Claire tiba di mansion mewah yang sangat luas, ini lebih luas dari mansion keluarganya namun sepertinya sama luasnya dengan mansion kakek buyutnya yang ada di Itali.
Semua interior di dekorasi berwarna hitam dan putih, yang membuat tampak suram namun masih menunjukkan nilai kemewahan yang luar biasa.
“Masuk.” instruksi tuan Edmond membuat Claire tersadar dari lamunannya dan mengikuti pria paruh baya itu.
Dia kemudian diantar pelayan menuju ke kamar yang akan dia gunakan untuk beristirahat.
“Ini adalah kamar anda, nyonya muda.” Ucap pelayan itu dengan sopan.
Claire langsung melihat kesekeliling tempat itu. Dibanding dengan kamar, ini seperti gudang yang tak terpakai, bahkan parahnya tempat ini belum dibersihkan. Banyak sekali sarang laba-laba yang membuatnya merasa risih.
Claire ingin bertanya pada pelayan yang mengantarnya tadi, tetapi pelayan itu sudah pergi meninggalkannya seolah dia memang sengaja melakukannya.
Claire menghela nafasnya, sepertinya ini adalah rencana ayah mertuanya yang membuatnya tersiksa.
Hal ini membuat Claire hanya bisa pasrah dan mencari alat kebersihan untuk mulai membersihkan tempat itu agar bisa ditinggali.
Ini adalah pertama kalinya dia memegang sapu di tangannya, sebagai putri yang paling dijaga tentu saja keluarganya tidak akan pernah membiarkan dirinya memegang sapu seperti ini.
Setelah dua jam berjuang untuk membersihkan tempat itu, akhirnya tempat itu menjadi bersih dan bisa dia tempati. Meskipun hanya diberi kasur lantai oleh keluarga mertuanya dia menerimanya dan menganggap ini sebagai sebuah hukuman atas apa yang dia lakukan.
“Aku harus segera membuat pria itu sadar.” Gumamnya.
Merasa lelah, dia mencoba membaringkan tubuhnya meskipun masih menggunakan gaun pengantinnya. Rasanya sangat lelah hingga dia ingin tidur langsung untuk beristirahat.
Di tengah lelapnya rasa kantuknya, tiba-tiba
BYUR!
Claire terkejut saat ada air yang mengguyur mengenai dirinya, dia langsung melihat ke belakang dan menatap pelayan yang memegang gayung disana.
“Maaf nyonya muda, tuan memanggil anda dan anda saya bangunkan tidak merespon jadi saya terpaksa menyiram anda.” Ucap pelayan itu sambil menunduk, meskipun Claire tahu jika pelayan itu sejak awal sengaja melakukannya.
Merasa tak ingin memperpanjang masalah, dia mengangguk, “Aku ganti baju dulu.” Ucapnya dengan datar.
“Tuan ingin anda segera menemuinya, jadi lebih baik anda segera menemui tuan.” Ucap pelayan itu lagi.
Claire menggertakkan giginya, menahan amarah yang membara di dadanya. Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Baiklah,” jawabnya akhirnya, berdiri dengan pakaian basah dan mulai menuju ke arah yang ditunjukkan oleh pelayan itu.
Dia mengikuti pelayan menuju ruang tamu besar, di mana Tuan Edmond sudah menunggu dengan wajah tanpa ekspresi. Claire bisa merasakan dinginnya suasana di ruangan itu.
“Claire,” Tuan Edmond memulai dengan nada tegas, “mulai sekarang, kau akan belajar menjadi bagian dari keluarga ini. Ada beberapa aturan yang harus kau ikuti.”
Claire mengangguk, berusaha tetap tenang. “Apa yang harus saya lakukan, Ayah?”
Tuan Edmond menatapnya tajam. “Siapa yang mengijinkan kau memanggilku ayah?”
Claire merasa darahnya mendidih mendengar respon dingin dari Tuan Edmond, namun dia menahan diri. “Maaf, Tuan,” jawabnya sambil menundukkan kepala sedikit.
Tuan Edmond mengangguk dengan tegas. “Baiklah, aturan pertama, kau akan belajar semua tanggung jawab sebagai istri Leonidas. Kau harus memahami setiap aspek dari perawatan dan pengelolaan rumah tangga ini. Aturan kedua, kau harus menunjukkan rasa hormat yang pantas kepada setiap anggota keluarga Hawthorne. Kau baru saja bergabung, jadi kau harus membuktikan bahwa kau layak. Dan karena kau seorang dokter, aku tidak akan menempatkan pembantu atau perawat di samping Leonidas jadi kau urus semuanya sendiri hingga dia sadar. Dan ajukan Resign pada pekerjaanmu sekarang.”
Claire yang mendengar itu terkejut, dia baru mendapatkan posisi tinggi yang dia impikan namun dengan gampangnya pria itu ingin dia keluar dari pekerjaannya.
Tapi dalam hatinya dia terus mendinginkan pikirannya, “Hanya dua bulan, Claire. Dua bulan kau harus membuatnya sadar.” Batinnya dalam hatinya.
“Kenapa diam? Apa kau sekarang tuli dan bisu, ha?!” Suara keras dari tuan Edmond membuat Claire mengangkat wajahnya menatap pria paruh baya itu.
Claire menelan ludah, menahan amarah dan kesedihan yang bercampur aduk dalam dirinya. “Tidak, Tuan. Saya akan mengikuti instruksi Anda,” jawabnya dengan suara tenang meskipun hatinya bergemuruh.
“Bagus,” jawab Tuan Edmond dengan nada puas. “Sekarang, pergilah dan mulai pekerjaanmu dengan baik..”
Claire mengangguk pelan dan meninggalkan ruangan dengan langkah yang berat. Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, dia terus memikirkan bagaimana harus menyampaikan pengunduran dirinya. Dia telah bekerja keras untuk mencapai posisinya saat ini, dan mengorbankannya begitu saja sangatlah menyakitkan. Namun, dia tahu dia tidak punya pilihan lain.
Dia memutuskan untuk memeriksa kondisi Leonidas terlebih dahulu. Begitu masuk, dia melihat Leonidas terbaring di ranjang dengan alat-alat medis mengelilinginya.
Dia memeriksa kondisi Leonidas dengan hati-hati, mencatat tanda-tanda vital dan memastikan semuanya dalam keadaan stabil. “Kau harus segera sadar, Leonidas,” bisiknya sambil menggenggam tangan pria itu. “Lawan mimpimu yang indah itu, jika kau bangun aku akan menunjukkan bahwa dunia itu indah.” Gumamnya.
Meskipun koma, Claire yakin pria itu pasti mendengar suaranya. Karena itu merupakan teori dari buku yang pernah dia baca.
Melihat jam menunjukkan pukul lima sore hari. “Sepertinya aku harus mengganti baju dan mandi.” Gumam Claire dan pergi meninggalkan kamar itu.
Dan tak lama kemudian, dia kembali ke kamar Leonidas untuk menemani pria itu.
“Selamat malam Leo, apakah kau bosan? Bagaimana jika aku membacakanmu buku?” Ucap Claire seolah dia sedang mengobrol dua arah dengan pria itu.
Claire mulai berjalan ke arah rak buku, melihat apa saja yang pria itu baca selama dia masih sadar.
“Bacaanmu begitu berat yaa, sepertinya kau akan cocok jika mengobrol dengan ayahku.” Ucap Claire sambil terkekeh lalu mengambil salah satu buku disana.
Claire memilih buku yang tampak sering dibaca, dengan sampul tebal dan judul yang terdengar akademis. Dia duduk di samping tempat tidur Leonidas, membuka halaman pertama, dan mulai membacakan dengan suara lembut.
“‘Teori Relativitas dalam Perspektif Modern,’” Claire membaca judulnya dengan senyum kecil. “Kau pasti sangat pintar, Leo. Mari kita lihat apa yang ada di dalam buku ini.”
Dia mulai membacakan halaman demi halaman, suara lembutnya mengisi keheningan kamar itu. Sesekali, dia berhenti untuk menjelaskan atau menambahkan komentar pribadi, seolah-olah mereka sedang berdiskusi.
“Paragraf ini mengatakan bahwa ruang dan waktu tidak mutlak, melainkan relatif terhadap pengamat. Itu sangat menarik, bukan? Dunia ini penuh dengan keajaiban, dan aku ingin kau melihatnya lagi suatu hari nanti.”
“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”
“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar.
Kesan pertama saat Claire masuk ke dalam ruang kerja itu adalah muak. “Tuan memanggilku?” Ucapnya dengan tenang, tak ada rasa tertekan disana, hanya sikap ramah palsu yang dia tampilkan.Tuan Edmond menatap Claire dengan pandangan rumit, dia tak percaya jika gadis yang terlihat lemah itu berani melawannya.“Aku dengar keluhan dari pelayan, kau bersikap kasar padanya.” Ucap tuan Edmond dengan dingin.Claire tersenyum lembut mendengar itu, “Bersikap kasar?” Tanyanya seolah dia tak tahu apapun.Tuan Edmond menatap tajam, “Jangan berpura-pura, Claire. Di mansion ini akulah yang berkuasa dan kau hanya menantuku! Jangan bersikap kurang ajar pada orang ku!” Nada suara tuan Edmond naik satu oktaf menunjukkan jika dia marah saat ini.Claire tak bergeming, lalu menatap mata tuan Edmond dengan berani.“Jangan lupakan jika putramu ada di tanganku, tuan Edmond. Jika aku mau, aku bahkan bisa membuatnya tak sadarkan diri selamanya.” Ucapnya dengan penuh ancaman.Dia memang ingin bertanggung jawab d
“Dia adalah dokter terbaik di Jerman saat ini untuk ahli bedah, tak hanya itu nyonya muda merupakan orang yang memiliki penghargaan tertinggi seorang dokter di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Bahkan dia menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit kronis di usianya yang belia. Nyonya muda juga memiliki aset yang cukup banyak bahkan nilainya hampir sama dengan kekayaan anda sekarang, tuan. Karena kakek buyut dan kakeknya memberikan warisan kepada nyonya muda dibandingkan pada tuan Ethan. Anda benar-benar mendapatkan berlian tanpa sengaja.” Ucap Kendrick menyimpulkan laporan yang telah dia temukan pada Leonidas.Leonidas mendengarkan laporan Kendrick dengan penuh perhatian, matanya menyipit sedikit seolah mempertimbangkan informasi baru ini. “Menarik,” gumamnya. “Jadi, dia bukan hanya sekadar gadis yang ceroboh. Dia memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa.”Kendrick mengangguk. “Benar, tuan. Nyonya Claire adalah seseorang yang sangat berprestasi. Dia bukan hanya ber
Saat kicauan burung mulai terdengar dan cahaya pagi mulai masuk ke celah kamar, Claire yang tertidur di kamar Leonidas tampak terbangun.Dengan menguap dia mulai membuka matanya seperti bayi yang baru bangun, hingga saat matanya mulai terbuka lebar dia baru menyadari jika dia tertidur di kamar ini.Tapi bagaimana bisa dia naik ke ranjang Leonidas dan memeluk pria itu saat ini?!Claire langsung bangkit, karena takut alat penunjang kehidupan pria itu dia sentuh dan membuatnya semakin kritis.Tapi saat nafas dan detak jantung Leonidas normal, dia bernafas lega.“Apakah aku tanpa sadar naik ke ranjang? Claire kau bodoh sekali. Bisa-bisanya kau tertidur disini.” Gumamnya.Claire menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa malu yang menghampirinya. Dia memastikan semuanya kembali normal, merapikan selimut Leonidas dengan hati-hati sebelum memutuskan untuk pergi membersihkan diri.“Semoga ini tidak terjadi lagi,” gumamnya.Namun, tanpa sepengetahuan Claire, Leonidas telah menyaksikan
Suasana mansion Hawthorne, seorang menantu dan ayah mertua pertama kali dalam satu meja makan yang sama.Malam ini, Claire diundang oleh pria paruh baya tersebut untuk makan malam perdana.“Bagaimana dengan keadaan putraku?” Tanya tuan Edmond di tengah makan malam mereka.Claire yang santai hanya menjawab seadanya, “Baik-baik saja, sepertinya putramu sedang mimpi wanita cantik disana sehingga lama sadar dari komanya.” Jawab Claire asal.Tuan Edmond menatap Claire tajam, tidak senang dengan jawaban santai itu. "Aku harap kau serius dalam merawatnya, Claire," katanya dengan nada yang lebih serius. "Keluarga ini tidak bisa terus dalam keadaan seperti ini."Claire meletakkan sendoknya dengan perlahan, menghadap langsung pada pria paruh baya di depannya. "Tuan Edmond, saya sangat serius dalam merawat Leonidas. Setiap hari saya memberikan perawatan terbaik yang bisa saya berikan. Tetapi, saya tidak bisa memaksa dia untuk sadar lebih cepat. Itu semua tergantung pada tubuhnya sendiri."Tuan E
Tuan Edmond yang berada di ruangannya terkejut saat mendapati laporan dari Adam tentang akuisisi perusahaan teh hijau atas nama Leonidas.“Panggil Kendrick sekarang, aku butuh penjelasan.” Titahnya dengan tegas untuk memanggil asisten putranya tersebut.Adam segera mengangguk dan pergi dari ruangan yang serba hitam tersebut.Tuan Edmond tampak merenung dalam diam, “Tidak mungkin Kendrick mengakuisisi perusahaan atas nama Leonidas tanpa persetujuannya.” Gumamnya.Hingga beberapa waktu kamudian Kendrick bersama Adam datang ke ruangannya.“Tuan besar, anda memanggil saya?” Tanya Kendrick dengan sopan dan tetap tenang.“Jelaskan tentang perusahaan teh itu.” Ucapnya dengan tegas.Kendrick mengangguk, “Sebelum kejadian naas menghampiri tuan Leonidas, beliau sudah merencanakan ingin mengakuisisi perusahaan teh tersebut. Dan hari ini adalah peresmiannya, sehingga itu bukanlah hal yang baru, tuan.” Ucapnya dengan tenang, menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya Leonidas telah sadar dan baru m
Kendrick yang mendapat tombol peringatan langsung menuju ke kamar tuannya.Namun saat dia mencoba masuk, tiba-tiba dia melihat Claire di depan kamar tuannya hal itu membuatnya mengernyitkan dahinya. Tapi dia berusaha tak peduli dan ingin masuk.“Eh- mau kemana?” Tanya Claire pada Kendrick.“Saya ingin masuk karena ada keperluan, nyonya.” Jawabnya dengan mempertahankan ekspresinya yang tenang.“Untuk apa? Di dalam ada kekasih tuanmu. Dia bisa marah jika kau mengganggunya.”Mendengar itu Kendrick bingung sekaligus terkejut, “Kekasih? Tuan tidak memiliki kekasih, nyonya.”“Lalu tadi di dalam sia-” Sebelum Claire menyelesaikan kalimatnya, Kendrick segera masuk ke dalam. Claire yang melihat itu langsung mengikutinya.Dan mereka hampir melihat adegan ciuman, dimana Alexandra ingin mencium Leonidas disana.Tentu saja hal itu segera di cegah oleh Kendrick.“Nona Alexandra, mohon jaga sikap anda.” Ucap Kendrick dengan tegas pada wanita yang selama ini mengejar Leonidas tanpa kenal lelah.Alexa
Claire yang sangat mengantuk tertidur hingga jam tiga sore, padahal dua jam lagi dia harus pergi ke pesta perayaan.Hal itu membuat tuan Edmond yang menatapnya marah, terlebih wanita itu dengan nyamannya memeluk putranya tanpa melakukan tugasnya dengan baik.Dengan kasar dia langsung menarik tangan Claire.Claire terbangun dengan kaget ketika merasa tangannya ditarik dengan kasar. Dia langsung duduk tegak, matanya masih setengah mengantuk, dan butuh beberapa detik untuk menyadari situasinya. Ketika dia melihat Tuan Edmond yang berdiri di hadapannya dengan ekspresi marah, dia segera memahami apa yang terjadi."Apa yang sedang kau lakukan, Claire?" Tuan Edmond bertanya dengan suara dingin, matanya tajam menatapnya. "Kau seharusnya mempersiapkan diri untuk acara perayaan perusahaan, bukan tidur di sini dengan nyaman."Claire mengerjap, berusaha untuk fokus dan meresapi kemarahan Tuan Edmond. Dia tahu bahwa tindakan ini tidak akan memperbaiki situasi, tetapi rasa kantuknya begitu kuat seh