Hai reader, terim kasih masih seria dengan Hakya dan Kanaya. Mohon maaf ya kalau up nya sedikit, karena ada hal yang menyibukkan di weekedn ini. Dan selamat weekend ya.
Wuuuzzz! Wuuzzz! Hawa panas berhembus masuk kedalam kamar Hakya dan Kanaya. Dan hal itulah yang disangka Hakya membuat Kanaya berteriak kepanasan seperti itu. “Tolooooong…,” ujar Kanaya dengan suara yang parau dan kemudian terdiam. Hakya yang masih di posisi semula dengan peluh yang membanjiri keningnya segera mendekat kepada Kanaya. Betapa terkejutnya Hakya saat melihat keringat keringat sebesar-besar biji jagung membanjiri tubuh Kanaya dan kulit Kanaya sangat panas terasa seperti terbakar. “Astaga, ada apa dengan kamu Kanaya?” tanya Hakya pada dirinya sendiri karena Kanaya tampak sangat lemah dan hanya bisa mengerlingkan matanya saja, Kanaya tidak bisa menjawab apapun. Hakya kemudian mengambil handuk dan mencoba untuk mengelap seluruh tubuh Kanaya, sembari dia akan mencari tahu ada apa di dalam tubuh Kanaya sehingga membuatnya seperti itu. Hakya terus meraba di seluruh permukaan tubuh Kanaya, dan tidak berapa lama Hakya tampak menemukan sumber masalah itu ada di perut Kanaya.
"Kanaya, jangan pikirkan yang macam-macam. Saat ini kamu harus sembuh.""Hakya, kamu hanya tinggal jawab saja!"Kanaya sepertinya marah dan emosi mendengar Hakya yang tidak menjawab pertanyaannya. Walaupun sebenarnya Kanaya sudah tahu kalau anaknya sudah tidak ada, dia bisa merasakan perutnya yang kempes dan juga tadi sakitnya yang begitu mendalam.Hakya hanya menghela nafas berat."Iya, kamu keguguran. Tapi, jangan takut dan sedih kita akan berusaha lagi untuk mendapatkan anak secepatnya," jawab Hakya pelan dengan sorot mata yang sendu."Aku ibu yang tidak becus!" teriak Kanaya yang kemudian memukul perutnya dengan sangat keras. Karena dia begitu menyesal dengan semua yang terjadi yang menyebabkan anaknya hilang seperti ini.Hakya berusaha memeluk Kanaya dengan erat untuk menenangkan Kanaya. Namun, Kanaya malah melawan dengan sangat kuat.Hakya bahkan tidak menyangka kalau tenaga yang dimiliki Kanaya sebegitu besar, karena tubuh Hakya bahkan sempat terdorong ke belakang karena kekuat
'Kau yakin telah berhasil?''Sangat yakin!'Terdengar keduanya sedang berbicara, namun Hakya tidak tahu pasti apa yang mertuanya bicarakan itu.Dan anehnya keduanya baru pulang di waktu yang hampir pagi dengan perasaan yang senang seperti itu, bahkan tidak terdengar kalau mereka khawatir ataupun sedih.'Baguslah! Akan aku berikan kamu hadiah spesial malam ini.'Setelah itu suara keduanya hilang dan kemudian terdengar pintu kamar yang ditutup. Itu artinya kedua mertuanya sudah memasuki kamar yang tepat berada di depan kamar Hakya dan Kanaya.Hakya tidak mampu lagi mendengar percakapan keduanya, karena jelas kemampuan telinga Hakya tidak bisa menembus dinding. Apalagi untuk menguping pembicaraan orang tua.Hakya mencoba untuk merebahkan tubuhnya di samping Kanaya, namun hingga pagi Hakya tidak bisa memejamkan matanya."Hakya! Bangun! Apa kau pikir tugasmu itu sudah berakhir?" Terdengar teriakan dari arah dapur saat pagi-pagi Hakya yang baru saja terasa kantuk menyerang, dan teriakan Nyo
"Sepertinya mereka ke arah belakang."Dengan mengendap-endap Hakya terus mengikuti kedua mertuanya itu. Hakya merasa begitu curiga kepada mertuanya karena tidak sedikitpun keduanya menunjukkan rasa prihatin dengan kejadian yang menimpa Kanaya. Hakya tahu mereka tidak setuju kalau Kanaya hamil anaknya Hakya, menantu yang mereka kira tidak berguna itu. Tapi, setidaknya mereka mengkhawatirkan keselamatan Kanaya."Mau apa mereka ke hutan belantara seperti ini?" tanya Hakya pada dirinya sendiri Dia begitu heran karena kedua mertuanya itu berjalan dengan tergesa dan masuk ke dalam hutan ini."Cepat, Adinda!" bentak tuan Kafka kepada istrinya itu.Dengan susah payah nyonya Farah mengikuti langkah kaki sang suami bahkan tidak berani membantah sedikitpun."Sebenarnya mau kemana mereka itu?" tanya Hakya heran.Daun-daun di hutan belantara tersebut mulai menguning dan berguguran, sehingga hutan itu tampak seperti hutan tandus yang sudah lama tidak mendapatkan air sama seperti tumbuhan lainnya
Hening."Siapa di sana?"Tuan Kafka mencoba untuk mencari sumber suara tersebut, membuat Hakya sedikit merasa takut karena usahanya untuk menyelidiki kedua mertuanya itu hampir saja ketahuan.Meoong! Meong!Hakya kemudian mencoba untuk mengelabui Tuan Kafka dengan menyerupai suara seekor kucing. Hakya berharap dia bisa untuk membuat Tuan Kafka percaya bahwa yang barusan membuat suara itu adalah seekor kucing."Kucing? Apakah mungkin kucing yang kehausan? Karena sekarang suasana di sini benar-benar kering," ujar Tuan Kafka yang kemudian kembali masuk ke dalam gubuk tersebut.Ceklek!Terdengar suara pintu gubuk di kunci dari dalam.Hakya mengelus dada pertanda dia sekarang merasa lega, karena ternyata dia bisa membuat Tuan Kafka begitu percaya kalau itu adalah suara kucing yang mengganggu mereka.Hakya kembali mencoba mendekati gubuk itu, dan mencari cara untuk melihat dan mencari-cari celah melihat ke dalam gubuk itu."Ada apa sebenarnya di sana?" tanya Hakya dalam hatinya.Hakya sanga
"Berarti mereka benar-benar mempelajari ilmu hitam dan mengamalkannya?" tanya Hakya dalam hatinya. Hakya terus mengamati apa yang dilakukan oleh Tuan kafka dan nyonya Farah, ibu mertuanya itu tampak terus menaburkan menyan di dalam wadah yang masih mengebulkan asap tersebut sehingga bau kemenyan benar-benar menusuk hidung. "Siap Ratu! Kami memanggil Ratu datang kemari untuk memberikan laporan mengenai tugas yang Ratu berikan kepada kami tempo hari," ujar Tuan Kafgka yang kemudian membuka suaranya, namun tidak membuka matanya. Mereka berbicara kepada asap yang terus mengepul itu, dan Kafka tahu itu adalah Ratu Ilmu Hitam yang sering disebut-sebut oleh orang-orang sangat menakutkan, yang katanya sering mengganggu kehidupan manusia dan bahkan anak buahnya banyak menjadi preman pasar yang suka menjarah harta-harta para pedagang. "Hahaha…. Akhirnya kalian benar-benar bisa diandalkan. Aku tidak menyangka kalau ternyata kalian bisa diandalkan. Aku pikir kalian hanyalah dua orang yang han
"Apakah ada sesuatu yang terjadi, Ratu?""Sesuatu yang besar telah terjadi di negeri ini, kalian lihat daun-daun dan kering itu malah terbakar terkena hujan. Dan itu sangat tidak masuk akal," ujar Ratu Ilmu Hitam dengan suara yang menggema dan terdengar seperti sedang ketakutan."Aku harus segera pergi!"Gulungan asap tebal yang tadinya berputar-putar di dalam gubuk tersebut kemudian menghilang, namun baru saja beberapa detik asap itu menghilang terdengar teriakan yang begitu menyayat hati."Aku panas. Aahh ini panas sekali…. "Itu adalah suara Ratu Ilmu Hitam yang terkena tetesan air hujan, padahal tubuhnya berbentuk asap tapi dia tetap merasakan panasnya tetesan air hujan tersebut. Sehingga dia menjerit melolong-lolong hingga suaranya menghilang dan semakin jauh. Kemungkinan dia berhasil kembali ke kerajaannya.Sementara itu Hakya yang berada di belakang gubuk itu segera menerobos hujan, dia ingin pulang dan akan mengajak Kanaya untuk segera pergi dari rumah tersebut. Karena dia sud
"Apa yang terjadi sebenarnya?""Pergilah bersamaku, Kanaya. Karena di sini tidak aman untuk kamu dan ini sangat membahayakan, nanti aku akan menjelaskan semuanya kepada kamu, asal berikan aku kepercayaan," ujar Hakya meyakini Kanaya yang masih tampak ragu. Walaupun dia tetap menurut apa yang diminta oleh Hakya untuk bersiap-siap pergi.Kanaya masih tampak terdiam beberapa saat sambil dia menyiapkan pakaian mereka untuk dimasukkan ke dalam sebuah tas, karena dia tidak tahu Hakya akan membawa dia ke mana kalau pergi dari rumah itu.Padahal selama ini, yang mereka tahu Hakya tidaklah memiliki kekuatan atau tidak memiliki kemampuan apapun, bahkan bertahun-tahun saja hanya menumpang hidup di keluarga mereka, dan sekarang Hakya nekat membawakan Kanaya keluar dari rumah itu."Kita akan pergi ke mana?" tanya Kanaya kepada Hakya ketika semua barang mereka sudah siap."Kita akan pergi ke suatu tempat, di mana tidak akan ada orang yang bisa menemukan kita dan di sana kita akan memulihkan kondisi