Diamnya Leila membuat Jack mengerutkan dahi, dirinya cukup kesal. Kini semakin kesal dengan ulah wanita yang memegang dompet pentingnya.
“Haloooo….” Sahut Jack dari ponsel, setelah hening sekian lama.
“Emmm… isi dompet saya dan kartu pentingnya masih utuh kan?” tanya Leila to point, karena ia sudah cemas setengah mati.
Jack tertawa renyah, baru kali ini ia semakin darah tinggi dengan wanita yang memperpanjang isi pembicaraan yang menurutnya tidak bermutu sama sekali.
“Tentu saja masih utuh dan aku tidak mengambilnya satu sen pun?” dusta Jack, karena ia sudah memasukkan uang yang ia pakai kemarin ke dalam dompet Leila.
“Hmmm, baiklah.”
“Justru saya takut, anda mencuri salah satu kartu kredit gold milik saya berserta isi di dalam dompet. Walau hanya selembar,” ucap Jack dengan tuduhannya yang membuat darah Leila mendidih tinggi.
“Sembarangan, aku baru bangun tidur. Jangan asal nuduh,” pekik Leila dengan mematikan ponselnya.
Jack menatapi ponselnya yang gelap gulita. Ia langsung berdecak kesal, hingga menghubungi wanita bernama Leila kembali.
Panggilan tersebut di angkat oleh Leila yang masih saja menguap.
“Hei, jadi gimana? Kita ketemu di mana?” tanya Jack dengan suara extra sabarnya.
“Di kafe Vainton, jam 3 sore.”
“What the… jam 3 sore seriously,” pekik Jack dengan suara kerasnya.
“Kenapa, mau sekarang?” tanya Leila dengan nada kesalnya.
“Ya, mesti sekarang. Tapi di kafe Ai temoi, jam 10 pagi paling ngaret.”
Tanpa sadar Leila mengangguk tanpa ia sadari.
“Baiklah, aku mandi dulu.”
Pip
Leila mematikan ponselnya dan berusaha mengingat-ingat nama di mana lokasi kafe tersebut. Malas mengingat, Leila langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi dan berpenampilan rapi, Leila mengemudikan mobilnya ke arah kafe Ai Teimo dan matanya terbelalak besar. Karena kafe itu merupakan kafe untuk orang kaya.
“Sial,” umpat Leila yang kesal setengah mati. Sudah bulan tua, malah harus mengeluarkan uang extra banyak di kafe super mahal itu. dengan terpaksa, Leila memakirkan mobilnya di dalam garasi pakiran khusus untuk tamu dengan hati mengerutu. soal pakir saja harus membayar Rp 20.000 perjam.
Sedangkan Jack Mikaela sudah duduk manis di salah satu sudut ruangan. Ia tersenyum penuh niat jahat, ketika mengingat perkataan wanita bernama Leila Valentina. Perkataan yang membuat dirinya langsung darah tinggi mendadak.
Jack berulang-ulang kali menggumamkan nama wanita itu dan dengan hati mengumpat, sambil membayangkan bagaimana wajah wanita bernada judes. Apakah cantik atau berwajah judes seperti sikapnya atau tidak seperti yang ia harapkan. Dengan kata lain wanita jelek dan buruk rupa.
Jack berkali-kali berusaha mengingat rupa wanita judes yang ia tabrak. Wanita yang menggunakan baju kantor dan rambutnya cukup panjang, sehingga Jack tidak dapat menatapnya. selain aroma tubuhnya yang wangi.
Jack tertiba tersenyum kecil dan tertawa pelan untuk sekian kalinya dengan membayangkan wajah wanita judes itu sangat jelek seperti sikapnya dan berapa orang melirik ke arah Jack dengan tatapan heran. Merasakan tatapan orang di sekitarnya, Jack berdehem perlahan untuk mengusir rasa malunya, ia tidak mau masuk berita dengan berita CEO gila di deretan majalah bisnis.
Sekian lama menunggu, Jack memperhatikan setiap orang yang memasuki kafe. Banyak sekali pasangan muda dan tua memasuki kafe secara silih berganti, tapi Jack masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan wanita judes tersebut.
DRRRTTTTTTT
Bunyi ponsel yang di silent dengan mode bergetar, menimbulkan bunyi di meja. Saat ponsel tersebut bergetar dan Jack menatap layar ponselnya. Berharap wanita judes itu menelpon dan harapannya langsung kandas. Karena yang menelpon adalah ibu kesayangannya.
Dengan hati mengumpat kepada Leila, Jack terpaksa mengangkat ponsel yang merupakan panggilan dari ibunya. Jack sudah yakin dengan apa yang akan di katakan oleh ibunya dan tebakkannya menjadi kenyataan, sang ibu meminta dirinya menemui seorang wanita yang kini akan menjadi istrinya.
“Sial,” umpat Jak dengan tangan mengepalnya. Sampai urat-urat kemarahan terlihat jelas di sana.
***
Di pakiran, Leila mengerutu kecil, ketika hendak keluar dari mobil. Salah satu klien loyal alias bu bos menghubunginya dengan alasan untuk memperkenalkan dirinya kepada anak Bu Bos yang masih betah melanjang sampai sekarang. Dengan kata lain, mereka berdua di jodohkan. Leila sebenarnya mau menolak tawaran tersebut, tapi ia sudah terlanjur menganggap Bu Bos alias Maria Mikaela sebagai ibu kandungnya dan mengingat bagaimana jasa-jasa Maria. Membuat Leila mau tidak mau harus menerima perjodohan dadakan ini.
Ingatan Leila berputar ke masa lalu, saat ia di tinggalkan oleh Alfanso yang nekat merantau ke negeri kangguru demi mengubah nasib dan saat itu ia tidak sengaja menolong seorang wanita bule yang jatuh tersunggur di copet. Wanita itu tampak menyedihkan dengan luka di lutut dan tangan, Leila berinisiatif mengantar wanita itu kantor polisi terdekat. Jalan berapa langkah, seorang pria menghampiri wanita itu dengan menggunakan bahasa Jepang dan Leila langsung menceritakan detail peristiwa itu kepada sang pria yang ternyata adalah suami dari wanita bule tersebut. Sejak itu, Maria yang mengambilnya dari tempat pembuangan sampah karena keahlian berbahasa Jepang. Hingga sekarang Leila bekerja sebagai guide tour di perusahan Maria Mikaela.
“Leila, kamu dengar apa kata Mommy?” ucap Maria dari balik ponsel.
“Dengar Bu, aku lagi pipis tanpa suara dan sebentar lagi aku kesana. Tapi agak lama sedikit karena kemungkinan macet di jalan,” dusta Leila.
“Good, Mommy tunggu dirimu di sini. Jangan sampai tak datang?” balas Maria dari balik ponselnya dengan suara manja.
Leila menghela nafas gusar, setelah ini ia harus ke restoran mewah demi menemui Maria Mikaela. Yang sudah memberikan warning untuknya.
Ingin rasanya, Leila mengatakan tidak. Tapi mengingat kembali ingatan masa lalu yang penuh dengan utang budi, Leila tidak dapat mengatakan kalimat menyakitkan tersebut.
“Ini kah utang budi yang harus aku bayar?” batin Leila yang keluar dari dalam mobil berusaha untuk setenang mungkin.
Selesai mengerutu, Leila turun dari dalam mobil dengan hati dag dig dug. bukan karena membayangkan ketampanan pria yang akan menjadi suaminya. melainkan memikirkan apa yang di katakan pria barusan benar atau tidak. Leila sungguh cemas dengan isi dompetnya yang sungguh berharga. ia tidak mau di tagih para kreditor yang datanya di gunakan untuk pinjaman online.
Jalan berapa langkah, Leila menghubungi pria itu sambil mendorong pintu masuk ke dalam kafe.
"Halo..." sapa Jack dari balik ponsel.
"Halo juga, ini Leila. apa anda sudah di dalam kafe?"
"Iya, saya sudah di dalam. anda masuk saja dan naik ke lantai dua. cari meja nomor 20," balas Jack yang masih menahan kemarahan yang hampir meletus dan ia merasa tidak enak melampiaskan ke Leila. karena ini masalah pribadi dengan sang ibu.
“Oke, saya akan ke sana. Sekarang sudah di lantai satu,” jelas Leila yang berjalan menuju ke arah anak tangga setela mematikan sambungan ponselnya.Leila berjalan menaiki anak tangga satu persatu dan kulitnya meremang merasakan aura kafe yang berbeda dengan kafe kelas biasa. Dalam hati, Leila berharap tagihan kartu kreditnya tidak membengkak bulan depan yang di pastikan ia akan kesulitan unuk membayar cicilan kredit mobil dan biaya sewa apertemen maupun urusan biaya hidup."jika perlu, tidak oder makanan dan menahan lapar. daripada mati bayar kredit," batin Leila yang membulatkan tekatnya.Sesampai di ruangan atas, Mata Leila menjelajah dan menemukan meja nomor 20. Sayangnya, ia tidak melihat wajah pria itu. yang ia di lihat oleh mata Leila adalah punggung pria itu. punggung yang begitu lebar dan kokoh, yang seperti merupakan pria yang tidak asing di mata Leila.Dengan langkah kaki pelan dan nafas stabil. Leila berusaha bersikap professional.
Lelia terus bersenandung lagu Sakura anata ni daette yokatta sampai selesai dan lampu hijau teiba menjadi merah. Leila memberhentikan mobilnya sambil menunggu menjadi warna lampu menjadi hijau, tetiba nada dering lagu Sakura anata ni daette yokatta berbunyi. Kedua orang di dalam mobil mencari ponsel masing-masing.Jack melihat ponselnya berlayar hitam dan matanya melirik ke arah Leila yang sedang menjawab panggilan seseorang dengan sebutan Mommy.“Apakah orang itu ibunya?” batin Jack yang tetiba ingin tahu. Karena dari cara pembicaraan Leila dengan orang di balik ponsel sangat dekat dan selain itu, ia melihat Leila menghela nafas panjang berapa kali. Entah apa yang di bicarakan orang di balik ponsel tersebut.“Baik Mom, ini sudah otw. Aku lagi terjebak di lampu merah dan satu putaran lagi sudah sampai di lokasi Mom berada,” jelas Leila yang langsung menjalankan mobilnya sambil mengemudi dengan menjepitkan ponselnya di bahu sambil berbicar
“Kau benar, hubby. Aku tidak seharusnya menaggis,” balas Maria lirih dan berpindah ke dalam pelukan suami tercintanya yang menemani dirinya sampai sekarang ini. Suami yang selalu ada untuknya di saat senang dan sedih. bahkan sampai terpuruk sekalipun. Kyo mengusap-usap punggung istrinya dengan gerakkan naik turun untuk menenangkan sang istri tercinta. yang masih terisak-isak dengan tangisan kecil. “Jangan di masukkan ke hati, Lei. Maria memang seperti ini, jika terlalu bahagia. sikapnya sunggu cenggeng,” alasan Kyo untuk menipu Leila yang menatapi Maria dengan tatapan banyak pertanyaan. “Oya, sepertinya kamu belum makan. Ayo oder makanan yang kamu suka, kita kan akan menjadi keluarga dan tidak perlu sungkan lagi. apalagi merasa tidak enak,” ucap Kyo dengan memasang wajah dengan senyuman ramah. Leila melirik daftar makan dan Jack hanya diam tanpa bersuara selain sibuk main ponselnya. Tepatnya melihat foto Cindy yang ia dapatkan dari intragram berapa ta
Miura tidak percaya, ia langsung mencoba mencicipi spageti milik Leila hasilnya ia hampir mati kepedasan dan segera mengoder air minum. pas melihat daftar harganya ia hampir muntah darah dan kini Miura percaya, kenapa Leila makan sambil menagis dan tidak protes piring kotor yang lupa di ambil sih pelayan. Karena beda status social. daripada membuang uang banyak, Miura Diamentri memilih minum air punya Leila.“Sial, kenapa kau tidak bilang sih. Makanan di sini mahal,” gerutu Miura kesal, setelah rasa pedas di mulutnya sudah hilang.“Kau sendiri yang tanya aku di mana, jadi aku kasih tahu di mana.”“Bodoh, kenapa kau bisa nyasal di sini. Udah gitu harga apaan ini, masa satu gelas botol air minum biasa bisa 50rb. Rampok bank ini,” celoteh Miura Diametri dengan menunju harga yang tertera di buku menu.Mata Leila menatapi Miura Diamentri yang berceloteh.“Aku kira makanan di sini murah meriah, karena nuasanya ke
Miura Diametri mengerutkan dahinya sembari mencerna kata-kata Leila yang amigu dan sungguh membinggungkan untuk di cerna oleh otak Miura Diametri yang kini berisi pas-pasan.“Maksudmu gimana sih, aku tak paham nih.”Leila tersenyum lembut dan langsung memeluk Miura Diametri.“Kamu kenal dengan bos kita kan?” tanya Leila tetiba.“Ya, semua pekerja kenal dengan Bu Maria dan suaminya. Mereka merupakan pasangan romantis. Lalu kenapa dengan Bu Maria?’ tanya Miura yang benar-benar tak paham bagian yang ini.“Bu Maria ingin aku menikah dengan putranya dan putranya itu adalah Jack Mikaela.”“OH MY GOD, SERIUSLY?” pekik Miura Diametri sampai histeris dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. karena kaget dengan perkataan mengejutkan dari Leila Valentina“Iya, aku seharusnya senang kan. Tapi cintaku ini bertepuk sebelah tangan. Apakah rumah tangga yang aku jalani akan bai
Leila hanya bisa tersenyum menangkapi perkataan Miura Diamentri yang masih terkagum-kagum kepada rumah Maria yang merupakan bos mereka berdua.Tanpa mereka sadari Jack Mikaela berdecak kesal, setelah melihat kedua bodohan wanita kampungan yang tidak pernah melihat rumah mewah.“Dasar kampungan, pasti mengincar uang Mommy. Maka jadi wanita sok polos dan temannya juga sama saja,” umpat Jack dengan nada kesalnya dan berjalan pergi melewati jalan lain. Ia tidak sudi berjalan satu arah dengan wanita yang akan menjadi istrinya yang akan membuat wanita itu semakin keras kepala dan sekaligus merupakan wanita yang sangat ia benci. karena dengan hebatnya mengambil hati sang ibu dengan segala trik busuknya.Jack sangat yakin, wanita jahat itu hanya menginginkan kekayaan kedua orangtuanya dengan sengaja menerima tawaran pernikahan yang di ajuhkan oleh ibunya.“Tak akan ku biarkan,” batin Jack yang masih dengan amarah.***L
“Toko furniture, buat apa?” tanya Jack dengan bodohnya.“Mom mau meminta Leila memilih perabotan untuk rumah kalian nanti. Setelah acara pernikahan selesai, Mom minta kalian berdua pindah ke rumah di berapa block dari rumah ini. Jadi Mom bisa mengawasi kalian sewaktu-waktu,” jelas Maria dengan santainya.“Kenapa harus tinggal serumah sih Mom, siapa tahu kita akan bercerai mendadak besoknya?”“Enak aja cerai, ini bukan pernikahan main-main dan pernikahan hanya satu kali seumur hidup dan sebagai pasangan yang sudah menikah. Kalian harus tinggal bersama dan lepas dari orang tua, lalu mana nomornya?” cercah Maria yang sebel dengan perkataan anaknya.Dengan gaya malas, Jack mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Leila untuk di kirim ke nomor whatsap ibunya. Karena ia sudah malas berdebat dengan ibunya saat ini.Maria pergi dengan hati senang dan hanya berpamit kepada Andre yang ia anggap sebagai an
Maria langsung merangkul Leila keluar dari toko furniture.“Tentu saja semuanya Mom yang beli, Mom ingin perabotan rumah tangga kalian sudah siap. Saat kalian menghuni rumah baru,” jelas Maria dengan nada lembutnya.Sedangkan Leila merasa tidak enak hati dengan sikap Maria yang berlebih-lebihan dan mengingat Jack merupakan anak satu-satunya dari Maria dan Kyo. Leila mulai merasakan perasaan sediki lega. setidaknya ia tidak di cap memeras uang calon mertuanya.“Kita makan siang yuk,” ajak Maria kepada Leila yang sedari memasang senyuman.Leila mengangguk menandakan setuju dan ia menyetir mobil ke salah satu tempat mahal yang merupakan tempat Maria sering makan di sana. Melihat harganya, Leila menelan saliva dengan gugup. Ia berusaha bersikap santai.“Ayo di makan,” ucap Maria yang mempersilahkan Leila menyantap makanan yang tertera di atas meja.“Iya,” balas Leila yang mengambil makanan yang ia