“Cepat bawa dia langsung menuju ke ruang operasi setelah sampai di rumah sakit. Aku lihat ada pendarahan hebat di kepalanya.” Ucap Claire dengan serius pada perawat yang datang dengan ambulans yang kebetulan mereka bekerja di rumah sakit yang sama.
“Baik dokter Claire, apa anda juga langsung ke rumah sakit bersama kami?”
Claire melihat ke arah polisi yang sedang memeriksa kejadian, dia sepertinya harus mengurus urusan ini lebih dulu.
“Aku akan menyusul, minta dokter Flo untuk menanganinya dahulu. Aku akan menghubunginya sekarang.” Ucap Claire.
Mereka mengangguk dan segera membawa pria itu ke rumah sakit, sedangkan Claire mendekati polisi.
“Apa anda pemilik mobil BMW ini, nona?”
Claire mengangguk, “Maafkan saya, saya terlah membuat kekacauan besar. Tapi saya akan mengikuti proses hukum, tapi tolong jangan cegah aku untuk pergi saat ini.” Ucap Claire sambil menunjukkan kartu identitasnya.
“Saya seorang dokter bedah di Hamburg. Saat ini korban membutuhkan saya untuk melakukan operasi karena sepertinya ada pendarahan di otaknya. Saya akan meninggalkan kartu identitas saya dan jika pihak keluarga ingin bertemu, saya selalu di rumah sakit,” Ucap Claire dengan serius pada polisi tersebut.
"Baiklah, kami akan mencatat pernyataan Anda dan menghubungi Anda jika diperlukan," jawab polisi sambil mencatat informasi yang diberikan Claire.
Claire segera menghubungi Dr. Flo dan memberi tahu kondisi pasien yang baru saja dibawa. "Flo, pasien yang baru saja tiba mengalami pendarahan otak. Aku membutuhkanmu untuk menanganinya sementara aku menyelesaikan urusan di sini. Aku akan segera ke rumah sakit."
Dr. Flo mengangguk di ujung telepon. "Mengerti, Claire. Kami akan segera memulai pemeriksaan dan persiapan operasi. Hati-hati di jalan."
Setelah memastikan semua urusan dengan polisi selesai, Claire langsung menuju rumah sakit. Begitu sampai, dia langsung berganti pakaian dan bergegas ke ruang operasi. Di sana, Dr. Flo sudah bersiap-siap dan memberikan update cepat.
"Kondisi pasien cukup kritis, tapi kami telah menstabilkan pendarahan sementara," kata Dr. Flo.
Claire mengangguk dan mempersiapkan diri untuk operasi. "Baik, mari kita mulai."
Operasi berlangsung selama beberapa jam, dan Claire bekerja dengan penuh konsentrasi. Setelah memastikan pendarahan berhenti dan kondisi pasien stabil, Claire menghela napas lega. Tim operasi lainnya juga merasa lega dengan hasil yang dicapai.
"Kerja bagus, semuanya," kata Claire kepada timnya. "Kita berhasil."
Setelah operasi, Claire merasa lelah, tetapi dia tahu masih banyak yang harus dilakukan. Dia menuju ruang pemulihan untuk memantau kondisi pasien dan memastikan semuanya berjalan dengan baik. Saat dia berdiri di sana, seorang pria paruh baya dengan wajah marah memasuki ruangan.
"Kamu yang bernama Claire Filbert?" tanyanya dengan suara menggelegar.
Claire terkejut dan berdiri. "Ya, saya Claire Filbert. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan suara bergetar.
Pria itu melangkah masuk, diikuti oleh beberapa orang lainnya. "Kamu tahu siapa saya?" tanyanya lagi.
Claire menggeleng. "Tidak, saya tidak tahu."
"Aku adalah ayah dari pria yang kamu buat koma," katanya dengan suara penuh kemarahan. "Aku tidak akan membiarkan keluargamu lolos begitu saja."
Claire merasa dunia berputar. Pria itu adalah ayah dari pasien yang tidak sengaja dia tabrak hari ini.
Claire menundukkan kepalanya dan membungkuk, “Maafkan saya, tuan. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya bahkan saya yang akan menanggung seluruh biaya rumah sakitnya. Kebetulan saya adalah dokter bedah disini.”
Edmond, pria paruh baya itu terkekeh sinis, “Kau yang menabraknya dan kau juga yang mengoperasinya? Apa aku bisa percaya kau tak berbuat sesuatu pada putraku! Aku akan menempuh jalur hukum untuk memenjarakanmu seumur hidup!”
Claire sangat memahami kemarahan pria itu, dia juga akan marah jika keluarganya mendapatkan nasib yang sama. Tapi semua tak akan merubah keadaan.
“Jika begitu, saya akan menerimanya.” Ucap Claire dengan tutur halusnya, seolah dia menerima segala konsekuensi dari apa yang telah dia lakukan.
Tuan Edmond yang mendengar itu terkejut, seolah tak percaya jika wanita itu tak membela dirinya sedikitpun seolah telah siap jika dia di hukum saat ini.
Tentu saja hal itu membuat tuan Edmond tak puas, dia adalah orang yang berdarah dingin. Dia ingin melihat seseorang menderita jika dia terusik.
Dan sepertinya memenjarakan wanita itu tak membuatnya menderita dan dia juga tak bisa melihat penderitaannya.
“Aku ingin melihat putraku.” Ucap tuan edmond pada akhirnya sambil memikirkan apa hukuman yang setimpal dengan penderitaan putranya.
Claire mengangguk dan mengantarkan pria itu ke tempat dimana perawat membawa tubuh pria tadi pasca operasi.
“Berapa umurmu?”
Tiba-tiba Edmond mengajukan pertanyaan itu pada Claire saat mereka berjalan ke arah lorong rumah sakit.
“Dua puluh empat tahun.” Ucap Claire dengan sikap tenang.
Edmond diam-diam tersenyum sinis, lalu mengikuti wanita itu masuk ke dalam ruang VVIP di rumah sakit ini.
Claire berdiri di dekat pintu melihat pria paruh baya itu mendekati putranya yang masih koma.
“Kapan dia sadar?” Tanya tuan Edmond dengan dingin, melihat putra tunggal yang akan mewarisi seluruh kekayaannya seperti ini membuat hatinya bergejolak.
Claire dengan sikap profesional menjawab, “Saya belum bisa memastikan, luka di kepalanya cukup berat. Tapi anda tenang saja, saya akan berusaha sebaik mungkin. Jika sampai putra anda tidak bangun, saya siap bertanggung jawab.”
Tuan Edmond tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, memandang putranya dengan tatapan penuh keprihatinan dan kemarahan yang terselubung. Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam dan berbalik menghadap Claire.
"Baiklah," katanya dengan suara yang lebih tenang, tetapi masih penuh dengan kekuatan dan otoritas. "Jika kau benar-benar ingin bertanggung jawab, aku akan memberikan satu kesempatan untuk menebus kesalahanmu."
Claire menatap pria itu dengan cemas, menunggu penjelasan lebih lanjut.
"Aku akan menangguhkan proses hukum, tapi dengan satu syarat," lanjut Edmond. "Kau harus merawat putraku sampai dia sadar. Dan lebih dari itu, kau harus menikahinya. Ini bukan permintaan, ini adalah perintah."
Claire tertegun, wajahnya langsung pucat saat itu juga. “A-apa? Menikahinya?”
Raut wajah yang ditampilkan Claire membuat tuan Edmond puas. Ini adalah reaksi yang dia inginkan, membuat lawannya sengsara.
"Sweety, kenapa kamu melamun, hm?" tanya Dariel dengan lembut, melihat putrinya yang tampak melamun saat mereka tengah makan malam bersama. Makanan di piring Claire masih utuh dan sudah mulai dingin.Claire terkejut dari lamunannya dan memaksakan senyum. "Oh, tidak ada, Ayah. Aku hanya lelah," jawabnya sambil mencoba menyuapkan makanan ke mulutnya. Tapi, rasa makanannya seolah tidak ada di lidahnya. Pikirannya terus berputar memikirkan pernikahan dadakannya dengan pria yang dia tabrak pagi ini.Lucia, yang duduk di seberang meja, melihat putrinya dengan penuh perhatian. "Sayang, kau terlihat sangat khawatir. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan kepada kami?"Claire menggigit bibirnya, merasa beban rahasia ini terlalu berat untuk dipikul sendiri. Tapi menceritakan sekarang bukanlah waktu yang tepat."Benar-benar tidak ada apa-apa, Ibu," kata Claire dengan suara pelan. "Aku hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua perubahan ini."Ethan, yang duduk di sebelah Claire
"Pisau bedah," titah Claire sambil mengulurkan tangannya. Perawat segera menyerahkan instrumen itu kepadanya.Dengan pakaian serba tertutup dan tangan yang mantap, Claire memulai operasi pada kakek buyutnya. Tekanan sangat besar, tapi dia tahu bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan hati-hati dan presisi. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuat sayatan pertama"Berikan aku suction," pintanya lagi, perawat dengan sigap memberikannya alat tersebut.Claire bekerja dengan teliti, membuka jalan menuju area pendarahan yang perlu diperbaiki. Suasana di ruang operasi sangat tenang, hanya terdengar suara instruksi Claire dan respons cepat dari tim medisnya. Waktu terasa melambat saat Claire melakukan setiap langkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi."Clamp," ucapnya, dan instrumen berikutnya diserahkan kepadanya.Dia berhasil menemukan sumber pendarahan—sebuah pembuluh darah yang pecah. Dengan tangan yang stabil, Claire memperb
Semua orang membeku, menahan nafasnya saat mendengar apa yang diucapkan Claire disana.“Apa kamu gila?!” Ethan yang paling terlihat murka disana.Lucia hanya menghela nafasnya sedangkan Dariel menatap putrinya dengan pandangan yang serius.Tuan Kaizer langsung turun tangan, dia mengejar tuan Edmond dan memberinya pelajaran karena membuat keluarganya menjadi seperti ini.Dia berlari dan saat melihat punggung tuan Edmond, tanpa aba-aba dia langsung membalikkan tubuh pria itu dan membogemnya di lorong rumah sakit tersebut.“Bajingan, kau membuat cucu kesayanganku sengsara?!!”Edmond terhuyung ke belakang, terkejut oleh serangan tiba-tiba dari Tuan Kaizer. Dia mengusap pipinya yang memerah dan berdiri dengan tatapan marah. "Apa yang kau lakukan, orang tua?! Kau gila?!"Tuan Kaizer, dengan wajah merah padam dan napas berat, mendekati Edmond dengan tatapan penuh amarah. "Kau tak punya hak untuk memaksa cucuku menikah! Kau hanya memanfaatkan situasi ini untuk keuntunganmu sendiri!"Beberapa
Claire tiba di mansion mewah yang sangat luas, ini lebih luas dari mansion keluarganya namun sepertinya sama luasnya dengan mansion kakek buyutnya yang ada di Itali.Semua interior di dekorasi berwarna hitam dan putih, yang membuat tampak suram namun masih menunjukkan nilai kemewahan yang luar biasa.“Masuk.” instruksi tuan Edmond membuat Claire tersadar dari lamunannya dan mengikuti pria paruh baya itu.Dia kemudian diantar pelayan menuju ke kamar yang akan dia gunakan untuk beristirahat.“Ini adalah kamar anda, nyonya muda.” Ucap pelayan itu dengan sopan.Claire langsung melihat kesekeliling tempat itu. Dibanding dengan kamar, ini seperti gudang yang tak terpakai, bahkan parahnya tempat ini belum dib
“Jadi… Tolong cepatlah sadar.”Kalimat Claire terakhir seolah seperti mantra. Saat gadis itu selesai memberikan suntikan obat untuk mempercepat proses pemulihan, tanpa dia sadari mata pria itu mulai bergerak.Dan saat Claire pergi ke kamarnya, Leonidas yang sendirian disana mulai menggerakkan jari tangannya. Mulutnya mulai sedikit terbuka dan kemudian matanya yang terpejam mulai terlihat tanda kesadaran.Mata biru cerah dengan setitik hitam di dalamnya, tampak terlihat seperti jurang tiada ujung. Mata dingin itu mulai memancarkan cahayanya, perlahan dia melihat ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria dengan pakaian profesional membawa beberapa dokumen penting untuk di taruh di meja kerja tuannya yang berada di kamar.
Kesan pertama saat Claire masuk ke dalam ruang kerja itu adalah muak. “Tuan memanggilku?” Ucapnya dengan tenang, tak ada rasa tertekan disana, hanya sikap ramah palsu yang dia tampilkan.Tuan Edmond menatap Claire dengan pandangan rumit, dia tak percaya jika gadis yang terlihat lemah itu berani melawannya.“Aku dengar keluhan dari pelayan, kau bersikap kasar padanya.” Ucap tuan Edmond dengan dingin.Claire tersenyum lembut mendengar itu, “Bersikap kasar?” Tanyanya seolah dia tak tahu apapun.Tuan Edmond menatap tajam, “Jangan berpura-pura, Claire. Di mansion ini akulah yang berkuasa dan kau hanya menantuku! Jangan bersikap kurang ajar pada orang ku!” Nada suara tuan Edmond naik satu oktaf menunjukkan jika dia marah saat ini.Claire tak bergeming, lalu menatap mata tuan Edmond dengan berani.“Jangan lupakan jika putramu ada di tanganku, tuan Edmond. Jika aku mau, aku bahkan bisa membuatnya tak sadarkan diri selamanya.” Ucapnya dengan penuh ancaman.Dia memang ingin bertanggung jawab d
“Dia adalah dokter terbaik di Jerman saat ini untuk ahli bedah, tak hanya itu nyonya muda merupakan orang yang memiliki penghargaan tertinggi seorang dokter di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Bahkan dia menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit kronis di usianya yang belia. Nyonya muda juga memiliki aset yang cukup banyak bahkan nilainya hampir sama dengan kekayaan anda sekarang, tuan. Karena kakek buyut dan kakeknya memberikan warisan kepada nyonya muda dibandingkan pada tuan Ethan. Anda benar-benar mendapatkan berlian tanpa sengaja.” Ucap Kendrick menyimpulkan laporan yang telah dia temukan pada Leonidas.Leonidas mendengarkan laporan Kendrick dengan penuh perhatian, matanya menyipit sedikit seolah mempertimbangkan informasi baru ini. “Menarik,” gumamnya. “Jadi, dia bukan hanya sekadar gadis yang ceroboh. Dia memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa.”Kendrick mengangguk. “Benar, tuan. Nyonya Claire adalah seseorang yang sangat berprestasi. Dia bukan hanya ber
Saat kicauan burung mulai terdengar dan cahaya pagi mulai masuk ke celah kamar, Claire yang tertidur di kamar Leonidas tampak terbangun.Dengan menguap dia mulai membuka matanya seperti bayi yang baru bangun, hingga saat matanya mulai terbuka lebar dia baru menyadari jika dia tertidur di kamar ini.Tapi bagaimana bisa dia naik ke ranjang Leonidas dan memeluk pria itu saat ini?!Claire langsung bangkit, karena takut alat penunjang kehidupan pria itu dia sentuh dan membuatnya semakin kritis.Tapi saat nafas dan detak jantung Leonidas normal, dia bernafas lega.“Apakah aku tanpa sadar naik ke ranjang? Claire kau bodoh sekali. Bisa-bisanya kau tertidur disini.” Gumamnya.Claire menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa malu yang menghampirinya. Dia memastikan semuanya kembali normal, merapikan selimut Leonidas dengan hati-hati sebelum memutuskan untuk pergi membersihkan diri.“Semoga ini tidak terjadi lagi,” gumamnya.Namun, tanpa sepengetahuan Claire, Leonidas telah menyaksikan