Share

BAB 6

Claire tiba di mansion mewah yang sangat luas, ini lebih luas dari mansion keluarganya namun sepertinya sama luasnya dengan mansion kakek buyutnya yang ada di Itali.

Semua interior di dekorasi berwarna hitam dan putih, yang membuat tampak suram namun masih menunjukkan nilai kemewahan yang luar biasa.

“Masuk.” instruksi tuan Edmond membuat Claire tersadar dari lamunannya dan mengikuti pria paruh baya itu.

Dia kemudian diantar pelayan menuju ke kamar yang akan dia gunakan untuk beristirahat.

“Ini adalah kamar anda, nyonya muda.” Ucap pelayan itu dengan sopan.

Claire langsung melihat kesekeliling tempat itu. Dibanding dengan kamar, ini seperti gudang yang tak terpakai, bahkan parahnya tempat ini belum dibersihkan. Banyak sekali sarang laba-laba yang membuatnya merasa risih.

Claire ingin bertanya pada pelayan yang mengantarnya tadi, tetapi pelayan itu sudah pergi meninggalkannya seolah dia memang sengaja melakukannya.

Claire menghela nafasnya, sepertinya ini adalah rencana ayah mertuanya yang membuatnya tersiksa.

Hal ini membuat Claire hanya bisa pasrah dan mencari alat kebersihan untuk mulai membersihkan tempat itu agar bisa ditinggali.

Ini adalah pertama kalinya dia memegang sapu di tangannya, sebagai putri yang paling dijaga tentu saja keluarganya tidak akan pernah membiarkan dirinya memegang sapu seperti ini. 

Setelah dua jam berjuang untuk membersihkan tempat itu, akhirnya tempat itu menjadi bersih dan bisa dia tempati. Meskipun hanya diberi kasur lantai oleh keluarga mertuanya dia menerimanya dan menganggap ini sebagai sebuah hukuman atas apa yang dia lakukan.

“Aku harus segera membuat pria itu sadar.” Gumamnya.

Merasa lelah, dia mencoba membaringkan tubuhnya meskipun masih menggunakan gaun pengantinnya. Rasanya sangat lelah hingga dia ingin tidur langsung untuk beristirahat.

Di tengah lelapnya rasa kantuknya, tiba-tiba

BYUR!

Claire terkejut saat ada air yang mengguyur mengenai dirinya, dia langsung melihat ke belakang dan menatap pelayan yang memegang gayung disana.

“Maaf nyonya muda, tuan memanggil anda dan anda saya bangunkan tidak merespon jadi saya terpaksa menyiram anda.” Ucap pelayan itu sambil menunduk, meskipun Claire tahu jika pelayan itu sejak awal sengaja melakukannya.

Merasa tak ingin memperpanjang masalah, dia mengangguk, “Aku ganti baju dulu.” Ucapnya dengan datar.

“Tuan ingin anda segera menemuinya, jadi lebih baik anda segera menemui tuan.” Ucap pelayan itu lagi.

Claire menggertakkan giginya, menahan amarah yang membara di dadanya. Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Baiklah,” jawabnya akhirnya, berdiri dengan pakaian basah dan mulai menuju ke arah yang ditunjukkan oleh pelayan itu.

Dia mengikuti pelayan menuju ruang tamu besar, di mana Tuan Edmond sudah menunggu dengan wajah tanpa ekspresi. Claire bisa merasakan dinginnya suasana di ruangan itu.

“Claire,” Tuan Edmond memulai dengan nada tegas, “mulai sekarang, kau akan belajar menjadi bagian dari keluarga ini. Ada beberapa aturan yang harus kau ikuti.”

Claire mengangguk, berusaha tetap tenang. “Apa yang harus saya lakukan, Ayah?”

Tuan Edmond menatapnya tajam. “Siapa yang mengijinkan kau memanggilku ayah?” 

Claire merasa darahnya mendidih mendengar respon dingin dari Tuan Edmond, namun dia menahan diri. “Maaf, Tuan,” jawabnya sambil menundukkan kepala sedikit.

Tuan Edmond mengangguk dengan tegas. “Baiklah, aturan pertama, kau akan belajar semua tanggung jawab sebagai istri Leonidas. Kau harus memahami setiap aspek dari perawatan dan pengelolaan rumah tangga ini. Aturan kedua, kau harus menunjukkan rasa hormat yang pantas kepada setiap anggota keluarga Hawthorne. Kau baru saja bergabung, jadi kau harus membuktikan bahwa kau layak. Dan karena kau seorang dokter, aku tidak akan menempatkan pembantu atau perawat di samping Leonidas jadi kau urus semuanya sendiri hingga dia sadar. Dan ajukan Resign pada pekerjaanmu sekarang.”

Claire yang mendengar itu terkejut, dia baru mendapatkan posisi tinggi yang dia impikan namun dengan gampangnya pria itu ingin dia keluar dari pekerjaannya.

Tapi dalam hatinya dia terus mendinginkan pikirannya, “Hanya dua bulan, Claire. Dua bulan kau harus membuatnya sadar.” Batinnya dalam hatinya.

“Kenapa diam? Apa kau sekarang tuli dan bisu, ha?!” Suara keras dari tuan Edmond membuat Claire mengangkat wajahnya menatap pria paruh baya itu.

Claire menelan ludah, menahan amarah dan kesedihan yang bercampur aduk dalam dirinya. “Tidak, Tuan. Saya akan mengikuti instruksi Anda,” jawabnya dengan suara tenang meskipun hatinya bergemuruh.

“Bagus,” jawab Tuan Edmond dengan nada puas. “Sekarang, pergilah dan mulai pekerjaanmu dengan baik..” 

Claire mengangguk pelan dan meninggalkan ruangan dengan langkah yang berat. Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, dia terus memikirkan bagaimana harus menyampaikan pengunduran dirinya. Dia telah bekerja keras untuk mencapai posisinya saat ini, dan mengorbankannya begitu saja sangatlah menyakitkan. Namun, dia tahu dia tidak punya pilihan lain.

Dia memutuskan untuk memeriksa kondisi Leonidas terlebih dahulu. Begitu masuk, dia melihat Leonidas  terbaring di ranjang dengan alat-alat medis mengelilinginya. 

Dia memeriksa kondisi Leonidas dengan hati-hati, mencatat tanda-tanda vital dan memastikan semuanya dalam keadaan stabil. “Kau harus segera sadar, Leonidas,” bisiknya sambil menggenggam tangan pria itu. “Lawan mimpimu yang indah itu, jika kau bangun aku akan menunjukkan bahwa dunia itu indah.” Gumamnya.

Meskipun koma, Claire yakin pria itu pasti mendengar suaranya. Karena itu merupakan teori dari buku yang pernah dia baca.

Melihat jam menunjukkan pukul lima sore hari. “Sepertinya aku harus mengganti baju dan mandi.” Gumam Claire dan pergi meninggalkan kamar itu.

Dan tak lama kemudian, dia kembali ke kamar Leonidas untuk menemani pria itu. 

“Selamat malam Leo, apakah kau bosan? Bagaimana jika aku membacakanmu buku?” Ucap Claire seolah dia sedang mengobrol dua arah dengan pria itu.

Claire mulai berjalan ke arah rak buku, melihat apa saja yang pria itu baca selama dia masih sadar.

“Bacaanmu begitu berat yaa, sepertinya kau akan cocok jika mengobrol dengan ayahku.” Ucap Claire sambil terkekeh lalu mengambil salah satu buku disana.

Claire memilih buku yang tampak sering dibaca, dengan sampul tebal dan judul yang terdengar akademis. Dia duduk di samping tempat tidur Leonidas, membuka halaman pertama, dan mulai membacakan dengan suara lembut.

“‘Teori Relativitas dalam Perspektif Modern,’” Claire membaca judulnya dengan senyum kecil. “Kau pasti sangat pintar, Leo. Mari kita lihat apa yang ada di dalam buku ini.”

Dia mulai membacakan halaman demi halaman, suara lembutnya mengisi keheningan kamar itu. Sesekali, dia berhenti untuk menjelaskan atau menambahkan komentar pribadi, seolah-olah mereka sedang berdiskusi.

“Paragraf ini mengatakan bahwa ruang dan waktu tidak mutlak, melainkan relatif terhadap pengamat. Itu sangat menarik, bukan? Dunia ini penuh dengan keajaiban, dan aku ingin kau melihatnya lagi suatu hari nanti.”

“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status