“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”
Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.
Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.
Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.
Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar. Tapi dia tersadar jika pria yang terbaring koma telah membuka matanya.
Bruk!
“Tuan?!”
Seluruh dokumen jatuh ke lantai, Kendrick langsungsegera mendekati tuannya.
“Aku akan memanggil istri anda agar dia bisa memeriksa.” Ucap Kendrick ketika dia berada di samping Leonidas setelah memeriksa jika apa yang dia lihat bukanlah ilusi.
Tapi saat Kendrick ingin pergi, tangan kekar itu menahan tangan Kendrick dengan kuat.
Pria itu menatap tajam asistennya itu, “Istri?”
Leonidas menatap Kendrick dengan intensitas yang membuat ruangan terasa semakin kecil. Meskipun baru bangun dari koma, kekuatannya terasa jelas dalam genggaman tangannya dan tatapan matanya.
"Istri?" ulangnya lagi, suaranya lebih tegas meskipun masih lemah.
Kendrick menelan ludah, berusaha menjaga ketenangannya. "I-iya tuan, anda telah menikah. Istri anda adalah Claire Filbert, mungkin anda tidak asing dengan marga keluarganya karena dia adalah adik Ethan Filbert, rival anda saat kuliah dulu, tuan.”
Setelah mendengar jawaban itu, Leonidas tampak termenung seolah mengingat kejadian apa yang dia alami sebelumnya sampai dia tak tahu jika dia telah menikah saat ini.
“Tutup pintu.” Titah Leonidas saat dia mengingat kejadian terakhir sebelum dia terbaring koma.
Kendrick segera mengangguk dan menutup pintu lalu menguncinya dari dalam.
Leonidas yang masih terbaring berusaha bangkit dari tidurnya, namun sialnya dia tidak bisa merasakan kedua kakinya saat ini.
Dia sangat mengingat jelas kecelakaan itu, kecelakaan akibat mobil bodoh yang menerobos jalan saat lampu diseberangnya hijau yang membuat dia harus membanting stir kearah lain.
Ingatan samar mulai terlihat, wajah cantik seorang gadis di akhir kesadarannya.
“Dia yang menabrakku?” Tanya Leonidas dengan dingin, seolah dia menggabungkan puzzle yang terpecah menjadi satu.
Kendrick menelan ludah sekali lagi, merasa tekanan dari aura Leonidas yang mendominasi. "I-iya, tuan. Claire yang menyebabkan kecelakaan itu. Dia merasa sangat bersalah dan ayah Anda, Tuan Edmond, menuntut agar dia bertanggung jawab dengan menikah Anda."
Leonidas menutup matanya sejenak, memproses semua informasi ini. Dalam pikirannya, bayangan kecelakaan itu semakin jelas. Mobil yang melaju kencang, benturan keras, dan wajah Claire yang tampak panik di akhir kesadarannya. Amarahnya mulai membara, namun dia berusaha tetap tenang.
“Apa yang dilakukan pria tua itu.” Gumamnya dengan tangan yang mengepal dengan kuat.
Kendrick hanya diam tak berani menjawab, meskipun tahu hubungan ayah dan anak itu selalu bersimpangan tanpa bisa akur.
“Rahasiakan kondisiku, aku ingin menilai dia.”
Kendrick mengangkat kepalanya, “Hah?” Dia merespon perintah Leonidas dengan bingung.
“Apa kau tuli?”
Kendrick cepat-cepat menggeleng. "Tidak, tuan. Saya mengerti. Saya akan merahasiakan kondisi Anda."
“Pergi sekarang, dan aku ingin laporan lengkap tentang gadis itu.” Titah Leonidas dengan dingin.
Kendrick segera mengangguk dan pergi dari sana, lalu menutup rapat kamar itu meninggalkan Leonidas yang saat ini tengah berpikir keras.
“Claire Filbert.” Gumamnya di keheningan kamar tersebut.
**********
Byur!!
Claire yang terkejut langsung terbangun, dia langsung melihat ke arah pelayan yang menyiramnya dengan air untuk kedua kalinya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya dengan dingin.
Pelayan itu tersentak saat melihat raut wajah Claire yang terlihat memendam emosi, bahkan dia merasa merinding dengan tatapan itu.
“A-apa? saya hanya membangunkan anda. Ini sudah jam enam pagi. Anda harus menyiapkan sarapan untuk tuan muda!” Ucap pelayan itu dengan keras dan cepat.
Claire kemudian bangkit, lalu mendekati pelayan itu. “Satu kali lagi kau menyiramku, kau akan tahu akibatnya, Camkan.” Bisik Claire sebelum dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pelayan yang mendengar itu langsung merinding, aura yang dikeluarkan Claire sangat menakutkan. “Aku harus mengatakan ini pada tuan besar.” Gumamnya yang langsung lari dari kamar kecil itu.
Di dapur, Claire tampak tenang merebus rempah-rempah. Leonidas tak butuh makan selama koma, jadi dia membuatkan air rebusan herbal yang baik untuk memperbaiki vitalitas tubuh. Dia tampak bersenandung ria disana, meskipun banyak pelayan yang tidak sopan padanya, dia tak akan membiarkan mereka menindasnya.
Claire menyelesaikan persiapannya dan membawa rebusan herbal ke kamar Leonidas. Saat dia masuk, ruangan itu tampak sudah dibersihkan oleh pelayan bahkan tirai yang kemarin tertutup sudah terbuka. Cahaya matahari yang hangat tampak jatuh ke wajah tampan Leonidas yang membuatnya tampak sangat sempurna bak dewa yang tengah beristirahat.
“Sayang sekali kau koma saat ini, jika tidak kau adalah tipe idealku.” Gumamnya.
“Tapi tak masalah, aku akan membuatmu sadar dan pergi setelahnya lalu mengejar cita-citaku yang tertunda.”
"Aku juga membuatkan rebusan herbal untukmu," katanya dengan suara lembut. "Ini akan membantu memperbaiki vitalitas tubuhmu."
Dengan lembut Claire menyendokkan ramuan herbal itu dengan pelan ke mulut Leonidas. Saat Claire mengambil tisu, tanpa dia sadari otot leher Leonidas tampak mengeras namun dengan cepat normal kembali.
“Kau cukup bagus meminumnya, jika orang lain mungkin akan merasa kepahitan. Bahkan tidak hilang sampai seharian.” Gumamnya sambil terkekeh, meskipun dia tahu tak mungkin ada respon.
Setelah selesai menyuapkan semangkuk rebusan herbal, Claire meletakkan mangkuknya di meja.
“Mari kita lanjutkan bacaan yang kemarin, sampai mana ya?” Gumamnya pada dirinya sendiri.
Tapi sebelum dia bisa duduk dengan tenang, tiba-tiba pelayan datang.
“Nyonya, anda di panggil tuan untuk pergi ke ruangannya.” Ucap pelayan itu dengan tenang.
“Ya.” Jawab Claire dengan singkat lalu pelayan itu pergi setelah menutup pintu.
Claire menatap ke arah Leonidas yang masih memejamkan matanya dengan tenang, “Kau tahu? Ayahmu yang sialan itu sangat menyebalkan. Aku harap kau tak lebih menyebalkan dari dia.” Ucap Claire dengan wajah yang begitu dekat dengan telinga, membuat Leonidas merasakan hembusan nafasnya saat ini.
Saat setelah mendengar pintu tertutup, Leonidas mulai membuka matanya. Tatapannya yang dingin tersungging senyuman tipis disana.
“Menarik.” Seringaian licik tampak jelas di wajahnya.
“Kau adalah orang pertama yang berani mengumpat di belakang pria tua itu.” Ucapnya sambil terkekeh lucu dengan membayangkan wajah lucunya saat kesal.
Dia mulai menikmati kepura-puraan ini, namun tidak dengan ramuan itu. Pikirnya, sambil menatap mangkuk besar yang berisi cairan yang mengerikan itu dengan tajam.
“Sial, lidahku sampai mati rasa.” Gumamnya.
Kesan pertama saat Claire masuk ke dalam ruang kerja itu adalah muak. “Tuan memanggilku?” Ucapnya dengan tenang, tak ada rasa tertekan disana, hanya sikap ramah palsu yang dia tampilkan.Tuan Edmond menatap Claire dengan pandangan rumit, dia tak percaya jika gadis yang terlihat lemah itu berani melawannya.“Aku dengar keluhan dari pelayan, kau bersikap kasar padanya.” Ucap tuan Edmond dengan dingin.Claire tersenyum lembut mendengar itu, “Bersikap kasar?” Tanyanya seolah dia tak tahu apapun.Tuan Edmond menatap tajam, “Jangan berpura-pura, Claire. Di mansion ini akulah yang berkuasa dan kau hanya menantuku! Jangan bersikap kurang ajar pada orang ku!” Nada suara tuan Edmond naik satu oktaf menunjukkan jika dia marah saat ini.Claire tak bergeming, lalu menatap mata tuan Edmond dengan berani.“Jangan lupakan jika putramu ada di tanganku, tuan Edmond. Jika aku mau, aku bahkan bisa membuatnya tak sadarkan diri selamanya.” Ucapnya dengan penuh ancaman.Dia memang ingin bertanggung jawab d
“Dia adalah dokter terbaik di Jerman saat ini untuk ahli bedah, tak hanya itu nyonya muda merupakan orang yang memiliki penghargaan tertinggi seorang dokter di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Bahkan dia menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit kronis di usianya yang belia. Nyonya muda juga memiliki aset yang cukup banyak bahkan nilainya hampir sama dengan kekayaan anda sekarang, tuan. Karena kakek buyut dan kakeknya memberikan warisan kepada nyonya muda dibandingkan pada tuan Ethan. Anda benar-benar mendapatkan berlian tanpa sengaja.” Ucap Kendrick menyimpulkan laporan yang telah dia temukan pada Leonidas.Leonidas mendengarkan laporan Kendrick dengan penuh perhatian, matanya menyipit sedikit seolah mempertimbangkan informasi baru ini. “Menarik,” gumamnya. “Jadi, dia bukan hanya sekadar gadis yang ceroboh. Dia memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa.”Kendrick mengangguk. “Benar, tuan. Nyonya Claire adalah seseorang yang sangat berprestasi. Dia bukan hanya ber
Saat kicauan burung mulai terdengar dan cahaya pagi mulai masuk ke celah kamar, Claire yang tertidur di kamar Leonidas tampak terbangun.Dengan menguap dia mulai membuka matanya seperti bayi yang baru bangun, hingga saat matanya mulai terbuka lebar dia baru menyadari jika dia tertidur di kamar ini.Tapi bagaimana bisa dia naik ke ranjang Leonidas dan memeluk pria itu saat ini?!Claire langsung bangkit, karena takut alat penunjang kehidupan pria itu dia sentuh dan membuatnya semakin kritis.Tapi saat nafas dan detak jantung Leonidas normal, dia bernafas lega.“Apakah aku tanpa sadar naik ke ranjang? Claire kau bodoh sekali. Bisa-bisanya kau tertidur disini.” Gumamnya.Claire menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa malu yang menghampirinya. Dia memastikan semuanya kembali normal, merapikan selimut Leonidas dengan hati-hati sebelum memutuskan untuk pergi membersihkan diri.“Semoga ini tidak terjadi lagi,” gumamnya.Namun, tanpa sepengetahuan Claire, Leonidas telah menyaksikan
Suasana mansion Hawthorne, seorang menantu dan ayah mertua pertama kali dalam satu meja makan yang sama.Malam ini, Claire diundang oleh pria paruh baya tersebut untuk makan malam perdana.“Bagaimana dengan keadaan putraku?” Tanya tuan Edmond di tengah makan malam mereka.Claire yang santai hanya menjawab seadanya, “Baik-baik saja, sepertinya putramu sedang mimpi wanita cantik disana sehingga lama sadar dari komanya.” Jawab Claire asal.Tuan Edmond menatap Claire tajam, tidak senang dengan jawaban santai itu. "Aku harap kau serius dalam merawatnya, Claire," katanya dengan nada yang lebih serius. "Keluarga ini tidak bisa terus dalam keadaan seperti ini."Claire meletakkan sendoknya dengan perlahan, menghadap langsung pada pria paruh baya di depannya. "Tuan Edmond, saya sangat serius dalam merawat Leonidas. Setiap hari saya memberikan perawatan terbaik yang bisa saya berikan. Tetapi, saya tidak bisa memaksa dia untuk sadar lebih cepat. Itu semua tergantung pada tubuhnya sendiri."Tuan E
Tuan Edmond yang berada di ruangannya terkejut saat mendapati laporan dari Adam tentang akuisisi perusahaan teh hijau atas nama Leonidas.“Panggil Kendrick sekarang, aku butuh penjelasan.” Titahnya dengan tegas untuk memanggil asisten putranya tersebut.Adam segera mengangguk dan pergi dari ruangan yang serba hitam tersebut.Tuan Edmond tampak merenung dalam diam, “Tidak mungkin Kendrick mengakuisisi perusahaan atas nama Leonidas tanpa persetujuannya.” Gumamnya.Hingga beberapa waktu kamudian Kendrick bersama Adam datang ke ruangannya.“Tuan besar, anda memanggil saya?” Tanya Kendrick dengan sopan dan tetap tenang.“Jelaskan tentang perusahaan teh itu.” Ucapnya dengan tegas.Kendrick mengangguk, “Sebelum kejadian naas menghampiri tuan Leonidas, beliau sudah merencanakan ingin mengakuisisi perusahaan teh tersebut. Dan hari ini adalah peresmiannya, sehingga itu bukanlah hal yang baru, tuan.” Ucapnya dengan tenang, menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya Leonidas telah sadar dan baru m
Kendrick yang mendapat tombol peringatan langsung menuju ke kamar tuannya.Namun saat dia mencoba masuk, tiba-tiba dia melihat Claire di depan kamar tuannya hal itu membuatnya mengernyitkan dahinya. Tapi dia berusaha tak peduli dan ingin masuk.“Eh- mau kemana?” Tanya Claire pada Kendrick.“Saya ingin masuk karena ada keperluan, nyonya.” Jawabnya dengan mempertahankan ekspresinya yang tenang.“Untuk apa? Di dalam ada kekasih tuanmu. Dia bisa marah jika kau mengganggunya.”Mendengar itu Kendrick bingung sekaligus terkejut, “Kekasih? Tuan tidak memiliki kekasih, nyonya.”“Lalu tadi di dalam sia-” Sebelum Claire menyelesaikan kalimatnya, Kendrick segera masuk ke dalam. Claire yang melihat itu langsung mengikutinya.Dan mereka hampir melihat adegan ciuman, dimana Alexandra ingin mencium Leonidas disana.Tentu saja hal itu segera di cegah oleh Kendrick.“Nona Alexandra, mohon jaga sikap anda.” Ucap Kendrick dengan tegas pada wanita yang selama ini mengejar Leonidas tanpa kenal lelah.Alexa
Claire yang sangat mengantuk tertidur hingga jam tiga sore, padahal dua jam lagi dia harus pergi ke pesta perayaan.Hal itu membuat tuan Edmond yang menatapnya marah, terlebih wanita itu dengan nyamannya memeluk putranya tanpa melakukan tugasnya dengan baik.Dengan kasar dia langsung menarik tangan Claire.Claire terbangun dengan kaget ketika merasa tangannya ditarik dengan kasar. Dia langsung duduk tegak, matanya masih setengah mengantuk, dan butuh beberapa detik untuk menyadari situasinya. Ketika dia melihat Tuan Edmond yang berdiri di hadapannya dengan ekspresi marah, dia segera memahami apa yang terjadi."Apa yang sedang kau lakukan, Claire?" Tuan Edmond bertanya dengan suara dingin, matanya tajam menatapnya. "Kau seharusnya mempersiapkan diri untuk acara perayaan perusahaan, bukan tidur di sini dengan nyaman."Claire mengerjap, berusaha untuk fokus dan meresapi kemarahan Tuan Edmond. Dia tahu bahwa tindakan ini tidak akan memperbaiki situasi, tetapi rasa kantuknya begitu kuat seh
“Nyonya, apakah anda benar istri tuan Leonidas?”“Nyonya, saya mendengar anda juga yang telah menyebabkan tuan Leonidas koma.”“Kenapa pernikahan anda di sembunyikan? Apakah ini terkait kecelakaan itu?”“Nyonya, mohon jawab pertanyaan kami.”Seluruh wartawan berbondong-bondong bertanya pada Claire saat mereka melihat wanita itu keluar bersama asisten pribadi Leonidas.Claire merasa dadanya berdebar kencang saat mendengar pertanyaan-pertanyaan tajam yang dilontarkan oleh para wartawan. Kilatan lampu kamera terus menerus menerangi wajahnya, membuatnya merasa terpojok. Meskipun begitu, dia berusaha menjaga ketenangannya.Kendrick yang berada di samping Claire segera merespons dengan cepat. "Mohon maaf, kami tidak akan menjawab pertanyaan saat ini. Nyonya Claire di sini untuk menghadiri acara perayaan ulang tahun perusahaan. Silakan tunggu pernyataan resmi dari keluarga Hawthorne."Namun, para wartawan terus mendesak, mencoba mendapatkan reaksi dari Claire. Sadar bahwa dia tidak bisa meng