"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.
Lihat lebih banyakMarni baru pertama kali menginjakkan rumah Bude Sumi. Biasanya hanya melihat dari luar saja. Dan kalaupun ada keperluan dengan Marni memesan Jamu, paling hanya sampai teras rumahnya saja."Mar, Bude Makasi loh! Untung tadi Mbak Sri bilang sekarang Kamu tinggal deket sama Mbak Sri, nyaman jualan di pasar?" Bude Sum mengajak Marni duduk dulu sebelum akan bergabung dengan tukang masak."Alhamdulillah Bude. Oh ya Bude, Marni bantu apa nih? Tukang masaknya ada?""Ada. Tadi ada masalah untung ada Mbak Sri. Mar, Kamu bantuin Bude ya."Marni menganggukan kepala. "Yuk Ndok, Kita ke belakang saja." Ajak Bude Sri saat melihat tatapan Ipar Bude Sum yang melirik Marni."Loh, Dar Kamu udah sampe? Masmu masih diluar. Sudah makan ora?" Bude Sum mengajak Adik Iparnya Darma masuk.Darma adalah Adik Kandung Suami Bude Sum, Pakde Karto. Darma, yang kesehariannya menjadi Juragan Tambak, memiliki Tambak berhektar-hektar dan terkenal tukang kawin."Tadi siapa Mbak?" Darma malah masih memperhatikan Marni yan
Sebulan sudah Marni berjualan Jamu di Pasar. Sudah banyak pembeli yang datang dan langganan Jamu dengan MarniSelain Kaum Adam yang betah berlama-lama di lapak Jamu Marni, pembeli Kaum Emak-Emak juga banyak tang rutin minum Jamu Racikan Pamungkas Marni.Bahkan para Emak-Emak minta bungkus bawa pulang untuk stok dan jaga-jaga kalau Pak Suami ngajak tempur malam jumat."Ndok, Bude titip lapak yo. Fapi lapaknya Bude tutup. Repot kalo buka Kamu jadi jaga dua lapak. Bude mau bantu rewang." Bude Sri mampir ke lapak Jamu Marni."Bude, ini titipannya Bude Sum."Marni memberikan beberapa botol Jamu siap minum sudah ia racik."Walaj si Sum ada-ada aja. Tapi mantap sih! Biasanya emang kalau habis rewangan badan pegel-pegel mesti udah bikin bubur sum-sum untuk sarat tetap aja, adanya Jamu Kamu membantu. Sini tak Bude kasihin ke Si Sum." Bude Sri mengambil bungkusan botol Jamu yang telah Marni siapkan."Memang hajatnya kapan Bude?""Lusa. Lah sekarang sampine dipotong. Mau langsung dimasak. Jadi Su
Marni dengan semangat menggebu, memulai hari sejak dini hari mempersiapkan dagangannya. Mulai hari ini Marni akan membuka kedai minum Jamu. Marni memilih mencoba cara baru selagi diberikan kesempatan dan lapak oleh Bude Sri.Sambil mengaduk Jamu yang sedang digodok dalam panci besar, Marni tersenyum. Tekadnya bulat. Tak akan gentar meski ia yakin kejadian serupa akan ada saja namun Marni akan melindungibdirinya lebih baik.Jika memang tak salah, Marni akan mempertahankan diri dan akan sekuat tenaga berjuang dengan segala upaya yang ia miliki sekarang.Terlebih saat ini ada Bude Sri yang mendukung Marni untuk kembali bangkit dan tak terus meratapi nasib.Setelah menunaikan dua rakaat shalat subuh Marni mandi dan memakai pakaian bersih dan sopan, siap memulai hari dengan tempat dan suasana yang semoga mendatangkan rezeki.Marni membereskan lapak berjualannya. Menata botol-botol jamu dan gelas bagi pelanggan yang datang."Mumpung beli ada pembeli, Aku mau membawakan Bude Sri jamu agar bi
"Jadi Kamu mau pindah bukan karena kejadian kemaren Mar?" Si Pemilik Kontrakan petakan yang selama ini Marni sewa memastikan bahwa kepindahan Marni bukan karena kejadian dilabrak oleh Istri dan Adik Joko."Bukan Bu. Saya mau jualan dipasar. Jadi biar sekalian tinggal disana." Marni sebetulnya malas menjelaskan. Toh apapun yang Marni katakan seperti angin lalu.Warga sekitar petakan tempat Marni tinggal sudah terlanjur memiliki stigma negatif sebab kejadian kemarin."Ya sudah kalau begitu. Sudah Kamu rapikan lagi kan? Saya ga mau loh banyak sampah dan kotor. Soalnya sering banget yang ngontrak kalo pindah ninggalin sampah dan barang-barang rongsokan. Saya juga yang capek bersihinnya. Mana pada nunggak!""Ibu bisa cek sendiri. Kalau memang masih ada sampah tinggal kasih tahu Saya. Saya yang buang." Marni menyerahkan kunci rumah dan kartu token listrik kepada sang Pemilik."Oh ya, itu tokennya ga bunyi kan Kamu tinggalin?""Enggak Bu. Malah baru Saya isi dua hari lalu. Saya juga ga nungg
Marni sudah mulai merasa tubuhnya lebih enak dan tidak sesakit kemarin. Lebam membiru masih ada namun tak nyeri jika ditekan."Kayaknya Aku balik Jualan Jamu lagi aja deh. Masa cuma karena kejadian kemaren jadi kapok. Padahal langganan yang lain masih banyak. Anggap aja kemarin lagi apes. Kan kata orang hari apes emang ga ada di kalender."Marni menunaikan shalat subuh kemudian mandi. Rencananya Marni hari ini akan ke pasar membeli perabot seperti botol-botol untuk membuat Jamu, Bakul, Ember dan bahan-bahan membuat Jamu."Gusti, dosa apa Marni sampe boncos begini. Kayak baru mulai dagang beli perobot, botol-botol sampe ember buat cuci gelas rusak, ambyar gara-gara duo kunti." Mau diikhlasin tapi ya nyesek pas membayar perabotan Jamu yang baru saja Marni beli."Mar, itu beli botol-botol jamu lagi memang Kamu mau buka cabang?" Marni tak sengaja bertemu sesama pedangan jamu yang memang sama-sama langganan di toko itu."Wes toh, jangan banyak tanya." Marni sebenarnya tak suka dengan si In
"Saya bukan L****e! Dan Saya gak pernah morotin siapapun!" Teriak Marni yang sejak tadi belum memiliki kesempatan karena terus diserang oleh kedua wanita yang sudah kesetanan mengamuk."Mana ada L****e ngaku!" Nyolot si Wanita masih akan menyerang Marni namun ditahan beberapa warga yang memisahkan."Ya Allah Gusti! Dek! Kamu ngapain disini! Walah ini kok banyak orang!" Joko segera menerobos kerumunan warga yang mengerubungi Marni dan dua wanita pengeroyoknya."Lah Kamu juga kenapa ada disini Sum! Mbakmu kenapa ga ditahan." Joko melirik Adiknya yang sudah dalam keadaan acak-acakan sama dengan Ijah istrinya Joko."Kamu ga usah belain si L****e Mas! Sini Kamu! Duit Kamu nguli Kamu kasih sama nih L****e kan?" Ijah melotot tatapan mata merah begitupun raut wajahnya melampiaskan kemarahan."Loh,Loh, Dek. Kamu jangan asal nuduh! Mas ga ada kasih uang apa-apa sama Marni. Mas paling langganan Jamu aja. Ya kan Mar?" Joko menenangkan Istrinya yang tak mau disentuh. Tangan Joko di gubris saat aka
Marni sampai dirumah petakan yang ia kontrak lima ratus ribu sebulan. Rumah yang berukuran kecil atau lebih tepatnya hanya ada kamar mandi di dalam dan sedikit tempat untuk tidur berbagi dengan dapur yang menyatu dengan lainnya. Namun Marni merasa nyaman. Selama ia bisa istirahat dan membuat jamu dagangannya serta ada kamar mandi di dalam itu sudah cukup.Marni sudah lama mengontrak di rumah petakan itu sejak Si Mbak masih ada. Beruntung harga sewa yang stabil tak ikut-ikutan naik seperti kontrakan pada umumnya membuat Marni betah.Soal listrik semula meteran berbayar bulanan kemudian diganti dengan token oleh sang Pemilik kontrakan.Tak banyak eletronik di rumah Marni, hany ada kipas angin, kompor gas dan TV tabung yang kini sudah tak ada saluran karena sudah ketinggalan zaman.Beruntung meski ponsel jadul Marni memilikinya, lumayan bisa untuk menelpon dan mengirim pesan.Rencananya Marni, mau ganti ponsel, ya beli second saja, dikonter depan gang banyak yang jual murah-murah. Tapi y
"Suit! Suit! Marni, sini Sayang, ga kangen sama Abang! Sombong bener dah ah! Astaga naga! Tuh Bokong Bahenol banget!""Marni, Marni, usah ga usah jualan Jamu! Mending sini aja Abang kelonin!""Duh ileh! Tuh semangka bulet amat! Jadi pengen Enen!"Marni tak mengubris celotehan yang menjurus pelecehan secara verbal. Sudah kebal telinga Marni setiap hari aaat ia mendatangi pasar untuk berbelanja bahan-bahan membuat jamu.Meladeni? Marah! Buat Marni buang-buang energi!Selama Mereka cuma mau menggoda saja tanpa menyentuh silahkan. Mau berfantasi senam lima jari pake bayangan dirinya, ra urus!Yang penting jangan noel apalagi grapa grepe, Marni ga segan nendang manuke jadi manuk cucak rowo."Loh Mar, tumben masih siang sudah kesini? Wes habis toh jamumu?" Bude Sri langganan Marni membeli kunyit dan kawan-kawannya menatap heran belum tengah hari Marni sudah belanja."Alhamdulillah laris manis Bude. Biasa ada Bude?" Marni duduk selonjoran meletakkan bakul jamu dari gendongannya. Memilih dudu
"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi."Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!""Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!""Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!"Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya."Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.Marni menerima gelas-gelas kosong menuangkan air jahe hangat sebagai penetral pahitnya jamu yang diminum oleh pelanggannya."Jahenya Neng banget!" Sambil mengembalikan gelas kosong pada Marni."Kenapa Aku toh Aa?""Manis!" Tawa genit Asep salah satu member Jamu Marni yang tak pernah absen menunggu jamu Marni."Sa Ae Lu pinggir koreng! Modus Lu! Modal Kardus!" Bang Urip yang jug
"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi."Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!""Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!""Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!"Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya."Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.Marni menerima gelas-gelas kosong menuangkan air jahe hangat sebagai penetral pahitnya jamu yang diminum oleh pelanggannya."Jahenya Neng banget!" Sambil mengembalikan gelas kosong pada Marni."Kenapa Aku toh Aa?""Manis!" Tawa genit Asep salah satu member Jamu Marni yang tak pernah absen menunggu jamu Marni."Sa Ae Lu pinggir koreng! Modus Lu! Modal Kardus!" Bang Urip yang jug...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen