Share

BAB 7

“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”

Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.

Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.

Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.

Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar. Tapi dia tersadar jika pria yang terbaring koma telah membuka matanya.

Bruk!

“Tuan?!”

Seluruh dokumen jatuh ke lantai, Kendrick langsungsegera mendekati tuannya.

“Aku akan memanggil istri anda agar dia bisa memeriksa.” Ucap Kendrick ketika dia berada di samping Leonidas setelah memeriksa jika apa yang dia lihat bukanlah ilusi.

Tapi saat Kendrick ingin pergi, tangan kekar itu menahan tangan Kendrick dengan kuat.

Pria itu menatap tajam asistennya itu, “Istri?” 

Leonidas menatap Kendrick dengan intensitas yang membuat ruangan terasa semakin kecil. Meskipun baru bangun dari koma, kekuatannya terasa jelas dalam genggaman tangannya dan tatapan matanya.

"Istri?" ulangnya lagi, suaranya lebih tegas meskipun masih lemah.

Kendrick menelan ludah, berusaha menjaga ketenangannya. "I-iya tuan, anda telah menikah. Istri anda adalah Claire Filbert, mungkin anda tidak asing dengan marga keluarganya karena dia adalah adik Ethan Filbert, rival anda saat kuliah dulu, tuan.” 

Setelah mendengar jawaban itu, Leonidas tampak termenung seolah mengingat kejadian apa yang dia alami sebelumnya sampai dia tak tahu jika dia telah menikah saat ini.

“Tutup pintu.” Titah Leonidas saat dia mengingat kejadian terakhir sebelum dia terbaring koma.

Kendrick segera mengangguk dan menutup pintu lalu menguncinya dari dalam.

Leonidas yang masih terbaring berusaha bangkit dari tidurnya, namun sialnya dia tidak bisa merasakan kedua kakinya saat ini.

Dia sangat mengingat jelas kecelakaan itu, kecelakaan akibat mobil bodoh yang menerobos jalan saat lampu diseberangnya hijau yang membuat dia harus membanting stir kearah lain.

Ingatan samar mulai terlihat, wajah cantik seorang gadis di akhir kesadarannya.

“Dia yang menabrakku?” Tanya Leonidas dengan dingin, seolah dia menggabungkan puzzle yang terpecah menjadi satu.

Kendrick menelan ludah sekali lagi, merasa tekanan dari aura Leonidas yang mendominasi. "I-iya, tuan. Claire yang menyebabkan kecelakaan itu. Dia merasa sangat bersalah dan ayah Anda, Tuan Edmond, menuntut agar dia bertanggung jawab dengan menikah Anda."

Leonidas menutup matanya sejenak, memproses semua informasi ini. Dalam pikirannya, bayangan kecelakaan itu semakin jelas. Mobil yang melaju kencang, benturan keras, dan wajah Claire yang tampak panik di akhir kesadarannya. Amarahnya mulai membara, namun dia berusaha tetap tenang.

“Apa yang dilakukan pria tua itu.” Gumamnya dengan tangan yang mengepal dengan kuat.

Kendrick hanya diam tak berani menjawab, meskipun tahu hubungan ayah dan anak itu selalu bersimpangan tanpa bisa akur.

“Rahasiakan kondisiku, aku ingin menilai dia.”

Kendrick mengangkat kepalanya, “Hah?” Dia merespon perintah Leonidas dengan bingung.

“Apa kau tuli?”

Kendrick cepat-cepat menggeleng. "Tidak, tuan. Saya mengerti. Saya akan merahasiakan kondisi Anda."

“Pergi sekarang, dan aku ingin laporan lengkap tentang gadis itu.” Titah Leonidas dengan dingin.

Kendrick segera mengangguk dan pergi dari sana, lalu menutup rapat kamar itu meninggalkan Leonidas yang saat ini tengah berpikir keras.

“Claire Filbert.” Gumamnya di keheningan kamar tersebut.

**********

Byur!!

Claire yang terkejut langsung terbangun, dia langsung melihat ke arah pelayan yang menyiramnya dengan air untuk kedua kalinya.

“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya dengan dingin.

Pelayan itu tersentak saat melihat raut wajah Claire yang terlihat memendam emosi, bahkan dia merasa merinding dengan tatapan itu.

“A-apa? saya hanya membangunkan anda. Ini sudah jam enam pagi. Anda harus menyiapkan sarapan untuk tuan muda!” Ucap pelayan itu dengan keras dan cepat.

Claire kemudian bangkit, lalu mendekati pelayan itu. “Satu kali lagi kau menyiramku, kau akan tahu akibatnya, Camkan.” Bisik Claire sebelum dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Pelayan yang mendengar itu langsung merinding, aura yang dikeluarkan Claire sangat menakutkan. “Aku harus mengatakan ini pada tuan besar.” Gumamnya yang langsung lari dari kamar kecil itu.

Di dapur, Claire tampak tenang merebus rempah-rempah. Leonidas tak butuh makan selama koma, jadi dia membuatkan air rebusan herbal yang baik untuk memperbaiki vitalitas tubuh. Dia tampak bersenandung ria disana, meskipun banyak pelayan yang tidak sopan padanya, dia tak akan membiarkan mereka menindasnya.

Claire menyelesaikan persiapannya dan membawa rebusan herbal ke kamar Leonidas. Saat dia masuk, ruangan itu tampak sudah dibersihkan oleh pelayan bahkan tirai yang kemarin tertutup sudah terbuka. Cahaya matahari yang hangat tampak jatuh ke wajah tampan Leonidas yang membuatnya tampak sangat sempurna bak dewa yang tengah beristirahat.

“Sayang sekali kau koma saat ini, jika tidak kau adalah tipe idealku.” Gumamnya.

“Tapi tak masalah, aku akan membuatmu sadar dan pergi setelahnya lalu mengejar cita-citaku yang tertunda.”

"Aku juga membuatkan rebusan herbal untukmu," katanya dengan suara lembut. "Ini akan membantu memperbaiki vitalitas tubuhmu."

Dengan lembut Claire menyendokkan ramuan herbal itu dengan pelan ke mulut Leonidas. Saat Claire mengambil tisu, tanpa dia sadari otot leher Leonidas tampak mengeras namun dengan cepat normal kembali.

“Kau cukup bagus meminumnya, jika orang lain mungkin akan merasa kepahitan. Bahkan tidak hilang sampai seharian.” Gumamnya sambil terkekeh, meskipun dia tahu tak mungkin ada respon.

Setelah selesai menyuapkan semangkuk rebusan herbal, Claire meletakkan mangkuknya di meja.

“Mari kita lanjutkan bacaan yang kemarin, sampai mana ya?” Gumamnya pada dirinya sendiri.

Tapi sebelum dia bisa duduk dengan tenang, tiba-tiba pelayan datang.

“Nyonya, anda di panggil tuan untuk pergi ke ruangannya.” Ucap pelayan itu dengan tenang.

“Ya.” Jawab Claire dengan singkat lalu pelayan itu pergi setelah menutup pintu.

Claire menatap ke arah Leonidas yang masih memejamkan matanya dengan tenang, “Kau tahu? Ayahmu yang sialan itu sangat menyebalkan. Aku harap kau tak lebih menyebalkan dari dia.” Ucap Claire dengan wajah yang begitu dekat dengan telinga, membuat Leonidas merasakan hembusan nafasnya saat ini. 

Saat setelah mendengar pintu tertutup, Leonidas mulai membuka matanya. Tatapannya yang dingin tersungging senyuman tipis disana.

“Menarik.” Seringaian licik tampak jelas di wajahnya.

“Kau adalah orang pertama yang berani mengumpat di belakang pria tua itu.” Ucapnya sambil terkekeh lucu dengan membayangkan wajah lucunya saat kesal.

Dia mulai menikmati kepura-puraan ini, namun tidak dengan ramuan itu. Pikirnya, sambil menatap mangkuk besar yang berisi cairan yang mengerikan itu dengan tajam.

“Sial, lidahku sampai mati rasa.” Gumamnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status