tuan Edmond dengan berani.“Jangan lupakan jika putramu ada di tanganku, tuan Edmond. Jika aku mau, aku bahkan bisa membuatnya tak sadarkan diri selamanya.” Ucapnya dengan penuh ancaman.Dia memang ingin bertanggung jawab d
“Dia adalah dokter terbaik di Jerman saat ini untuk ahli bedah, tak hanya itu nyonya muda merupakan orang yang memiliki penghargaan tertinggi seorang dokter di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Bahkan dia menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit kronis di usianya yang belia. Nyonya muda juga memiliki aset yang cukup banyak bahkan nilainya hampir sama dengan kekayaan anda sekarang, tuan. Karena kakek buyut dan kakeknya memberikan warisan kepada nyonya muda dibandingkan pada tuan Ethan. Anda benar-benar mendapatkan berlian tanpa sengaja.” Ucap Kendrick menyimpulkan laporan yang telah dia temukan pada Leonidas.Leonidas mendengarkan laporan Kendrick dengan penuh perhatian, matanya menyipit sedikit seolah mempertimbangkan informasi baru ini. “Menarik,” gumamnya. “Jadi, dia bukan hanya sekadar gadis yang ceroboh. Dia memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa.”Kendrick mengangguk. “Benar, tuan. Nyonya Claire adalah seseorang yang sangat berprestasi. Dia bukan hanya ber
Saat kicauan burung mulai terdengar dan cahaya pagi mulai masuk ke celah kamar, Claire yang tertidur di kamar Leonidas tampak terbangun.Dengan menguap dia mulai membuka matanya seperti bayi yang baru bangun, hingga saat matanya mulai terbuka lebar dia baru menyadari jika dia tertidur di kamar ini.Tapi bagaimana bisa dia naik ke ranjang Leonidas dan memeluk pria itu saat ini?!Claire langsung bangkit, karena takut alat penunjang kehidupan pria itu dia sentuh dan membuatnya semakin kritis.Tapi saat nafas dan detak jantung Leonidas normal, dia bernafas lega.“Apakah aku tanpa sadar naik ke ranjang? Claire kau bodoh sekali. Bisa-bisanya kau tertidur disini.” Gumamnya.Claire menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa malu yang menghampirinya. Dia memastikan semuanya kembali normal, merapikan selimut Leonidas dengan hati-hati sebelum memutuskan untuk pergi membersihkan diri.“Semoga ini tidak terjadi lagi,” gumamnya.Namun, tanpa sepengetahuan Claire, Leonidas telah menyaksikan
Suasana mansion Hawthorne, seorang menantu dan ayah mertua pertama kali dalam satu meja makan yang sama.Malam ini, Claire diundang oleh pria paruh baya tersebut untuk makan malam perdana.“Bagaimana dengan keadaan putraku?” Tanya tuan Edmond di tengah makan malam mereka.Claire yang santai hanya menjawab seadanya, “Baik-baik saja, sepertinya putramu sedang mimpi wanita cantik disana sehingga lama sadar dari komanya.” Jawab Claire asal.Tuan Edmond menatap Claire tajam, tidak senang dengan jawaban santai itu. "Aku harap kau serius dalam merawatnya, Claire," katanya dengan nada yang lebih serius. "Keluarga ini tidak bisa terus dalam keadaan seperti ini."Claire meletakkan sendoknya dengan perlahan, menghadap langsung pada pria paruh baya di depannya. "Tuan Edmond, saya sangat serius dalam merawat Leonidas. Setiap hari saya memberikan perawatan terbaik yang bisa saya berikan. Tetapi, saya tidak bisa memaksa dia untuk sadar lebih cepat. Itu semua tergantung pada tubuhnya sendiri."Tuan E
Tuan Edmond yang berada di ruangannya terkejut saat mendapati laporan dari Adam tentang akuisisi perusahaan teh hijau atas nama Leonidas.“Panggil Kendrick sekarang, aku butuh penjelasan.” Titahnya dengan tegas untuk memanggil asisten putranya tersebut.Adam segera mengangguk dan pergi dari ruangan yang serba hitam tersebut.Tuan Edmond tampak merenung dalam diam, “Tidak mungkin Kendrick mengakuisisi perusahaan atas nama Leonidas tanpa persetujuannya.” Gumamnya.Hingga beberapa waktu kamudian Kendrick bersama Adam datang ke ruangannya.“Tuan besar, anda memanggil saya?” Tanya Kendrick dengan sopan dan tetap tenang.“Jelaskan tentang perusahaan teh itu.” Ucapnya dengan tegas.Kendrick mengangguk, “Sebelum kejadian naas menghampiri tuan Leonidas, beliau sudah merencanakan ingin mengakuisisi perusahaan teh tersebut. Dan hari ini adalah peresmiannya, sehingga itu bukanlah hal yang baru, tuan.” Ucapnya dengan tenang, menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya Leonidas telah sadar dan baru m
Hawai,Tempat yang sangat cocok untuk menyendiri menikmati indahnya pemandangan pantai yang sangat memukau dan memanjakan mata.“Sendirian, nona?” Suara pria yang berada di sebelahnya membuat Ashilla yang duduk di atas pasir dengan kaca mata hitamnya sedikit menoleh.Dia tersenyum, setidaknya selain pemandangan yang indah disini juga banyak pria yang tampan dan eksotis.“Iya.” Jawabnya dengan tenang.“Mau berselancar?” Tanya pria itu, meskipun tak kenal pria itu berbicara dengannya seolah mereka sangat akrab.Dia bukan wanita yang tertarik pada rayuan pria dulunya, tapi sekarang untuk mengobati rasa sakitnya pada pengkhianatan Ethan dia ingin mencoba sesuatu yang tak pernah dia lakukan.“Aku tak pandai berselancar.” Ucapnya dengan lembut.Pria yang memiliki tubuh tinggi dan pahatan perut dan dada yang sempurna itu tampak tersenyum manis, “Mau belajar denganku, nona?”Ashilla mengalihkan pandangannya ke pria itu, memperhatikan senyumnya yang ramah dan sedikit menggoda. Dia memiringkan
“Kakak kenapa terlihat murung? Bukankah harusnya senang bisa melihat wanita yang kakak sukai?” Tanya Disya saat mereka sudah sampai di taman rumah sakit.James yang tadinya melamun langsung menatap kearah Disya.“Eh? Apa yang kau katakan?”“Kakak kenapa tak terlihat senang? Bukankah sudah bertemu kak Claire harusnya senang.”James kemudian menatap ke arah Disya dengan tatapan serius, “Bagaimana kau tahu tentang Claire? Aku tak pernah menceritakan itu padamu.” Disya tersentak sejenak, lalu mencoba tersenyum meskipun terlihat sedikit gugup. "Aku mendengar namanya saat kakak mabuk, waktu itu kakak menyebut-nyebut dia," jawabnya dengan suara pelan, mencoba menghindari tatapan tajam James. "Aku pikir, dia adalah wanita yang penting untuk kakak."James menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya ke kursi taman. "Jadi kau tahu, ya..." gumamnya sambil menatap langit. "Claire memang seseorang yang... spesial untukku. Tapi semuanya sudah terlalu rumit sekarang."Disya menundukkan kepala,
“Keluarga pasien..” Ucap dokter yang baru selesai mengobati Disya di dalam.James yang mendengarnya langsung berdiri, “Saya dokter.” Ucap James segera.“Anda siapa pasien?” Tanya dokter tersebut.James sedikit bimbang harus menjawab apa hingga dia menjawab, “Saya calon suaminya.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.Dokter tersebut mengangguk mengerti lalu menjelaskan kondisi pasien saat ini, “Kandungan nona Disya sangat lemah sekarang ini, terlebih benturan saat terjatuh memperparah. Saya sudah meresepkan obat untuk memperkuat kandungannya. Tolong jaga dia untuk tidak terlalu stress dan juga dia harus makan makanan yang sehat.”James mengangguk pelan mendengar penjelasan dokter, mencoba mencerna setiap kata dengan serius meskipun pikirannya masih kalut. "Baik, Dokter. Saya akan pastikan dia mengikuti semua instruksi Anda," ucapnya tegas, meski dalam hati ada perasaan bersalah yang mendalam.Dokter tersenyum tipis, mencoba menenangkan James. "Dia butuh perhatian ekstra sekarang, terutama d
“Saya tak bisa menemukan keberadaan nona, tuan.” Ucap bawahan Ethan dengan waspada, bersiap menerima amukan pria itu sebentar lagi.Ethan menghentikan langkahnya sejenak, matanya tajam menatap bawahannya yang terlihat gugup. Suasana di ruangan itu mendadak terasa mencekam. "Apa maksudmu tidak bisa menemukan? Kau tahu apa yang sedang kau bicarakan?" suaranya rendah, tapi penuh tekanan.Bawahan itu menelan ludah, merasa punggungnya mulai basah oleh keringat. "Kami sudah mencoba melacak keberadaan nona Ashilla, tapi semua jejaknya berhenti setelah keberangkatannya ke Jerman. Kami bahkan memeriksa hotel-hotel tempat dia biasa menginap, tapi tidak ada hasil, Tuan."Ethan mengepalkan tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Kalian diberi tugas untuk mencari tahu, bukan membawa alasan. Bagaimana aku bisa mempercayakan pekerjaanku jika tugas sesederhana ini saja kalian gagal?""Tuan, kami akan mencoba lagi—""Jangan mencoba. Temukan dia! Aku tidak peduli apa yang harus kalian lakukan
“Aku tak habis pikir kenapa kakak lebih mementingkan sekretaris itu dibandingkan kak Ashilla.” Ucap Claire sambil menangis di dalam mobil.Leonidas menghapus air mata wanitanya dengan lembut dan menghiburnya, “Jangan bersedih, mungkin ada alasan kenapa Ethan melakukannya. Mau aku bantu mencari tahu?” Tanya Leonidas dengan lembut.Claire mengangguk, “Tolong cari tahu, Leon. Aku tak ingin pernikahan kak Ashilla dan kakak batal karena hal ini. Tapi jika kakak benar-benar selingkuh aku tak tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu pada sekretaris tak tahu diri itu.” Ucap Claire dengan tajam.Leonidas mengangguk pelan, menatap Claire dengan penuh kasih sayang. “Aku mengerti, sayang. Aku akan membantu, tapi kau harus tetap tenang. Jangan sampai emosimu mengaburkan penilaianmu. Kita perlu bukti sebelum mengambil tindakan apa pun.”Claire menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. “Aku hanya tidak mengerti bagaimana kakak bisa melakukan ini pada Kak Ashilla. Dia sudah memberikan se
BRAK!!Suara pintu kerja yang terbuka dengan kasar terdengar begitu keras.“Kakak!” Claire memanggil kakaknya dengan amarah, menatap ke arah Ethan yang saat ini sedang berdiskusi dengan sekretarisnya yang belum satu bulan bekerja itu.“Claire? Kenapa kau datang tib–”PLAK!Ethan terkejut saat adiknya menamparnya begitu dia datang.“Apa yang kakak lakukan pada kak Ashilla!”Ruangan itu langsung sunyi setelah suara tamparan keras Claire. Sekretaris yang ada di dalam hanya bisa mematung dengan wajah bingung, sementara Ethan memegang pipinya yang terasa panas. Tatapan Ethan berubah dari keterkejutan menjadi penuh pertanyaan."Claire, apa-apaan ini?!" Ethan berseru, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meskipun terlihat jelas bahwa dia mulai kehilangan kesabaran.Claire menatapnya dengan mata memerah, penuh emosi. "Apa kau tak tahu jika kak Ashilla pergi? Apa kau sangat asyik dengan sekretaris mu ini?” Tanya Claire dengan emosi menunjuk ke arah Angela.Ethan berdiri dari kursinya, wajahny
“Pesankan Makanan dan antar ke ruang kerja Ethan, aku dan dia akan makan siang disana.” Ucap Ashilla dengan dingin pada sekretarisnya.“Baik, nona.”Setelah itu Ashilla berjalan menuju ke ruang kerja Ethan, meskipun banyak sekali pertanyaan dalam benaknya mengenai masalah tadi pagi tapi dia harus tetap tenang dan bertanya langsung pada pria itu.Semuanya belum terlambat.Hingga saat dia masuk tanpa mengetuk pintu, dia mendengar suara tawa wanita lain di dalam ruang kerja Ethan.Saat pintu sudah terbuka lebar, Ashilla bisa melihat jika sekretaris wanita itu yang tengah tertawa di depan Ethan yang hanya tersenyum tipis.“Ashilla.. “ Ethan tampak tenang saat Ashilla datang, seolah tak ada yang disembunyikan oleh pria itu.“Apa kalian masih membahas pekerjaan?” Tanya Ashilla dengan datar.Ethan mengangguk dengan santai, tidak menunjukkan tanda-tanda merasa bersalah atau terganggu dengan kedatangan Ashilla yang tiba-tiba. "Ya, Angela baru saja menyampaikan laporan mingguan. Ada beberapa ha
“Sudah?” Tanya Leonidas saat Claire masuk ke dalam mobil.“Sudah, ayo berangkat ke rumah sakit. Aku ada operasi satu jam lagi.” Ucap Claire sambil memasang sabuk pengaman mobilnya.Leonidas mengangguk kemudian menjalankan mobil mereka menuju ke rumah sakit.“Dia sudah tampak baik?” Tanya Leonidas dengan tenang.“Dari wajahnya dia tampak baik-baik saja, tapi ada yang aneh dari sikapnya.” Ucap Claire dengna jujur.“Aneh?”“Iya, aneh. Dia melarangku masuk, padahal aku ingin membuatkan obat herbal agar bisa dia minum tapi dia malah mencegahku. Seperti ada yang dia sembunyikan.” Ucap Claire dengan tatapan serius pada Leonidas.Leonidas terkekeh gemas melihat wajah Claire yang tampak begitu serius, “Mungkin dia membawa wanita di dalam, tak perlu dipikirkan.”Claire mengangguk tapi tampak tak puas, “Kita sudah sahabatan dari kecil, jika dia membawa wanita yang notabene adalah kekasihnya kenapa harus disembunyikan padaku. Membuatku sedih saja karena merasa tak dianggap.”Leonidas tersenyum, “
Saat sinar matahari mulai tampak tinggi, James yang terbangun dari tidurnya sedikit melirik ke arah jam di dinding. Melihat masih pukul tujuh pagi, dia berniat untuk tidur lagi.Namun suara seperti orang memasak di dapur membuatnya terbangun dan teringat jika Disya ada disini sejak semalam.“Bisa-bisanya aku melupakan itu.” Gumam James lalu pergi ke kamar mandi kemudian keluar setelah mengganti pakaian kerja dan melihat ke arah Disya yang sibuk memasak di dapur.“Kau memasak?” Tanya James sambil membuat kopi untuk dirinya sendiri.Disya yang elihat James sudah keluar dengan stelan rapi hanya tersenyum, “Iya kak, aku hanya masak nasi goreng. Di kulkas tak ada bahan lainnya, nanti aku beli bahan untuk memasak.” Ucap Disya ang terlihat lebih baik dibanding semalam.James melihat itu hanya mengangguk dan meminum kopinya, ditengah lamunannya dia teringat jika pagi ini dia tak merasakan mual seperti pagi-pagi sebelumnya.Tanpa sadar dia melirik ke arah Disya yang tampak bersenandung menyia