Share

BAB 2

“Cepat bawa dia langsung menuju ke ruang operasi setelah sampai di rumah sakit. Aku lihat ada pendarahan hebat di kepalanya.” Ucap Claire dengan serius pada perawat yang datang dengan ambulans yang kebetulan mereka bekerja di rumah sakit yang sama.

“Baik dokter Claire, apa anda juga langsung ke rumah sakit bersama kami?”

Claire melihat ke arah polisi yang sedang memeriksa kejadian, dia sepertinya harus mengurus urusan ini lebih dulu.

“Aku akan menyusul, minta dokter Flo untuk menanganinya dahulu. Aku akan menghubunginya sekarang.” Ucap Claire.

Mereka mengangguk dan segera membawa pria itu ke rumah sakit, sedangkan Claire mendekati polisi.

“Apa anda pemilik mobil BMW ini, nona?”

Claire mengangguk, “Maafkan saya, saya terlah membuat kekacauan besar. Tapi saya akan mengikuti proses hukum, tapi tolong jangan cegah aku untuk pergi saat ini.” Ucap Claire sambil menunjukkan kartu identitasnya.

“Saya seorang dokter bedah di Hamburg. Saat ini korban membutuhkan saya untuk melakukan operasi karena sepertinya ada pendarahan di otaknya. Saya akan meninggalkan kartu identitas saya dan jika pihak keluarga ingin bertemu, saya selalu di rumah sakit,” Ucap Claire dengan serius pada polisi tersebut.

"Baiklah, kami akan mencatat pernyataan Anda dan menghubungi Anda jika diperlukan," jawab polisi sambil mencatat informasi yang diberikan Claire.

Claire segera menghubungi Dr. Flo dan memberi tahu kondisi pasien yang baru saja dibawa. "Flo, pasien yang baru saja tiba mengalami pendarahan otak. Aku membutuhkanmu untuk menanganinya sementara aku menyelesaikan urusan di sini. Aku akan segera ke rumah sakit."

Dr. Flo mengangguk di ujung telepon. "Mengerti, Claire. Kami akan segera memulai pemeriksaan dan persiapan operasi. Hati-hati di jalan."

Setelah memastikan semua urusan dengan polisi selesai, Claire langsung menuju rumah sakit. Begitu sampai, dia langsung berganti pakaian dan bergegas ke ruang operasi. Di sana, Dr. Flo sudah bersiap-siap dan memberikan update cepat.

"Kondisi pasien cukup kritis, tapi kami telah menstabilkan pendarahan sementara," kata Dr. Flo.

Claire mengangguk dan mempersiapkan diri untuk operasi. "Baik, mari kita mulai."

Operasi berlangsung selama beberapa jam, dan Claire bekerja dengan penuh konsentrasi. Setelah memastikan pendarahan berhenti dan kondisi pasien stabil, Claire menghela napas lega. Tim operasi lainnya juga merasa lega dengan hasil yang dicapai.

"Kerja bagus, semuanya," kata Claire kepada timnya. "Kita berhasil."

Setelah operasi, Claire merasa lelah, tetapi dia tahu masih banyak yang harus dilakukan. Dia menuju ruang pemulihan untuk memantau kondisi pasien dan memastikan semuanya berjalan dengan baik. Saat dia berdiri di sana, seorang pria paruh baya dengan wajah marah memasuki ruangan.

"Kamu yang bernama Claire Filbert?" tanyanya dengan suara menggelegar.

Claire terkejut dan berdiri. "Ya, saya Claire Filbert. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan suara bergetar.

Pria itu melangkah masuk, diikuti oleh beberapa orang lainnya. "Kamu tahu siapa saya?" tanyanya lagi.

Claire menggeleng. "Tidak, saya tidak tahu."

"Aku adalah ayah dari pria yang kamu buat koma," katanya dengan suara penuh kemarahan. "Aku tidak akan membiarkan keluargamu lolos begitu saja."

Claire merasa dunia berputar. Pria itu adalah ayah dari pasien yang tidak sengaja dia tabrak hari ini.

Claire menundukkan kepalanya dan membungkuk, “Maafkan saya, tuan. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya bahkan saya yang akan menanggung seluruh biaya rumah sakitnya. Kebetulan saya adalah dokter bedah disini.”

Edmond, pria paruh baya itu terkekeh sinis, “Kau yang menabraknya dan kau juga yang mengoperasinya? Apa aku bisa percaya kau tak berbuat sesuatu pada putraku! Aku akan menempuh jalur hukum untuk memenjarakanmu seumur hidup!” 

Claire sangat memahami kemarahan pria itu, dia juga akan marah jika keluarganya mendapatkan nasib yang sama. Tapi semua tak akan merubah keadaan.

“Jika begitu, saya akan menerimanya.” Ucap Claire dengan tutur halusnya, seolah dia menerima segala konsekuensi dari apa yang telah dia lakukan.

Tuan Edmond yang mendengar itu terkejut, seolah tak percaya jika wanita itu tak membela dirinya sedikitpun seolah telah siap jika dia di hukum saat ini.

Tentu saja hal itu membuat tuan Edmond tak puas, dia adalah orang yang berdarah dingin. Dia ingin melihat seseorang menderita jika dia terusik.

Dan sepertinya memenjarakan wanita itu tak membuatnya menderita dan dia juga tak bisa melihat penderitaannya.

“Aku ingin melihat putraku.” Ucap tuan edmond pada akhirnya sambil memikirkan apa hukuman yang setimpal dengan penderitaan putranya.

Claire mengangguk dan mengantarkan pria itu ke tempat dimana perawat membawa tubuh pria tadi pasca operasi.

“Berapa umurmu?” 

Tiba-tiba Edmond mengajukan pertanyaan itu pada Claire saat mereka berjalan ke arah lorong rumah sakit.

“Dua puluh empat tahun.” Ucap Claire dengan sikap tenang.

Edmond diam-diam tersenyum sinis, lalu mengikuti wanita itu masuk ke dalam ruang VVIP di rumah sakit ini.

Claire berdiri di dekat pintu melihat pria paruh baya itu mendekati putranya yang masih koma.

“Kapan dia sadar?” Tanya tuan Edmond dengan dingin, melihat putra tunggal yang akan mewarisi seluruh kekayaannya seperti ini membuat hatinya bergejolak.

Claire dengan sikap profesional menjawab, “Saya belum bisa memastikan, luka di kepalanya cukup berat. Tapi anda tenang saja, saya akan berusaha sebaik mungkin. Jika sampai putra anda tidak bangun, saya siap bertanggung jawab.” 

Tuan Edmond tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, memandang putranya dengan tatapan penuh keprihatinan dan kemarahan yang terselubung. Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam dan berbalik menghadap Claire.

"Baiklah," katanya dengan suara yang lebih tenang, tetapi masih penuh dengan kekuatan dan otoritas. "Jika kau benar-benar ingin bertanggung jawab, aku akan memberikan satu kesempatan untuk menebus kesalahanmu."

Claire menatap pria itu dengan cemas, menunggu penjelasan lebih lanjut. 

"Aku akan menangguhkan proses hukum, tapi dengan satu syarat," lanjut Edmond. "Kau harus merawat putraku sampai dia sadar. Dan lebih dari itu, kau harus menikahinya. Ini bukan permintaan, ini adalah perintah."

Claire tertegun, wajahnya langsung pucat saat itu juga. “A-apa? Menikahinya?”

Raut wajah yang ditampilkan Claire membuat tuan Edmond puas. Ini adalah reaksi yang dia inginkan, membuat lawannya sengsara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status