Pov AzamPagi-pagi, Alfin ngoceh melalui telfon karena aku baru sempat mengatakan padanya kalau aku tak sempat bikin vidio tadi malam. Semalam aku memang sangat kalut. Dan tak bisa berpikir apapun, bahkan sholat subuh pun kesiangan.Seperti biasa, di pagi hari aku keluar kamar menuju dapur untuk bersiap-siap buat sarapan untukku dan Jihan, tapi ternyata disana sudah ada Jihan yang kelihatannya sudah selesai masak."Kamu masak?" Aku keheranan."He em, meski aku tak sepintar Mas Azam, tapi aku berhasil masak sayur sop dan tempe goreng serta sambel tomat, cobalah, ini masakan pertamaku untuk suamiku," ujar Jihan dengan wajah yang sumringah.Astaga, untuk pertamakalinya selama kami menikah, baru kali ini ia sangat bahagia dan menyebutku suami, sama sepertiku yang tadi malam menyebutnya istri.Sangat jelas sekali, dia sangat bahagia menyambutku. Ternyata, Jihan mencintaiku, sedangkan aku sendiri masih terbelenggu dilema."Apakah ini enak?" Ucapku menggodanya."Coba saja, tapi kalau tidak e
Aku sudah membaca doa khusus untuk sengg4m4, sebab ini adalah untuk pertamakalinya bagi kami menjalankan malam pertama, setelah sebulan lebih menjadi suami istri, ya meski kami akan melakukannya pagi hari.Jihan, aku mencintaimu!" Bisikku padanya, sembari melum4t bibirnya yang ranum. Dia tak bisa menjawabnya, karena dia juga sedang membalas lumat4nku.Jihan mulai tenggelam dalam api asmara yang aku buat, dapat ku rasakan nafasnya naik turun. Kulihat dia sangat menikmati cumbu4nku, begitu juga aku yang baru pertama kali melakukannya.Saat ini kami tenggelam bersama dalam api asmara cinta, akupun sudah bersiap memberikan semua yang ku miliki untuknya.Namun, di saat-saat menegangkan itu, tiba-tiba saja bel rumahku berbunyi, bunyinya menggema nyaring di setiap sudut rumahku, aku yang sedang terbakar api g4ir4h berusaha untuk tidak menghiraukan suara bel tersebut. Namun, ternyata ponselku juga berbunyi, sepintas aku melihat, yang menghubungiku adalah Agnes.Aku mendadak shock dan bingung
Aku shock dan bingung untuk mengangkatnya atau tidak, tapi tiba-tiba Jihan mengangkatnya."Halo, sayang, bukain pintu dong! Aku ada di depan rumahmu, nih! Aku tahu kamu di rumah, karena mobilmu ada di garasi. Cepat buka, ya!" Ucap Agnes yang kemudian langsung mematikan sambungan telfonya.Aku melonjak kaget, hingga seketika api asmara antara aku dan Jihan yang tadinya membara, sekarang mendadak ciut, karena ketakutan sekaligus kebingungan yang ku rasakan. Sementara, Jihan yang juga sudah siap, terlihat kecewa."Bagaimana ini?" Tanyaku pada Jihan."Mas harus menemuinya! Pergilah, aku tidak apa-apa, jangan lupa pakai bajumu, Mas!" Ucapnya datar. Aku memang sudah melepas bajuku bahkan celanaku, begitu juga Jihan yang sudah melepaskan baju bagian atasnya saja, ku lihat ia pun kembali memakainya.Dadaku terasa sesak, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini.Ya Allah, kenapa Agnes harus datang sekarang, di saat waktu yang tidak tepat seperti ini?"Jihan, maafkan aku!" Ucapku semb
"Ya Allah, ujian apa lagi ini ya Alloh? Di satu sisi, aku hampir jantungan saat istriku memyambut kekasihku, di sini aku juga merasa vertigo melihat kekasihku sudah siap memeluk agamaMU demi untuk bisa menikah denganku. Bagiku ini masalah yang sangat rumit, Bantu aku, ya Allah, tolonglah aku!" Batinku menangis."Azam, sudah lima tahun kita lalui hubungan ini dengan penuh cobaan dan rintangan. Kita juga sering bersitegang masalah komitmen dan keyakinan, tapi cinta dan kesetiaanmu membuatku yakin, kamulah yang Tuhan pilihkan untukku!" Ucap Agnes dengan mata yang mulai mengembun, kali ini ia tak menggenggam tanganku seperti biasanya, mungkin karena ia sedang berhijab."Apakah kamu sudah yakin?""Iya, aku yakin!""Tapi, aku berharap kamu memikirkan nya kembali!""Kenapa, Zam? Ada apa?" Raut wajah Agnes terlihat bingung."Apakah kamu ragu dengan keputusanku? Apakah kamu ragu dengan besarnya rasa cintaku padamu?" Agnes menuntut jawabanku."Jika kamu ingin masuk Islam hanya karena agar bisa
pov Azam"Sebenarnya, aku tak yakin sama kamu untuk menceritakan apa yang terjadi padaku belakangan ini, tapi karena kamu temanku sekaligus parter kerjaku, jadi kamu harus tahu agar ..,""Tak usah bertele-tele, katakan saja ringkasannya. Kayak elo nyeritain di chanel!" Alfin terlihat gregetan."Begini bro, kamu tahu tidak saat aku pulang ke Malang? Sebenarnya, sebelum kakekku berpulang, dia berwasiat kalau aku harus segera menikah saat itu juga.""Terus, elo nikah?""He'em.""Bagus, dong! Terus ngapain elo kayak orang bingung gitu? Kan enak.""Iya, saat itu juga aku langsung menikah di depan kakekku sebelum beliau wafat dan di depan keluarga besarku dengan seorang wanita yang selama ini aku sayangi dan ku anggap seperti adikku sendiri.""Maksud, lo?""Wanita yang ku nikahi saat itu adalah sepupuku sendiri.""Jihan?" Mata Alfin melotot tak percaya.Aku mengannguk."Ja*c*k tenan koen Zammm...!" Alfin terlihat marah"Jadi, selama ini aku curhat tentang prasaanku pada Jihan, sama suami Ji
Pov authorSuasana hati Jihan dan Azam sedang tidak baik-baik saja, tapi keduanya berusaha untuk tetap terlihat tenang. Apalagi Azam, dialah yang paling stres dan kalut menghadapi situasi ini.Ketika tanpa sengaja Azam bertatap muka dengan Jihan di dapur, Azam mencoba untuk membujuk dan menyapanya, tapi Jihan sengaja menghindar. Azam semakin merasa bersalah, tapi ia hanya bisa pasrah, Jihan memang pantas marah padanya. Setelah itu, Jihan tak keluar kamar hingga malam harinya. Karena merasa kawatir, Azam menemui Jihan di kamarnya."Jihan, Jihan kamu tidak apa-apa, kan?" Ucapnya sambil mengetuk pintu kamarnya perlahan, namun tak ada jawaban, sehingga Azam mengetuknya lebih keras, tapi tetap tak di jawab. Karena cemas, Azam mengambil kunci cadangan dan segera membukanya.Ternyata, Jihan sedang tertidur sambil mendengarkan lagu dengan headset. Awalnya Azam ingin membiarkannya, tapi ia cemas, sebab kemarin malam Jihan demam. Ia pun meraba kening Jihan."Keningya sudah tidak panas, sepertin
"Aku mohon, jangan sebut namanya ketika kita sedang berdua, karena aku tak mau moment malam pertama kita ini terganggu lagi," bisik Azam di telinga Jihan hingga hembusan nafasnya dapat di rasakan Jihan.Tanpa ragu dan malu, kini Azam memeluk Jihan dan hendak menci*m bibirnya, tapi lagi-lagi Jihan menghindar, seolah enggan, ia berusaha melepaskan pelukan Azam, kemudian ia membelakanginya.Azam tak putus asa, ia justru merangkul Jihan dari belakang."Aku tahu kamu marah padaku, tapi saat ini aku ingin mendatangimu sebagai suami dengan cinta dan hasr4t yang selama ini aku pendam padamu. Sekali lagi aku mohon padamu, jangan ada orang lain di antara kita, jangan ada keraguan di hatimu, aku suamimu dan kamu adalah istriku!" Bisik Azam.Jihan memejamkan mata, meresapi setiap kata-kata Azam yang mampu menusuk ke hatinya dan hembusan nafas Azam di telinganya yang membhat hasr4tnya juga mulai bangkit.Meski berkali-kali Jihan berusaha menghindar, dengan sentuhan cinta Azam yang sedang membara d
POV JihanPukul delapan, aku sudah memasak. Kali ini aku memang sedang semangat belajar masak, meski masakanku tidak seenak masakan mas Azam, tapi sebagai istri yang baik, aku akan tetap memasak untuknya. Setelah semuanya selesai, akupun memanggil mas Azam di kamarnya.Ku ketuk pintunya, tak ada sahutan hingga berkali-kali, hingga akhirnya aku putuskan untuk masuk ke kamarnya dan ini untuk pertama kalinya bagiku masuk ke kamar suamiku ini.Ternyata, tak ada mas Azam dimanapun. Sepintas aku tertarik menyisiri kamar kakak sepupuku itu yang ternyata tidak lebih rapi dari kamarku dan ada hal yang menarik perhatianku. Yaitu di lacinya, terlihat sebuah pigura foto yang sengaja di balik. Karena penasaran, aku buka figura itu, ternyata itu adalah foto mas Azam dan ci Agnes.Seketika nafasku terasa sesak, foto itu hanya foto biasa, tapi bagiku tidak. Keduanya memakai almamater mahasiswa. Di foto itu, mereka tampak masih terlihat muda, tampan dan cantik. Pasti itu adalah foto saat pertamakali m